KEHADIRAN sepasang kebo di Desa Pageralang, Banyumas, membuat risi penduduk. Setiap datang, dua sejoli itu selalu berkubang di rumah Nyonya Diman. Salah satu kebo tadi memang anak si nyonya. Memang, Tukiyem, 20, pembantu rumah tangga di Cilacap, bila mudik selalu menggandeng jantannya, Yulianto. Kebo-keboan ini sudah berlangsung hampir setengah tahun. "Mereka selalu satu tempat tidur," ujar seorang penduduk yang mengaku pernah mengintip. Kesabaran masyarakat akhirnya ada batasnya. Desember lalu, pasangan itu digerebek. Dan di hadapan pamong desa, mereka berjanji -- dengan surat pernyataan -- akan menikah, paling lambat akhir 1985. Tetapi hingga awal tahun ini perkawinan tak kunjung berlangsung -- hanya kumpul kebonya yang jalan terus. Untuk kedua kalinya mereka digerebek. Nah, kali ini Yulianto memberi alasan. "Saya sanggup menikah, tapi tidak punya uang," ujar buruh serabutan itu terus terang, seperti ditirukan Mulyanto, ketua RT. Penduduk akhirnya sepakat menyumbang kebo yang dilanda asmara itu. Terkumpul enam ribu rupiah -- dan direncanakan untuk biaya KUA. Sedang untuk pestanya, seorang penduduk rela meminjamkan rumahnya serta hidangan -- gratis. Tanggal perkawinan pun dipastikan: akhir Januari silam. Tetapi hingga pekan lalu perkawinan itu belum juga berlangsung. Si jantan tak pernah nongol lagi. Penduduk khawatir jejaka itu lari, mencari kebo lain. Tapi Tukiyem menenangkan mereka, sambil memberi alasan yang lain lagi. Kata gadis kuning itu, jantannya sedang mencari duit untuk nikah. "Rasanya, malu juga diongkosi masyarakat," ujarnya. Ia tampak kalem saja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini