Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Hujan Yang Mengalahkan Napoleon

Hujan Lebat Di Luar Musim Yang Mengguyur Medan Pertempuran Di Waterloo Diperkirakan Dipengaruhi Abu Letusan Tambora.

30 Maret 2015 | 00.00 WIB

Hujan Yang Mengalahkan Napoleon
material-symbols:fullscreenPerbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Sastrawan Prancis, Victor Hugo, menuduh langit telah menyetir nasib Eropa. "Bila saja hujan tak jatuh pada malam 17 Juni 1815, masa depan Eropa pasti akan berbeda. Hujanlah yang kurang-lebih telah menumbangkan Napoleon," begitu tulisnya dalam bab ketiga Les Miserables.

Hujan yang terjadi pada malam sebelum pertempuran ini memang menjadi salah satu teori populer tentang penyebab kekalahan Napoleon melawan pasukan koalisi, yang dipimpin The Duke of Wellington dan Gebhard von Blücher.

Belakangan, hujan lebat yang menurut Hugo terjadi di luar musim itu disebut-sebut merupakan salah satu efek letusan Gunung Tambora, yang jaraknya sekitar 12 ribu kilometer dari lokasi kejadian di dataran Belgia ini.

Dalam pertemuan ilmiah Applied Geoscience Conference di Universitas Warwick, Inggris, pada 1996, seorang pakar geologi dari negara itu, Kenneth Spink, menghubungkan kedua peristiwa berselang sekitar dua bulan ini. Meskipun curah hujan mencapai 7,5 sentimeter bisa terjadi sepanjang bulan Juni, hujan lebat yang terjadi pada malam hingga pagi di Waterloo ini di luar kebiasaan.

Beberapa laporan saksi mata dari pasukan Inggris yang dikumpulkan oleh Dennis Wheeler dan Gaston Demarée, peneliti dari Universitas Sunderland dan Royal Meteorological Institute of Belgium, menunjukkan dahsyatnya badai tersebut. "Saat malam menjelang, seluruh tubuh kami basah kuyup, dan cuaca buruk ini berlanjut sepanjang malam," tulis serdadu Inggris, William Wheeler, dari Infanteri 51 Kings Yorkshire yang berjaga di Quatre Bras, dalam catatannya.

Ditemani petir dan guntur yang terus menggelegar, mereka tak dapat berbaring karena tanah terlalu becek. Sedangkan berlindung di balik selimut pun mustahil karena mereka harus selalu bersiaga terhadap pasukan Prancis pimpinan Marshall Ney yang jaraknya sangat dekat. "Satu hal yang menghibur kami adalah kami tahu bahwa musuh juga tengah mengalami masalah serupa," tulisnya.

Serdadu Inggris lain, John Lewis, dalam surat kepada sahabatnya, menyebutkan hujan begitu derasnya. Tentara tertua di divisinya pun mengatakan tidak pernah melihat hujan seperti ini.

Paginya, diperkirakan pukul enam-sembilan, hujan mulai berhenti. Medan pertempuran yang luasnya 6,5 x 3,5 kilometer yang terletak di daerah dataran rendah yang kontur tanahnya naik-turun ini berubah menjadi kolam lumpur. Kapten Cotter dari Resimen South Lincolnshire, misalnya, menulis, untuk berjalan kaki, ia harus menginjak lumpur yang dalamnya lebih dari mata kaki.

Kondisi ini membuat Napoleon memutuskan menunda serangannya terhadap pasukan Wellington yang menghadangnya dalam perjalanan untuk menembus Brussel, Belgia. Sejarawan Inggris dari abad ke-19, Edward Shepherd Creasy, yang mengutip memoar Napoleon, menyebutkan salah satu alasan penundaan adalah pasukan berkuda dan senjata berat akan sulit bermanuver di tanah lumpur. Apalagi peluru meriam seharusnya memantul di tanah sebelum meledak agar daya rusaknya maksimal. Ini mustahil terjadi di tanah berlumpur.

Creasy mencatat Napoleon membawa total sekitar 71 ribu tentara, di antaranya 15.765 anggota pasukan berkuda dan 7.232 tentara yang -mengoperasikan artileri. Beberapa sumber lain menyebutkan jumlah berbeda, tapi tak jauh dari data ini.

Sementara itu, semakin lama Napoleon menunda serangan, pasukan Prusia yang dipimpin Gebhard von Blücher yang berkonvoi dari Wavre-menurut catatan Creasy berjarak sekitar 19 kilometer dari lokasi pertempuran-semakin dekat.

Menjelang tengah hari, Napoleon mulai menyerang pasukan Wellington, yang masih menunggu Blücher. Sepanjang siang hingga petang, kedua pasukan ini bertempur sengit, saling rebut benteng pertahanan. Konsentrasi Napoleon kian terpecah saat tentara Prusia tiba dan merebut sejumlah lokasi. Kekuatan pasukan Napoleon semakin berantakan, dan akhirnya pada malam hari tentara koalisi mengumumkan kemenangan.

Guru besar sejarah dari Universitas Indonesia, Djoko Marihandono, menyebutkan, meski teori mengenai letusan Tambora mempenga-ruhi hasil akhir pertempuran di Waterloo semakin populer, hal ini tetap harus disikapi dengan hati-hati. "Karena ini adalah hal yang menyangkut banyak disiplin ilmu. Juga harus dilakukan riset yang mendalam tentang laporan cuaca di lokasi tersebut," ujarnya.

Riset seperti ini telah dilakukan oleh Wheeler dan Demarée, dan dipublikasikan dalam makalah "The Weather of the Waterloo Campaign 16 to 18 June 1815: Did It Change the Course of History". Namun mereka pun tidak menemukan data cuaca di lokasi pertempuran, tapi catatan harian yang tersebar di Inggris dan Eropa. Meski menyebutkan soal Tambora, laporan yang dirilis pada 2005 ini juga tidak secara eksplisit menghubungkannya dengan hujan badai di Waterloo.

Dalam kesimpulannya, Wheeler dan Demarée menyebutkan, meski memiliki andil, cuaca bukan faktor tunggal penentu kekalahan Napoleon. Faktor lain yang dipandang sangat vital adalah pengambilan keputusan. Salah satunya keputusan Marshal Ney, pemimpin pa-sukan Prancis, untuk menunda penyerangan Quatre Bras, sehingga pasukan Prusia dapat kembali berkumpul di Wavre. Bila Ney mengambil keputusan berbeda, banyak yang berteori pertempuran di Waterloo dapat dimenangi Napoleon, hingga ia tidak harus diasingkan ke Pulau Saint Helena hingga akhir hidupnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus