Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEJAK Ahad pekan lalu, TM2000Back tak pernah mencuit lagi. Akun Twitter itu membeku setelah Raden Nuh, Edi Syahputra, dan Koes Hardjono alias Harry, yang merupakan pemilik akun samaran tersebut, ditangkap Direktorat Kriminal Khusus Kepolisian Daerah Metro Jaya. Edi ditangkap lebih dulu pada Selasa dua pekan lalu. Lima hari kemudian, Raden dan Harry diciduk di tempat berbeda.
Mereka diduga melakukan pemerasan. Edi dilaporkan oleh PT Telkom Persero, sedangkan Raden dan Harry oleh Abdul Satar, pengusaha tower telekomunikasi.
Kepala Unit Cyber Crime Polda Metro Komisaris Roberto Pasaribu mengatakan modus pemerasan Raden dan teman-teman selalu sama: dimulai dengan berita di portal. "Mereka buat tautan portal, lalu diunggah lewat akun Twitter, salah satunya Triomacan2000," katanya.
Secara resmi, Raden dan teman-temannya hanya mengelola satu situs berita, yakni Asatunews.com. Tapi situs itu saling mendukung dengan beberapa portal lain, seperti Geoenergi.co, Telisik.com, Goyangnews.com, dan Yudisamara.org.
Polisi menduga berita-berita yang diunggah lewat portal berita dan blog tersebut hanya kedok untuk memeras. Caranya? Setelah ditayangkan, tulisan-tulisan dihubungkan ke sejumlah akun Twitter, termasuk Triomacan2000—yang kemudian berubah menjadi TM2000Back. Akun awal dibekukan atas pengaduan banyak pihak ke Twitter.
Jika kabar buruk sudah tersebar luas, biasanya korban perisakan (bullying) menerima pesan pendek agar menghubungi seseorang. Menurut Roberto, sedikitnya ada tiga nama yang selalu diberikan, yakni Raden, Edi, dan Somali Samtu. Nama terakhir diduga fiktif dan diduga nama alias yang dipakai Raden. Setelah ada kontak, menurut polisi, Raden akan memerintahkan anggota stafnya—biasanya Harry—menemui calon korban.
Jika dua pekan tidak direspons calon korban, mereka biasanya mengirim SMS susulan. Dalam kasus Pertamina, menurut informasi yang diperoleh Tempo, salah seorang rekan Raden kembali mengirimkan pesan pendek. Isinya: "Bos, Bang RN sampekan kita teman atau bukan? Kalau teman, konkretnya bagaimana?" RN merupakan inisial Raden Nuh. Pertamina mengabaikan pesan itu.
Tidak semua usaha gagal. "Jika terjadi hubungan, tersangka dan korban bernegosiasi soal harga agar tulisan di portal atau link di akun Twitter dihapus," ujar seorang penyidik.
Seorang pegawai Asatunews.com menuturkan, data yang dipakai untuk menyerang orang atau perusahaan didapatkan antara lain dari Abdullah Rasyid, anggota staf khusus Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa. Sedangkan Raden mengklaim mendapat pasokan bahan dari teman-temannya, termasuk intel Badan Intelijen Negara.
Adapun urusan mencuit dan menulis di Asatunews.com, kata pegawai itu, dilakukan Raden sendiri. "Ia punya dua iPad untuk mengoperasikan akun Twitter," ujar sumber itu.
Jika data yang diperoleh dianggap penting, Raden mengetik dan mengunggahnya sendiri ke situs Asatunews.com. Dia juga mencuitkannya ke akun TM2000Back. "Tapi, kalau datanya dianggap kurang penting, diberikan kepada staf," katanya.
Rasyid tidak merespons permintaan konfirmasi yang dikirim melalui SMS. Panggilan ke telepon selulernya pun tak ditanggapi.
Raden ketika ditemui di Polda mengatakan jarang berada di kantor Asatunews dan sudah lama tidak berkicau di TM2000Back. Ia membantah memeras: "Kalau bawa proposal menawarkan iklan, iya. Kami kan situs berita."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo