Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada November 1815, cuaca dingin berkepanjangan.... Tahun ini telah terjadi bencana terparah dari semuanya. Meskipun sudah disiarkan oleh para penulis sejarah, akan lebih baik jika saya sendiri yang menceritakannya....
KALIMAT tersebut tertera dalam catatan harian seorang pastor bernama Arnold Eduard Aloysius Hubert Borret (1751-1839). Pada 1815 itu, pada usia 64 tahun, sang pastor berdomisili di Velp, Provinsi Noord-Brabant, Belanda sebelah selatan. Borret selalu mencatat berbagai kejadian, termasuk keadaan cuaca di wilayahnya.
Pastor Borret wafat di Reek pada usia 88 tahun. Pada 1889, catatan ini diterbitkan menjadi buku oleh Le Courrier de la Meuse dengan judul Beknopt dag verhaal der lotgevallen van A. Borret, 1792-1830. Buku harian ini kini tersimpan di Perpustakaan Sociaal Historisch Centrum Limburg di Maastricht, Belanda.
Kalimatnya pada 1815-1817 tersebut merupakan kesaksian betapa buruknya cuaca saat itu:
Pada 8 Desember, semuanya membeku. Udara terus-menerus dingin. Sejak bulan Maret, semua kekurangan bahan makanan. Sejak bulan Mei sampai Juli 1816, api perapian harus selalu dinyalakan. Pada 13 Mei, hujan salju turun begitu lebat. Hujan berlangsung sejak 3 Mei dan baru reda pada 10 Agustus.
Pada 7 Agustus, ketinggian air Sungai Maas (sungai yang mengalir dari Prancis, Belgia, dan Belanda menuju Laut Utara)?naik. Gudang bawah tanah milik saya terendam air. Semua hancur. Pada 12 Agustus, cuaca mulai reda (membaik). Hujan tidak turun sampai 1 September. Kemudian terjadi lagi hujan yang sangat deras. Bahkan membuat Sungai Maas dalam waktu 32 jam meluap mencapai ketinggian tujuh kaki (sekitar 2,3 meter). Ini luar biasa.
Kebun gandum kembali terendam air. Pada 11 September sore, cuaca mulai membaik. Pada 18 September, orang bisa menanam gandum di beberapa lokasi ,tapi dengan susah payah. Yang tak mungkin saya bisa lupa adalah nyamuk beterbangan dalam jumlah yang luar biasa besar, berjuta-juta . Lalu mereka mati berjatuhan di dalam air. Dari jauh, saya bisa melihat tumpukan nyamuk mati. Permukaan sungai dan kali ditutupi tebalnya tumpukan nyamuk.
Pada akhir September, hujan turun lagi, untuk kedua kalinya, kebanyakan kebun gandum terendam. Bulan Oktober, saya melihat tanaman gandum menjadi busuk. Mendung terus-menerus sampai 9 Maret 1817. Pada 10 Februari, harga roti gandum 18 gulden. Gandum 13 gulden, biji gandum 11 gulden, kacang polong 25 gulden. Sejenis gandum lainnya di Malde 36 gulden. Kentang 16 sen per barel. Di wilayah sepanjang Sungai Maas, banyak sapi, babi, dan kuda juga mati.
Februari adalah yang paling buruk. Badai hampir terus-menerus. Guntur lebih keras. Pada hari ke-27, semuanya sudah di luar batas (tak terkendali). Tanggal 3 Maret, hujan es. Atap rumah saya rusak parah. Jendela-jendela kaca di gereja hancur. Pada 8 Maret, hujan lebat dan hujan salju. Sangat mengerikan.
Pada 9 Maret ,diadakan doa secara khusyuk di seluruh wilayah Ravenstein dan Megen. Dalam semua ibadah, (misa) wajib memanjatkan pujian dan doa memohon cuaca yang baik dari surga. Pada keesokan harinya, matahari yang tidak pernah dilihat manusia dalam 13 bulan muncul. Meskipun air masih sangat tinggi, (kondisi buruk) mulai mereda.
Sampai musim panen 1817, kemiskinan benar-benar tak terlukiskan. Sepotong roti dari 10 pon menjadi 1 gulden. Tepung terigu 35 gulden, roti gandum 24 gulden, dan gandum hitam 20 gulden, 1 ukuran graafse gandum 14 gulden, jerami 25 gulden, gabah kering 13 gulden untuk seribu pon. Setiap orang bertahan hidup dengan makanan yang dipetik langsung dari tanaman pagar (yang tumbuh liar) di sepanjang jalan dan mengupas kulit biji gandum. Ternak terpaksa mengalah (untuk mendapatkan makanan) karena harga makanan tidak hanya sangat mahal, tapi juga membusuk.
Pada 1 September, cuaca mulai hangat. Gandum hitam, gandum, terigu, biji-bijian, kacang polong, biji minyak, kentang, dan sayuran di kebun mulai tumbuh. Karena itu, kita harus selalu mengucap syukur kepada Tuhan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo