Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Cium balas dendam

Darni, 21, balas dendam kepada pacarnya, jasiran, dengan cara menggigit bibir sampai luka parah. pasalnya, darni tidak senang dituduh dicipok kakek-kakek di kereta api.

22 Februari 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HATI Jasiran berbunga-bunga. Secara tak terduga, Darni, 21, gadis yang ditaksirnya, nyamperin dan mengajaknya jalan-jalan. "Ohoii," siul pria Desa Selanegara, Banyumas, Ja-Teng, sambil menggandeng doi-nya. Pasangan itu berjalan ke Desa Sumpiuh, 5 km jauhnya dari tempat Jasiran. Darni, yang katanya mau membeli obat itu, di jalan sepi menggelendot di bahu Jasiran. Tentu saja hati pemuda ini pyar-pyar-an. Degup jantung Jasiran berdetak cepat ketika di tempat sunyi dan gelap gadis manis itu mengajak berciuman. Dan, cup, cup, berlangsung sesaat. Sesudah itu Jasiran meronta-ronta memekik tertahan. Soalnya, ya ampun, Darni ternyata menggigit bibir pemuda itu dengan beringas. Dan begitu selesai, hitam manis itu terus lari, meninggalkan Jasiran yang berdarah dan bengkak di daerah mulut hingga tiga hari. "Saya ingin melampiaskan dendam," ujar Darni ketika ditemui kemudian. Pasalnya Jasiran mengobral cerita bahwa Darni telah di-cipok kakek-kakek di kereta api. Memang, awal tahun lalu Darni naik KA cepat Yogya-Bandung sewaktu pulang dari Solo. Sebelum kereta masuk Terowongan Ijo, Gombong, bibir Darni merah oleh lipstik yang tebal. Tetapi, eh, begitu byar -- kereta keluar terowongan -- gincu di bibir Darni kok hilang. "Tentu dikulum orang, waktu keadaan gelap di terowongan," kesimpulan Jasiran. Dan yang menyerobot bibir Darni itu tentu laki-laki yang duduk sebangku. Kebetulan laki-laki tadi, menurut Jasiran yang kebetulan sekereta dengan gadis itu, kakek-kakek. Kesimpulan: Darni di-cipok kakek-kakek. Darni tentu saja menolak. "Lipstik itu saya hapus sendiri," katanya. Ia mengaku malu kalau datang ke kampung dengan dandanan menor. Gincu yang dipoleskan itu sendiri, kata dia, adalah milik anak bibinya di Solo. "Saya baru pertama kali itu memakai lipstik," ujarnya, "dan takut dibilang sok kalau tak saya hapus." Pembelaan Darni sia-sia. Orang di desanya lebih percaya cerita Jasiran. Dan, seperti biasanya, cerita berkembang jauh. "Saya jadi malu," ujar gadis berambut pendek itu. Tapi, mengapa pembalasan kepada Jasiran harus dilakukan dengan mencium bibir? Jawabnya kalem, "Utang bibir dibayar bibir." Pintar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus