Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sepintas ruangan seluas sekitar 28 meter persegi yang berada di belakang rumah utama itu mirip dapur di pedesaan. Di dalam bangunan berlantai tanah dan berdinding bata merah tanpa semen itu terdapat tungku dengan arang serta abu sisa pembakaran berserakan. Di sekitarnya tergeletak belasan palu dan catut, sekop kecil, beberapa batangan besi panjang dan pendek, serta linggis-linggis kecil. Ada juga dua pipa yang berfungsi sebagai pompa angin dan bak kecil sedalam kira-kira setengah meter berisi air. ”Ya, seperti inilah tempat kerja saya,” ujar Sungkowo Harum Brojo, seorang empu pembuat keris di Yogyakarta.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo