Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Tempo mengarungi dunia digital sejak meluncurkan situs berita daring 25 tahun lalu.
Para jurnalis Tempo terus beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan aturan media digital.
Menggunakan infrastruktur digital yang lebih tangguh dan aman.
SYAILENDRA Persada memulai hari kerjanya dengan mengikuti rapat redaksi Tempo.co yang dibuka setiap pukul enam pagi. Rapat harian yang disiarkan lewat aplikasi konferensi daring itu berjalan dalam dua sesi, masing-masing berlangsung sekitar satu jam. “Usul liputan biasanya diajukan malam sebelum rapat besar setelah dibahas di masing-masing kompartemen kanal berita,” kata redaktur kanal Nasional Tempo.co itu pada Jumat, 5 Maret lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bagian pertama rapat itu membahas perencanaan kanal berita Nasional, Politik, Hukum, Ekonomi, Metropolitan, Internasional, dan Foto. Sesi berikutnya membicarakan kanal soft news, seperti Olahraga, Gaya Hidup, Kesehatan, dan Video. Topik utama dan siapa wartawan yang bakal meliput peristiwa serta narasumbernya ditentukan dalam rapat pagi itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Internet membuat informasi bergerak lebih cepat. Sementara para reporter menggali bahan liputan, redaksi di kantor bekerja dengan dibantu tim khusus dalam memantau berita dan informasi yang beredar di Internet, termasuk media sosial, berdasarkan kriteria search engine optimization (SEO). Hal itu membuat berita-berita, termasuk yang diunggah Tempo.co, menjadi lebih mudah dicari lewat peramban. “Tim itu melapor jika ada artikel dengan kriteria SEO yang tidak pas. Kami tinggal menyesuaikan,” ucap Syailendra, yang bergabung dengan Tempo sejak 2011.
Situs berita Tempo.co menjadi bagian penting dalam program transformasi digital Tempo. Sebelumnya, redaksi Tempo beberapa kali menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi, dari menggunakan teknologi cetak yang lebih canggih hingga menyunting naskah satu pintu di komputer. Tentu tak semuanya berjalan mulus.
Direktur Utama PT Tempo Inti Media Toriq Hadad mengatakan tim Tempo memiliki kemampuan adaptasi luar biasa terhadap perkembangan teknologi. Dia masih ingat bagaimana sekitar tiga dekade lalu para jurnalis senior yang gagap teknologi harus belajar menggunakan komputer. Fikri Jufri, salah satu redaktur majalah Tempo, dulu kerap mengeluh bila mengetik naskah di komputer. Tapi dia tak punya pilihan karena penulisan dan penyuntingan naskah harus dilakukan di komputer. “Setiap kali dia mengedit, mesti ramai dengan teriakannya minta bantuan. Rupanya, dia enggak bisa menyimpan file tulisannya di komputer,” tutur Toriq, tergelak.
Proses adaptasi dengan teknologi baru berlanjut ketika Internet merambah Indonesia pada pertengahan 1990-an. Ketika itu, majalah Tempo dilarang terbit. Tak mau menyerah terhadap keadaan dan berkat dorongan Yusril Djalinus—salah satu pendiri Tempo—redaksi meluncurkan situs berita Tempointeraktif.com.
Waktu itu, media massa daring (online) adalah barang baru di Indonesia. Tak memiliki surat izin usaha penerbitan pers, Tempo Interaktif kerap dicap ilegal. Toh, para jurnalisnya terus saja menulis berita. Segelintir pejabat pemerintah yang melek Internet cukup membantu ketika diminta menjadi narasumber berita dan akhirnya mengerek kredibilitas Tempo Interaktif. Meski saat itu tak banyak orang mengakses Internet, situs ini cukup banyak mendapat respons. Setahun setelah situs diluncurkan, setiap bulan terdapat 40-50 ribu pembaca.
Tempo Interaktif dipertahankan ketika majalah Tempo terbit lagi sekitar empat bulan setelah Presiden Soeharto lengser pada Mei 1998. Situs itu menyebarkan berita dan data, termasuk tulisan-tulisan eksklusif yang dimuat di majalah Tempo. “Pelan-pelan infrastrukturnya dibenahi dan dipindahkan ke tempat yang aman dan dengan pasokan listrik yang terjamin,” ucap Kepala Biro Sistem Informasi Tempo Inti Media Handy Dharmawan.
Handy tergabung dalam tim pengembangan digital Tempo yang dikepalai Pemimpin Redaksi Tempo Interaktif Daru Priyambodo, yang merombak besar-besaran desain situs Tempo Interaktif pada 2008. Daru adalah orang pertama yang memimpin divisi digital Tempo. Dia pula yang membuat peta jalan pengembangan bisnis digital Tempo. Tiga tahun setelah peluncuran desain baru itu, nama situs Tempo Interaktif berubah menjadi Tempo.co, yang dianggap lebih singkat dan mudah diingat. “Investasi untuk digitalisasi makin besar dan Tempo juga mengembangkan aplikasi sendiri seperti yang dipakai sekarang,” ujar Handy.
Menurut Pemimpin Redaksi Majalah Tempo Wahyu Dhyatmika, transformasi digital adalah suatu keniscayaan bagi semua media massa konvensional. Perkembangan teknologi digital membuat perilaku pembaca berubah. Demografi pembaca juga berubah sehingga Tempo perlu menyesuaikan diri agar jurnalisme gaya Tempo menjadi relevan. Produk pemberitaan yang bagus dan berkualitas harus dibaca oleh banyak audiens. “Transformasi digital menjadi penting agar konten-konten bagus Tempo menjangkau pembaca digital seluas-luasnya,” kata Wahyu.
Suasana peluncuran TEMPO.CO di FX Plaza Jakarta, November 2011. Dok TEMPO/Hariandi Hafid
Perubahan pola kerja dalam proses transformasi digital sempat memicu kekhawatiran akan pergeseran roh jurnalisme dan nilai-nilai Tempo. Aturan main baru di dunia digital, termasuk tentang seberapa banyak berita dibaca alias trafik, membawa dampak besar pada bagaimana redaksi media digital harus bekerja. Tempo sempat menjalankan program konvergensi, yakni menggabungkan semua awak redaksi majalah Tempo, Koran Tempo, dan Tempo.co. Namun program ini akhirnya dihentikan agar redaksi bisa lebih berfokus dalam pengembangan potensi digital di outlet masing-masing.
Perkembangan itu juga membuat Tempo harus menyesuaikan aset dan format digital agar pas dengan perilaku dan demografi pembacanya. Tempo.co mengandalkan kecepatan dalam menyajikan berita yang berkualitas. Adapun Koran Tempo, yang beralih menjadi surat kabar digital sejak 1 Januari 2021, berisi laporan, data, dan analisis yang lebih lengkap. Majalah Tempo, yang terbit setiap pekan, berfokus pada penyajian liputan yang mendalam dan laporan investigasi yang selama ini menjadi identitasnya.
Tempo juga menyiapkan kemampuan redaksi dalam menganalisis data agar bisa menjadi masukan saat menentukan konten dan produk digital. Menurut Wahyu, kemampuan awak redaksi dan tim bisnis dalam beradaptasi dengan format baru serta menganalisis data pasar secara akurat itu lebih penting ketimbang menekankan satu format, aset, atau produk tertentu. Persiapan teknis, seperti pelatihan dan pembuatan panduan operasional, menjadi pelengkap proses transformasi digital. “Kini jumlah pembaca digital Tempo sudah jauh lebih besar daripada pembaca produk cetaknya,” tutur Wahyu. “Target kami, pada akhir 2021, pelanggan berbayar Tempo bisa mencapai 100 ribu orang.”
Infrastruktur juga menjadi kunci penting dalam transformasi digital. Tempo sudah mengembangkan manajemen pelaporan berita satu pintu yang terkoneksi dengan Internet sejak awal 2000. Namun, hingga 2008, Tempo hanya memiliki satu server. Pada 2018, Tempo memindahkan sebagian besar datanya ke infrastruktur penyimpanan berbasis awan (cloud server) yang lebih tangguh dan mudah diakses. Tantangan terbesarnya adalah memindahkan data publikasi Tempo sejak 1971 yang harus secara bertahap. “Sekarang semua sudah digital,” ucap Handy.
Sistem keamanan pun harus digeber. Tempo kerap menghadapi serangan siber ketika menerbitkan berita-berita sensitif, seperti kasus korupsi, sengketa politik, dan isu pelanggaran hak asasi manusia. Meski demikian, menurut Handy, serangan siber itu masih bisa ditangani oleh tim Tempo. “Pelanggan banyak memberi masukan soal pengalaman mereka mengakses Tempo digital sehingga kami juga terus melakukan perbaikan.”
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo