Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Cinta di atas pohon kelapa

Darsih, warga tambak, banyumas, sakit hati melihat pacarnya, mukhlas bawa perempuan lain ke rumahnya. tak sadar darsih memanjat pohon kelapa yang tinggi. darsih diturunkan setelah ada pengakuan cinta mukhlas.

29 April 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEBAHAGIAAN Darsih merebak. Mukhlas, pacarnya, yang sudah tiga bulan bekerja di Jakarta, pulang kampung. Gadis Desa Prembun, Tambak, Banyumas, ini tak sabar lagi menunggu. Ia langsung ke rumah Si Doi. Celakanya, di rumah Mukhlas itu ada gadis lain. Hati Darsih yang semula berbunga-bunga langsung layu. Mukhlas mencoba menjelaskan siapa dan mengapa gadis itu. Darsih tutup telinga. Lalu, ia angkat kaki. Berlari dan tak peduli. Mukhlas menyusul kemudian. Ternyata, Darsih tak ada di rumahnya. Suwargo, ayah Darsih, juga tak tahu-menahu perihal anak gadisnya itu. Semua orang akhirnya dibuat sibuk. Darsih, Darsih, di mana sih kamu? Di tengah kepanikan mencari Darsih, Sutarman, salah seorang penduduk desa, datang tergopoh-gopoh. Ia melaporkan Darsih sedang meraung-raung di atas pohon kelapa miliknya. Lho. Suwargo kaget bukan alang-kepalang. Setahunya, Darsih tak bisa memanjat pohon apa pun, apalagi pohon kelapa. Perbuatan anaknya betul-betul aneh dan langka, tapi nyata. Bayangkan saja, pohon kelapa itu tingginya 15 meter. Desa Prembun pun dibuat geger. Kendati sudah dibujuk dengan berbagai cara, Darsih tak mau turun. "Aku tak mau turun kalau Mukhlas pacaran dengan gadis yang dibawa dari Jakarta. Lebih baik mati di atas pohon ini," katanya dengan gagah berani. Mukhlas menyahutnya dari bawah, "Darsih, itu bukan pacarku." Darsih berteriak, "Aku tetap di sini kalau aku belum tahu siapa yang kamu bawa." Mukhlas berteriak di bawah, "Itu temanku, namanya Tarni. Pacarku hanya kamu. Sungguh mati, hanya kamu yang kucintai." Darsih tetap melanjutkan dialog yang mirip lirik lagu Indonesia ini, dialog cengeng. "Aku tak mau turun kalau kamu belum berjanji," tantang Darsih. "Baiklah, aku berjanji: aku tidak akan meninggalkanmu dan mencintai gadis selain kamu. Dan hanya kamulah calon istriku. Turunlah, Sayang," bujuk Mukhlas. Mendengar itu, Darsih terbujuk. Ia pun bersedia turun. Tiba-tiba ia menjerit, ia baru sadar berada di atas pohon tinggi dan tak bisa turun sendiri. Mukhlas, Suwargo, dan beberapa orang lagi, bingung juga. Mereka lalu berembuk mencari akal guna menolong Darsih. Orang-orang itu membuat tangga hidup. Yang bertubuh kekar dan kuat bertindak sebagai tumpuan. Ia dinaiki yang bertubuh lebih kecil. Begitu seterusnya. Jadi, ada tujuh orang bertingkat. Lewat itulah Darsih turun. Gadis ini mengaku lancar saja memanjat pohon kelapa. "Waktu itu saya emosi," kata gadis tamatan SMP ini. Kisah di bulan Maret lalu ini berakhir happy. Darsih dan Mukhlas segera dipertunangkan. Takut kalau-kalau Darsih nanti naik tiang listrik tegangan tinggi demi cintanya itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus