Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Konferensi pers Aburizal Bakrie di VIP Room Borobudur, Bandar Udara Ahmad Yani, Semarang, Ahad dua pekan lalu, semula bertajuk evaluasi kampanye terbuka Partai Golkar. Berbeda dari biasanya, Ketua Umum Golkar itu didampingi istrinya, Tatty Murnitriati. Dua anaknya, Anindya Novyan Bakrie dan Anindra Ardiansyah Bakrie, serta menantunya, Nia Ramadhani, pun hadir. Semua berbaju kuning.
Aburizal mengatakan kampanye terbuka berpotensi terganggu hujan. Ia juga mengeluhkan pembatasan waktu kampanye hingga pukul 16.00. Padahal, kata dia, kampanye kerap baru dimulai pukul 14.00, ketika cuaca masih terik. Selanjutnya, Aburizal juga menyebutkan kampanye terbuka menimbulkan kemacetan di jalan raya. "Ini membuat masyarakat kesal," ujarnya.
Sepuluh menit kemudian, Ketua Bidang Kebijakan dan Pemikiran Strategis Golkar Andi Rizal Mallarangeng berbisik kepada seorang wartawan. Ia meminta soal beredarnya video dan foto perjalanan Aburizal ke Maladewa bersama dua pesohor, Marcella dan Olivia Zalianty, ditanyakan. Jurnalis itu segera mengacungkan telunjuk. Rizal lalu memberi isyarat ke Aburizal agar reporter tersebut diberi kesempatan. "Ini… ini…," katanya sambil menunjuk si wartawan.
Video berjudul "Aziz Syamsuddin dan Capres Golkar ARB Menikmati Maldive bersama Marcella dan Olivia Zalianty" diunggah ke situs YouTube oleh sejumlah akun sejak 19 Maret lalu. Rekaman itu memperlihatkan Aburizal dan anak buahnya, Aziz Syamsuddin, bersama Zalianty bersaudara di dalam jet pribadi. Mereka kemudian berlabuh di Hotel W Retreat and Spa, Pulau Fesdu, Maladewa. Belakangan tersiar juga foto-foto lawatan mereka. Dalam sejumlah foto, Aburizal tampak mendekap boneka milik Olivia yang diberi nama Timmy.
Dengan tenang, Aburizal menjawab "pertanyaan titipan" itu. Ia menganggap penyiaran video dan foto itu sebagai serangan politik. "Sebelumnya juga muncul soal Gayus Tambunan dan lumpur Lapindo," ia menambahkan. Tatty Bakrie pun angkat bicara. Ia mengatakan tak ada kejanggalan dalam video suaminya bersama Zalianty bersaudara, yang ia sebut "seperti anaknya sendiri".
Pada saat Tatty berbicara, seorang anggota tim kampanye Golkar mengangsurkan boneka Teddy Bear berkaus "ARB"—inisial Aburizal Bakrie—ke keluarga Aburizal. Boneka beruang itu pun dipeluk Tatty, lalu suaminya. "Bapak memang suka memeluk," ujar Tatty. Rizal Mallarangeng berseru dari kerumunan wartawan, "Asyik… asyik." Anindra, putra bungsu Aburizal, bangkit dari kursi sembari berteriak, "Untuk Indonesia yang lebih baik."
Aburizal dan istrinya kemudian membagikan boneka serupa ke sejumlah wartawan perempuan. Tanya-jawab ditutup di situ meski sejumlah wartawan masih ingin bertanya lebih jauh. Rizal Mallarangeng mengatakan rombongan Aburizal harus bertolak ke Banjarmasin untuk berkampanye.
Sejak video tersebut muncul di Internet, berita tentang kampanye Golkar dan Aburizal seakan-akan tenggelam. Media lebih banyak menyiarkan kabar soal pelesiran Aburizal ketimbang gegap-gempita kampanye Beringin. Tim kampanye Aburizal kemudian putar otak untuk mengerem berita negatif.
Menurut Ketua Badan Pemenangan Pemilihan Umum Partai Golkar Sharif Cicip Sutarjo, tim kampanye mengusulkan Aburizal menggelar konferensi pers. Dalam temu media itu, Aburizal juga harus didampingi keluarganya. "Saya yang mendorong agar keluarga dibawa," ujar Menteri Kelautan dan Perikanan ini. Tujuannya untuk menunjukkan keluarga Aburizal tetap harmonis.
Dalam kampanye di Medan dan Palembang, dua pekan lalu, Aburizal memang memboyong keluarganya. Namun hanya istrinya, Anindra, dan Nia Ramadhani yang diajak. Anindya, putra sulung Aburizal, tak terlihat dalam rombongan. Untuk konferensi pers di Semarang, Anindya sengaja diterbangkan dari Jakarta.
Erwin Aksa, Koordinator Media Center Golkar, mengatakan ia bersama anak buahnya kemudian menyiapkan konferensi pers itu. Tim mencari waktu yang tepat. Sabtu dua pekan lalu, Aburizal berangkat ke Tegal, Jawa Tengah, untuk menghadiri pelantikan wali kota yang berasal dari Golkar. Pulang dari Tegal pada Ahad siang, Aburizal berencana terbang ke Banjarmasin via Semarang. "Maka kami cegat dulu di Semarang untuk konferensi pers," ujar Erwin.
Tim Erwin juga yang mengusulkan Aburizal sekeluarga tampil membawa boneka beruang yang mirip dengan boneka di Maladewa. "Karena boneka itu sudah jadi 'maskot'," ucapnya. Dengan begitu, kata Erwin, konferensi pers makin menarik perhatian. "Nanti orang tinggal pilih: mau pilih tokoh yang suka memeluk boneka atau yang menjadi 'boneka'." Menurut dia, boneka-boneka itu sengaja dibawa dari Jakarta.
Erwin mengatakan sebenarnya tak ada pertemuan khusus untuk membahas tangkisan terhadap video Maladewa. "Kami kan tiap hari berkomunikasi dengan ARB," ujarnya. Beres di urusan strategi, tinggal pelaksanaannya. Erwin memiliki 26 anak buah di Media Center yang melekat ke Aburizal ke mana pun ia berkampanye. "Jadi sudah ada yang mengatur untuk konferensi pers, bagaimana tata letaknya, setting kamera…."
Sekretaris Jenderal Golkar Idrus Marham mengatakan pengurus partai dan keluarga Aburizal sudah mengetahui adanya video Maladewa. "Kami tak kaget, itu bukan video rahasia," ujarnya. Menurut Idrus, Aburizal bersama Aziz Syamsuddin dan kakak-adik Zalianty pergi ke Maladewa sekitar 2010, setelah perhelatan sebuah acara kepemudaan yang diketuai Marcella dan Olivia Zalianty.
Olivia menyatakan melancong sekitar 2010, setelah ia dan kakaknya menyelenggarakan acara anak muda bernama Jambore Karya Tunas Nusantara. "Ke Maladewa untuk studi banding pariwisata," katanya dalam konferensi pers di Jakarta, beberapa jam setelah Aburizal menangkis isu di Semarang. Ia juga menyebutkan kepergian mereka ke Maladewa tidak hanya berempat, tapi bersama sejumlah orang.
Jambore Karya Tunas Nusantara diselenggarakan di Bumi Perkemahan Kiara Payung, Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, pada 1-3 Juli 2010. Marcella menjadi ketua organisasi yang salah satu pendirinya Aziz Syamsuddin itu. Adapun Aburizal menjadi ketua dewan penasihat di perkumpulan tersebut.
Berbeda dengan keterangan Olivia, seorang sumber mengatakan video diambil sekitar Mei 2010, jauh sebelum pelaksanaan jambore. Olivia sendiri yang mengambil gambar-gambarnya dengan kamera Canon 5D. Tak ada penumpang lain di dalam jet pribadi itu. Di Maladewa, mereka menginap di Hotel W Retreat and Spa di Pulau Fesdu, yang menurut situsnya bertarif setidaknya Rp 14 juta per kamar per malam.
Kini, setelah jumpa pers digelar, Golkar yakin isu miring video Maladewa meredup. "Paling-paling beritanya tinggal di infotainmen, media sosial, dan media online," kata Erwin Aksa. Menurut Erwin, jumlah pemirsa infotainmen dan pengguna Internet tak terlalu besar. Sharif Cicip Sutarjo mengatakan isu tersebut tak akan mempengaruhi hasil pemilihan legislatif pada 9 April mendatang. "Mungkin baru berpengaruh pada saat pemilihan presiden," ujarnya.
Anton Septian, Muhammad Muhyiddin, Tika Primandari, Anindya Legia Putri (Jakarta), Rofiuddin (Semarang)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo