Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Potret Sampul Tukang Kayu

Fotografer Tempo tidak hanya dituntut sigap dan jeli, tapi juga pandai membujuk narasumber. Memotret Joko Widodo sebelum dilantik, persiapan dua bulan diperlukan.

6 Maret 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Massa membakar sejumlah kendaraan dalam peristiwa Malari di kawasan Senen, 15 Januari 1974. Dok. TEMPO

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KESIGAPAN dan kejelian adalah kunci bagi seorang fotografer dalam mengabadikan peristiwa. Berkat hal tersebut, fotografer Tempo saat itu, Aditya Noviansyah, misalnya, berhasil merekam detik demi detik penembakan polisi oleh teroris di Jalan Thamrin, Jakarta, pada Januari 2016.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Terduga teroris menembak polisi di depan Sarinah, Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis, 14 Januari 2016. TEMPO/Aditia Noviansyah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun Mat Kodak di Tempo juga dituntut untuk piawai memotret profil tokoh. Dalam memotret tokoh, ada dua cara yang lazim ditempuh fotografer Tempo. Pertama, dengan pengamatan. Fotografer membiarkan tokoh berekspresi secara alami, lalu menjepret air muka yang menarik. Kedua, membuat konsep pemotretan yang kemudian didiskusikan dengan sang tokoh agar mau difoto sesuai dengan keinginan fotografer. Karena itu, fotografer Tempo juga dituntut untuk pandai membujuk.

Hal demikian dilakukan Ijar Karim, fotografer majalah ini. Dia ditugaskan memotret presiden terpilih Joko Widodo untuk sampul Tempo menjelang pelantikan sebagai presiden pada 2014. Jauh sebelum pemotretan, Ijar merancang konsep dan melakukan lobi. Perihal teknis memotret bukan kendala. Tantangannya ada pada konsep foto dan usaha meyakinkan Jokowi agar mau dipotret sesuai dengan rencananya. Ia meminta Jokowi bergaya seperti tukang kayu—yang memang lekat dengan latar belakang Jokowi sebagai pengusaha mebel.

Joko Widodo, di Klender, Jakarta, Oktober 2014. TEMPO/Ijar Karim

Ijar bolak-balik menemui Jokowi, yang kala itu masih menjabat Gubernur DKI Jakarta, di Balai Kota, untuk menunjukkan sketsa konsep pemotretan. Setelah Jokowi menyetujui konsep yang ditawarkan, Ijar memutuskan lokasi pemotretan adalah pabrik mebel di daerah Klender, Jakarta Timur. Saat menyiapkan lokasi, Ijar pun harus berkoordinasi dengan Pasukan Pengamanan Presiden agar pemotretan lancar. Persiapan selama hampir dua bulan itu berakhir dengan sesi pemotretan yang berlangsung kurang dari sejam.

Ada pula keputusan cepat fotografer Imam Sukamto. Saat ditugaskan memotret Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk rubrik wawancara, Imam berencana merekam ekspresi menarik sang narasumber saat wawancara berlangsung. Tapi, di ujung sesi wawancara, Imam mendengar Kalla berbicara tentang fungsi wakil presiden, yakni “membantu, mengayomi, dan melindungi kerja presiden”.

Wakil Presiden RI Jusuf Kalla, saat pemotretan untuk Majalah Tempo, di Kantor Wakil Presiden RI, Jakarta, Rabu, 22 November 2017. TEMPO/Imam Sukamto

Rencana berubah. Kata “melindungi” direspons Imam dengan meminta payung kepada personel Paspampres. Imam bergegas meminta Kalla untuk dipotret memegang payung di depan mobil dinasnya, RI-2. Belum juga pemotretan dilakukan, mendadak turun hujan deras. Personel Paspampres melarang, tapi Kalla malah meminta pemotretan itu dilanjutkan.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus