Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SAMA-SAMA busuk, lebih jujur mana koruptor dibanding pencuri? Mungkin pencuri yang lebih jujur kepada dirinya sendiri. Belum pernah ada koruptor yang menuliskan aksinya menjarah duit negara secara blakblakan. Pencuri? Sudah ada. Namanya Bambang Setyawan, 35 tahun, orang Grobogan, Jawa Tengah.
Dicokok oleh Kepolisian Kota Besar Semarang pertengahan Januari ini, Bambang menuturkan apa adanya aksi kriminalnya. Polisi pun lebih enteng tugasnya karena ternyata warga Desa Dukuh, Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan, ini telah menuliskan kejahatannya dalam catatan harian. Pengalaman Bambang dibeberkan pada buku berwarna cokelat muda dengan sampul plastik bertuliskan "Millenium."
Pada lembar pertama buku setebal 200 halaman ini tertera nama Bambang Setyawan yang beralamat di "Gub Holly Wood." Gub bisa dipastikan kependekan dari Gubug, kecamatan asal Bambang. Dalam kolom pekerjaan, diisi keterangan "gamblingan." Maksudnya gambling alias judi. Kolom telepon pun diisinya dengan nomor telepon genggam 08156612xxx.
Bambang sebetulnya pernah menjadi pengusaha sukses. Bisnisnya sebagai agen penjualan gas cair atau elpiji di Kota Semarang lumayan berkibar. Rumahnya cukup mentereng, mobilnya empat buah, dan motornya dua biji. Cuma, nasib sial pernah menghantamnya. Saat digelar Piala Eropa dan Liga Champions 2000 lalu, ia keranjingan taruhan bola senilai jutaan rupiah. Kalah telak, akhirnya dia terpaksa melego semua kekayaannya. Tak hanya jatuh miskin, Bambang juga terlilit utang.
Karena tak kuat menanggung malu, Yanti, istrinya, minggat ke Arab Saudi dua tahun kemudian. Alasannya mencari nafkah. "Istri saya pergi tanpa seizin saya," kata Bambang kepada TEMPO. Dua anaknya yang masih kecil, Tya dan Nia, terpaksa dititipkan ke mertuanya lantaran Bambang tidak sanggup membiayai hidup mereka.
Terperosok di lembah kemiskinan, Bambang memutuskan tinggal di rumah kontrakan di Jalan Pedurungan, Semarang. Ia pun terus memutar otak untuk mencari nafkah demi menghidupi kedua anaknya. Entah mengapa, jebolan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional Yogya dan Fakultas Hukum Universitas Tujuh Belas Agustus Semarang (keduanya hanya sampai semester 5) ini tak punya ide cemerlang selain menjadi pencuri.
Petualangannya di dunia kriminal dimulai Maret tahun lalu. Beroperasi di siang hari, Bambang suka menjarah rumah orang dengan cara bertamu secara baik-baik dan berpura-pura mencari seorang teman. Karena ia berpenampilan necis dan tampak terpelajar, tuan rumah yang dikunjungi sering tak mencurigainya. Tangan Bambang akan sigap memanjang, alias menilap barang, bila tuan rumah tampak lengah. Barang yang dicuri biasanya uang kontan, telepon genggam, dan laptop.
Semua aksinya dicatat dengan teliti dalam buku hariannya. Ia selalu menerakan tanggal kejadian, nama korban yang dikenalinya, lokasi, hasil curian, serta penggunaan uang tersebut. Di setiap akhir catatan, selain selalu menorehkan tanda tangan, "Saya sengaja menulisnya untuk kenang-kenangan saya saat ditinggal istri," kata Bambang.
Ketika pertama kali beraksi tahun lalu, ia menulis begini, "15 Maret malam Suro. Saya dapat uang Rp 1.230.000. Uang tersebut buat bayar utang-utang saya. Rasa-rasanya saya malas cari uang. Tanpa istri tak ada yang diajak rembukan komunikasi. Hidup saya terasa hampa tanpa istri. Buat kebutuhan anak plus susu saya carikan sampai dapat hari ini juga. Begitulah kenangan saya tanpa istri."
Pencuri amatir ini pernah memperoleh hasil yang besar pada 16 Mei 2002. Dia pun menuangkan dalam buku hariannya, "Inilah kenangan saya mendapat uang gede tanpa ada istri tersayang. Uang tersebut dapat di Mranggen, Rp 5.000.000 dan HP merek Nokia. Uang tersebut saya belikan, susu, pakaian untuk anak. Sisanya habis untuk berfoya-foya, beli nomer dan minum cong-yang (minuman keras khas Semarang?Red.)."
Setelah ditangkap polisi pekan lalu, Bambang meringkuk di sel Kepolisian Kota Besar Semarang sampai sekarang. Kepada polisi, ia mengaku telah mencuri sebanyak 28 kali. Terakhir, pencuri kesepian ini beraksi pada 25 Desember silam. Ini pun dicatatnya: "Aksi pada hari Natal ini dapat HP Nokia 8210, walkman dan laptop (ecek-ecek) lalu saya jual di Johar. Uangnya buat kado tahun baru dan ulang tahun Tya dan Nia serta untuk beli susu. Inilah kenangan hidup saya, hidup tanpa istri."
Bagi polisi Semarang, Bambang termasuk pencuri yang aneh karena menulis kejahatannya di buku harian. Tapi mereka senang karena aksinya gampang dilacak. "Saya berharap semua pencuri menulis semua aksinya. Dengan demikian, polisi mudah membongkar kejahatannya," kata Kepala Satuan Reserse Poltabes Semarang, Komisaris Polisi Jafriedi M.M., sembari tergelak.
Kelik M. Nugroho, Sohirin (Semarang)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo