Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
GELANG benang tiga warna melingkar di pergelangan kanan Raden Nuh, 45 tahun. Dia mengatakan aksesori itu pemberian Komisaris Jenderal Purnawirawan Noegroho Djajoesman, Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya 1998-2000. "Kalau gelang ini dari kemarin saya pakai, saya enggak akan ditangkap polisi," katanya kepada Tempo, Jumat siang pekan lalu. Noegroho, yang diwawancarai beberapa jam sebelumnya, mengenakan gelang serupa.
Tempo menemui Raden di Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya, tempat ia ditahan sejak sepekan sebelumnya. Dia ditangkap Ahad dinihari, 2 November lalu, di kamar kosnya di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, tak jauh dari kantor Asatunews.com, media online yang dia kelola.
Beberapa hari sebelumnya, polisi menangkap Edi Syahputra, adik kandung Raden, dan Koes Hardjono alias Harry. Mereka dituduh memeras Abdul Satar, pengusaha telekomunikasi, menggunakan sejumlah akun Twitter yang mereka kelola.
Selama hampir tiga jam wawancara, Raden mengklaim memiliki hubungan dengan Badan Intelijen Negara serta banyak berkomunikasi dengan puluhan tokoh dan politikus negeri ini.
Anda admin TM2000Back yang merupakan pengganti Triomacan2000?
Saya tidak pernah lagi mengurus akun itu. Sudah lama sekali saya terakhir ngetweet, itu pun di akun Triomacan2000. Sepengetahuan saya, ada 18 orang yang kini mengelola akun itu. Mereka aktivis semua. Saya tak ingat lagi. Sekarang saya lebih banyak bertugas untuk negara lewat cara lain.
Anda memeras melalui akun-akun itu dan Asatunews.com?
Tidak pernah. Saya dijebak Koes Hardjono, Komisaris Asatunews. Selama ini dia diam-diam bekerja sendiri, memeras orang-orang lewat informasi kasus yang saya peroleh. Tidak ada sepeser pun uang saya peroleh lewat memeras dan korupsi. (Namun Budi Sanjaya, pengacara Koes Hardjono, mengatakan kliennya selalu bekerja atas perintah Raden.)
Dari mana Anda menerima data kasus-kasus?
Informasi itu bisa dari mana saja, BIN serta jaringan-jaringan saya yang lain. Saya banyak mengenal tokoh politik. Saya juga punya banyak teman di kepolisian, kejaksaan, bahkan Komisi Pemberantasan Korupsi.
Kasus-kasus itu Anda kicaukan melalui TM2000Back?
Tidak, saya tidak pernah menggunakan akun TM2000Back. Saya meledakkan kasus-kasus itu lewat cara lain. Tidak juga lewat Asatunews. Redaksi punya kebijakan sendiri.
Anda anggota BIN?
Sekarang tidak lagi. Dulu saya memang pernah menjadi anggota BIN. Terakhir ikut beroperasi di Irian Jaya mendukung tentara menangkap anggota Organisasi Papua Merdeka pada 1993.
Anda sering menyebut nama Noegroho Djajoesman. Apa kaitannya dengan Anda?
Saya mengenalnya sejak masih menjadi aktivis. Saya sering bertemu dengan Pak Noegroho dan senior-senior lain. (Raden menyebut seorang purnawirawan kolonel TNI Angkatan Darat yang ia sebut berada di balik akun @kospirasiglobal.)
Apa hubungan Anda dengan Dipo Alam?
Saya banyak dibantu beliau, termasuk perintah untuk mengamankan negara. (Kepada Tempo, Dipo membantah pernyataan ini melalui pesan di telepon seluler.)
Bagaimana Anda membiayai Asatunews?
Istri saya anak orang kaya. Saya juga sering menerima uang dari banyak tokoh, tapi bukan suap. Mereka memberikannya atas jasa konsultasi politik dan hukum. Asatunews awalnya patungan antara Bambang Soesatyo, Desmond J. Mahesa, dan Herman Hery. Mereka masing-masing menyetorkan US$ 10 ribu. (Herman membantah keras. Desmond membenarkan: "Saya dan Bambang memang memberikan uang. Tapi ketika itu mereka masih idealis.")
Lalu mengapa Anda memeras Wahyu Sakti Trenggono dan Abdul Satar?
Tidak ada pemerasan. Mereka ini respek dengan aktivitas saya, kemudian berkomitmen mendukung Asatunews agar menjadi portal berita terdepan. Kami bahkan sudah punya konsep untuk membuat stasiun televisi.
Kalau itu perusahaan bersama, mengapa mereka tidak tercatat sebagai pendiri atau pengurus?
Mereka tak mau namanya ada di dalam akta perusahaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo