Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
FERIYANI Lim diingat sebagai Aling oleh teman-teman semasa remajanya di Pontianak. "Dia cakep, jadi banyak teman yang suka main ke rumahnya," kata Kurniawan, warga Jalan Tanjungpura, Pontianak, kepada Tempo, Jumat pekan lalu. Rumah Kurniawan hanya sepelemparan batu dari bekas tempat tinggal keluarga Aling di Gang Suez. Sejak 2005, Feriyani merantau ke Jakarta.
Feriyani kini menjadi pembicaraan publik setelah beredar fotonya dengan pria yang disebut-sebut sebagai Abraham Samad, ketua nonaktif Komisi Pemberantasan Korupsi. Ia juga melaporkan Samad ke Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia pada 2 Februari lalu dengan tuduhan pemalsuan dokumen. Menurut polisi, Samad menggunakan kartu keluarganya untuk membantu Feriyani membuat paspor di Makassar pada 2007.
Semua dilakukan di tengah kontroversi penunjukan Komisaris Jenderal Budi Gunawan sebagai calon Kepala Kepolisian RI oleh Presiden Joko Widodo, yang diikuti penetapannya sebagai tersangka perkara suap dan gratifikasi oleh komisi antikorupsi. Langkah hukum yang diambil Samad dan kawan-kawan menimbulkan serangan balik berupa kriminalisasi kepada pemimpin dan penyidik KPK, termasuk Samad dan Wakil Ketua Bambang Widjojanto. Presiden menonaktifkan keduanya setelah polisi menetapkan mereka sebagai tersangka.
Nama Feriyani "muncul" setelah diadukan oleh Ketua LSM Lembaga Peduli KPK-Polri Chairil Said ke Mabes Polri dengan tuduhan pemalsuan dokumen paspor. Laporan itu dilimpahkan ke Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan dan Barat pada 29 Januari lalu. Feriyani lantas menjadi tersangka, diikuti Samad pada medio Februari lalu.
Dia bukan lagi gadis sederhana putri pedagang kelontong Ng Chiu Bwe dan Lim Miaw Tian seperti sepuluh tahun silam. Lajang ini tinggal di apartemen mewah Kusuma Candra Tower 3/22-K, Senayan, Jakarta Selatan, bersama ibunya. Dia berbisnis pakaian wanita yang menjadi langganan kalangan atas Ibu Kota, termasuk artis. Menurut seorang temannya, dua tahun setelah menetap di Jakarta, dia dan kakaknya sudah memiliki tiga butik di ITC Mangga Dua.
Seseorang yang mengetahui kehidupannya mengatakan Feriyani mengoleksi tas mahal semacam Hermes dan arloji seperti Richard Mille. Pengacaranya, Haris Septiansyah, menyatakan tak tahu detail kehidupan pribadi Feriyani. "Setahu saya, dia punya butik pakaian wanita," ujarnya. Ia mengatakan kliennya tak bersedia diwawancarai.
DI hadapan Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat, dua hari setelah Feriyani mengadukan Samad ke polisi, Zainal Tahir mengaku memotret Feriyani dan Samad dengan kamera Nokia CDMA di sebuah kamar di Hotel Clarion Makassar pada 22 Februari 2007. Ia adalah bekas pegawai iklan di Grup Fajar, kelompok media di Makassar pimpinan Alwi Hamu, karib lama Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Foto Feriyani dan "pria mirip Samad" yang beredar sebenarnya merupakan potongan dari foto yang lebih besar. Di situ terekam Sukriansyah S. Latief, petinggi Grup Fajar, dan seorang perempuan lain, yang disebutkan sebagai Dewi, tante Feriyani. Samad menampik anggapan bahwa pria di dalam foto itu dirinya. "Pak Samad tak kenal Feriyani sama sekali," ucap penasihat hukumnya, Dadang Tri Sasongko, Kamis pekan lalu.
Pada 2007, Samad memimpin Anti Corruption Committee, organisasi antikorupsi di Makassar. Ia bersahabat dengan Sukriansyah dan Zainal. Ketiganya sama-sama alumnus Universitas Hasanuddin, Makassar. "Saya tak mau berbicara soal itu," ujar Sukriansyah, yang kini menjadi anggota staf khusus Menteri Pertanian, Kamis pekan lalu.
Seorang lelaki pedagang telepon seluler bernama Alwi disebut-sebut sebagai orang yang mengenalkan Feriyani dan Dewi dengan tiga orang itu di Café Black Canyon, Makassar, pada Februari 2007. Feriyani dan Dewi datang untuk berlibur. Kepada ketiganya, Feriyani mengenalkan diri sebagai Sisca.
Alwi meminta ketiga temannya yang memiliki jaringan luas membantu membuatkan paspor untuk Feriyani. Selama tiga hari, dua perempuan itu menginap di Makassar Golden Hotel, sebelum pindah ke Hotel Clarion.
Zainal menolak menerima permintaan wawancara Tempo. Ia kini bekerja di Wisma Bakrie II, kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, tempat mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Hamid Awaludin juga berkantor. Sejumlah kawannya dari Makassar juga sering terlihat di kantor itu.
Di tulisan yang diunggah di akun Facebook-nya pada 5 Februari lalu, Zainal menyatakan tak pernah menyebarkan foto Feriyani. Tapi dia mengatakan geram karena Samad membantah sebagai pria di foto itu. Dia juga mengaku sakit hati karena, sejak memimpin KPK pada 2011, Samad menjauh dengan alasan Zainal menjadi calon legislator dari Partai NasDem.
Tomi Lebang, teman Zainal, mengatakan sudah meminta penjelasan Supriansyah, yang juga kawan dekat Samad di Makassar. "Menurut dia, Zainal selalu mengancam Samad dengan foto itu," ujar Tomi. Tapi, kepada Tempo, Supriansyah mengatakan tak tahu persoalan Samad dengan Zainal.
PASPOR Feriyani dibuat dengan menggunakan kartu tanda penduduk beralamat di Jalan Boulevard Rubi II Nomor 48, RT 003 RW 005, Kelurahan Masale, Kecamatan Panakkukang, Makassar. Terbit pada 22 Februari 2007, kartu ditandatangani Camat Panakkukang Imran Samad, yang juga kakak Abraham. Nama Feriyani tercantum di dalam kartu keluarga Samad sebagai keluarga lain, di samping istri Abraham, Indriana Kartika, serta kedua anak mereka: Nasya Thahira dan Yasin Rantisi. Feriyani ditulis anak Ngadiyanto-Hariyanti. Kartu keluarga diteken Lurah Masale kala itu, Karyadi Kadar.
Samad dalam sejumlah kesempatan menyatakan rumah di Jalan Boulevard itu sudah dijual pada 2006 atau sebelum paspor Feriyani dibuat. Keluarga Samad lalu berdomisili di Jalan Mapala Blok E-29 Nomor 30, Kelurahan Tidung, Kecamatan Rappocini, Makassar. Alamat Nomor 48 itu kini berupa bangunan rumah toko penjual boneka dan pakaian anak.
Karyadi kepada polisi mengatakan tak pernah menandatangani dokumen Feriyani. Adapun Imran mengaku menandatangani kartu keluarga yang mencantumkan nama Feriyani. "Semua jawaban saya serahkan ke polisi," ujarnya kepada Tempo, Kamis pekan lalu. Samad pekan lalu mulai diperiksa penyidik Polda Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat sebagai tersangka, walau kemudian dihentikan karena sakit magnya kambuh.
Di tengah proses hukum di Makassar, Samad juga menjadi tersangka kasus lain. Markas Besar Polri menetapkan dia sebagai tersangka penyalahgunaan wewenang karena menemui pihak yang beperkara di Komisi Pemberantasan Korupsi. Kasus ini merupakan laporan Direktur Eksekutif LSM KPK Watch M. Yusuf Sahide pada 22 Januari lalu. "Sudah tersangka sejak minggu lalu," ujar Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal Badrodin Haiti, Jumat pekan lalu.
Laporan ini muncul setelah pelaksana tugas Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Hasto Kristiyanto, mempersoalkan pertemuan Samad dengan sejumlah elite partainya di lantai 5 apartemen The Capital Residence di kawasan elite SCBD, Jakarta Selatan. Serangan Hasto itu dilancarkan setelah Samad mengumumkan penetapan status tersangka Budi Gunawan, ajudan Presiden Megawati Soekarnoputri pada 2001-2004.
Ketika itu, sejumlah politikus PDIP ingin Samad menandingi Kalla untuk menjadi calon wakil presiden mendampingi calon presiden Joko Widodo. Kata Hasto, Samad berjanji meringankan hukuman politikus PDIP, Izedrik Emir Moeis, dalam kasus suap proyek pembangkit listrik tenaga uap di Lampung. Apartemen itu milik pengusaha muda, Erwin Aksa, putra Aksa Mahmud.
Menurut Erwin, apartemen itu sering ditinggali aktivis-aktivis Makassar yang datang ke Jakarta. Karena apartemen tersebut tak ditinggali, pengelolaannya dipasrahkan kepada Supriansyah, mantan aktivis yang lama bekerja untuk ayahnya. Pada 2004-2009, ketika Aksa menjadi Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat, Supriansyah tinggal di rumah dinasnya. Dimintai komentar soal kasus ini, Supriansyah, yang pekan lalu dimintai keterangan di Badan Reserse, mengatakan, "Saya ini korban."
Alwi Hamu, yang diwawancarai, tak menyangkal kasus hukum atas Samad tak lepas dari penetapan tersangka Budi Gunawan. Dia menyayangkan karena kawan sekampus itu ikut mencari-cari kesalahan Samad. "Kalau tak mendapatkan sesuatu, tak mungkin seperti ini," katanya Jumat pekan lalu. Walau orang-orang yang melaporkan Samad memiliki kedekatan dengan Jusuf Kalla, dia memastikan Wakil Presiden tak ikut dalam kriminalisasi Samad. "Dia itu juru damai," ujarnya. Hussein Abdullah, juru bicara Kalla, menyatakan tidak benar bosnya dekat dengan Supriansyah dan Zainal. "Kalau Sukriansyah memang kenal," ucapnya.
Pengacara Budi Gunawan, Eggi Sudjana, menampik kabar bahwa kliennya memainkan kartu Feriyani. Ia berujar, "Penyebabnya, Samad tak merawat kawan-kawannya."
Jobpie Sugiharto, Singgih Soares (jakarta), Aseanty Pahlevi (pontianak), Tri Yari Kurniawan, M. Yunus (makassar)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo