Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Contoh Kecil Untuk Nelayan

Yayasan dana sosial islam sum-bar memberi bantuan uang untuk nelayan ulak karang, padang, yang terkenal miskin. menurut harun zain, gubernur aum-bar, bantuan pemerintah selama ini baru berupa penyuluhan. (kt)

23 Oktober 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEMlSKINAN masih menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan nelayan. Tak terkecuali nelayan Ulak Karang Padang yang perkampungannya menghadap ke samudera Indonesia. Sejak zaman bahari keadaan kehidupan mereka memang begitu-begitu saja. Jumlah nelayan Ulak Karang ada 90 kepala keluarga. Mereka tergabung dalam RK V Ulak Karang di sekitar pantai. Nelayan sebanyak itu memiliki kira-kira 50 buah perahu, dengan peralatan colok, jaring dan kail. Berlayar hampir serempak tiap subuh menuju Pulau Si Bonta di perairan Samudera Indonesia dengan bantuan angin dari darat. Tapi masih diperlukan pendayung. Perjuangan di samudera itu tak selalu menggembirakan. "Rata-rata kami peroleh 20 Kg setiap pergi", kata Bahar RI, ketua RK V. Dengan penghasilan sebesar itu, dihitung hari istirahat sehari tiap kepala keluarga hanya berpenghasilan sekitar Rp 500 per hari. Tapi jika badai lagi mengamuk? Hasil tangkapan nyaris tak ada arti. Nah waktu operasipun tak bisa tiap hari. Ini karena kantuk. Kemudian selama 10 hari biasanya laut diterangl purnama. Itu sama sekali tidak mungkin untuk mencolok, kata Bahar Rl yang ketua RK. kibat minusnya pendapatan nelayan seperti itu keluhan terdengar di Karang. Apalagi kemudian berlaku sistim ijon. Dan menjadilah nelayan sapi perahan sejumlah pedagang ikan di kota Padang. Kapal Tarik Keadaan serupa itu ada juga mendapat anggapan. Paling tidak dari Yayasan Dana Sosial Islam Sumatera Barat, meski ini bukan aparat Pemerintah. Dengan mengumpulkan dana sumbangan ummat Islam akhirnya Pengurus YDSI Sumbar turun tangan menyumbang. Yang diperlukan adalah sebuah kapal untuk menarik perahu baik untuk pergi maupun pulang. Selain bertujuan untuk menghemat tenaga perahu tarik juga bisa menjamin oprasi yang lebih lama di laut. Dan para nelayan tak usah pulang buru-buru. Tak lagi berjuang melawan arus dan angin dari darat. Tapi malang YDSI hanya mampu menyumbang tak lebih dari Rp 500.000. Padahal harga kapal motor ini sekitar Rp 1,4 juta. Dengan berbagai cara para nelayan di sini akhirnya berhasil mengumpulkan pinjaman sebesar yang dibutuhkan. ()perasi dengan kapal motor berkekuatan 24 PK dan ukuran 8 ton itu sudah dimulai sejak pertengahan tahun lalu. Para nelayan dengan 50 perahu ditarik tiap pagi dan petang. Keadaan itu sedikit banyaknya ada membantu perbaikan penghasilan nelayan setempat. Bersamaan dengan itu perbaikan pemasaran pun dilakukan. Sebuah perkumpulan semacam koperasi didirikan. Namanya Usaha Hidup Bersama. Sampai minggu lalu hutang nelayan sudah menyusut dari Rp 900.000 menjadi Rp 600.000. Di samping itu sistim ijon yang selama ini memeras kehidupan nelayan bisa dikurangi. "Penghasilan mereka rata-rata bisa Rp 750 per hari" kata Said Rasyad salah seorang pengurus YDSI Sumatera Barat. Harun Zain YDSI memang hanya sebuah yayasan sosial yang swasta. Mestinya kesulitan nelayan jadi tugas kalangan Pemerintah untuk penanggulangannya. Sejauh ini baru berupa penyuluhan yang dilakukan Dinas Perikanan. Kealpaan itu diakui Harun Zain, gubernur Sumbar yang meninjau keadaan nelayan miskin Ulak Karang Rabu (6/10) 2 pekan yang silam. "Ini satu tantangan buat kita orang Pemerintahan", kata gubernur. Gubernur ada membawa beberapa dinas dalam peninjauan itu. Seperti biasa ia menampik. Artinya bagaimana swasta seperti itu bisa jadi suri teladan. Lalu diminta pula menginventarisir keadaan untuk dibantu lagi di mana perlu. Kealpaan serupa itu bisa juga dimaafkan. Sebab sejauh ini roda pembangunan lebih banyak jatuh di darat di antara petani dan warga kota yang lain. Dan Walikota Padang sendiri juga mengakui hal itu. "Selama ini kita baru memberi petunjuk kepada Dinas tertentu yang beroperasi di tengah nelayan", kata gubernur kepada TEMPO. Tetapi untung juga keberhasilan YDSI meski baru dalam upaya awal saja mendorong juga fihak lain untuk turun tangan. Liwat Lembaga Sosial Desa Walikota Padang drs. Hasan Basri Durin memberi sumbangan Rp 300.000. Lalu ada lagi bantuan insidentil. Ini datang dari Golkar. Bantuan-bantuan itu mengalir bersamaan dengan peninjauan gubernur.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus