LAUT Cina Selatan ternyata menyimpan banyak harta karun, yang tak ternilai harganya. Baru-baru ini sekelompok pencari harta terpendam menemukan benda-benda porselen dan barang berharga lainnya, semuanya buatan Cina, dalam sebuah kapal yang tenggelam dua abad silam. Harta karun itu, setelah diteliti, dipastikan milik perusahaan dagang Belanda, VOC. Diperkirakan barang-barang itu dikapalkan pada 1751. Dan, dalam perjalanan dari Cina ke Batavia (kini: Jakarta), satu di antara dari beberapa kapal pengangkut tersebut tenggelam di Laut Cina Selatan lokasi tepatnya tidak disebutkan guna mencegah penyelam harta karun lainnya berduyun ke sana. Hasil penemuan Michael Hatcher, sang pemburu harta karun asal Inggris itu, meliputi 150.000 buah piring dan mangkuk porselen berbagai jenis. Di samping itu, terdapat pula 100 batang emas murni. Para peneliti benda purbakala di Inggris memperkirakan benda-benda porselen itu memang dipesan khusus oleh VOC. Sebab pada beberapa bagian benda-benda itu ditemukan lukisan bunga dan pemandangan tropis lainnya. Karena itu, para ahli kepurbakalaan menilai barang-barang antik yang ditemukan itu punya nilai luar biasa. Artinya, selain tua, dalam khazanah barang kuno Cina sendiri, tergolong jenis langka. Kapal yang menyimpan harta karun itu, tak perlu disangsikan, memang milik VOC. Sebab, pada bangkai kapal ditemukan lonceng kapal dan dua meriam berlambang VOC. Dan, yang paling meyakinkan, ditemukan pula dokumen-dokumen kapal yang memang menunjukkan kapal berharta karun itu milik VOC, dan dalam perjalanan dari Cina. Hatcher, penyelam kawakan itu, Mei tahun lalu, juga menemukan pula harta karun di Laut Karibia. Namun, katanya, nilainya tak seberapa. Ketika memburu harta karun VOC di Laut Cina Selatan, Hatcher bekerja pada sebuah perusahaan perkapalan Singapura, United Subsea Services -- yang tampaknya membiayai ekspedisi itu. Ia mengatakan menemukan harta karun VOC itu secara tak sengaja. Awal kisahnya, Hatcher bertemu dengan seorang peneliti Belanda yang bercerita tentang sebuah kapal VOC yang membawa muatan bernilai tinggi tenggelam di Laut Cina Selatan di sekitar abad ke-17. Dan kapal itu hingga kini belum pernah ditemukan. Hatcher, sebagai pemburu harta karun, tertarik. Lalu, dengan bantuan dokumen-dokumen tua, ia berhasil menemukan rute kapal itu, dan di mana kira-kira tenggelamnya. DENGAN peralatan selam dan alat-alat pencari yang sederhana (ia, misalnya, tak punya alat pendeteksi mutakhir maupun robot pengangkat benda di dasar laut yang bisa dikontrol dari kapal) Hatcher mulai memburu. Yang mula-mula ditemukannya sebuah piring porselen berdiameter 30 sentimeter. Setelah itu, daerah di sekitar piring tersebut ditemukan, digalinya dengan cara menyedot pasir. Lalu bermunculan harta karun lainnya, dan hampir tanpa cacat. Semua benda porselen itu masih tersusun dengan baik hingga pencarian selanjutnya tidak terlampau sulit. Beberapa benda yang dinilai sangat berharga dipilih pemerintah Singapura untuk dimuseumkan. Sisanya akan dilelang di pusat penjualan barang antik di Amsterdam. Para ahli kepurbakalaan memperkirakan nilai barang yang dilelang itu akan mencapai US$ 4,5 juta-- sekitar Rp 5 milyar. Tak diketahui berapa besar bagian untuk Hatcher dan kawan-kawan. Mereka juga tak mau mengungkapkan biaya yang sudah dikeluarkan dalam ekspedisi tiga bulan mencari harta karun itu. Diduga, mereka untung besar. J.S. Laporan Adi Pradana (London)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini