Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Dari tangan-tangan wanita, gubahan tak... dari tangan-tangan wanita, gubahan..

Seorang pianis, rosario marciano, berhasil mengumpulkan 3.600 nama komponis wanita, diantaranya berasal dari masa 2.500 th sm, riset dilakukan selama 18 th. (sel)

8 Januari 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ENHEDUANNA adalah nama yang boleh jadi tidak akan anda temukan dalam ensiklopedi mana pun. Padahal ia konon komponis (juga pendeta) wanita dari Mesopotamia. Yang istimewa: ia mewariskan 60 piringan tanah liat berisi komposisi musik. Itulah satu di antara 3.600 nama komponis wanita yang bisa dikumpulkan Rosario Marciano -- di antaranya tidak sedikit yang berasal dari masa 2500 tahun sebelum Masehi. "Delapan belas tahun hasil riset Marciano di bidang itu kini muncul dalam bentuk beberapa seri rekaman long play, sebagai persembahan musik kaum wanita," tulis Nino Lo Bello dalam Internationl Herald Tribune. Rekaman dimulai akhir November lalu, dan akan berlangsung sampai awal 1984. Seluruhnya terdiri atas empat album. Setiap album akan terdiri dari tiga ph (piringan hitam) long play. Dan tiap ph disertai sebuah buku kecil yang berisi penjelasan tentang si komponis dan karyanya. Demikian Marciano menuturkan. Ia sendiri seorang pianis konser, yang memulai debut profesionalnya pada usia enam tahun. Pada usia 10, sebagai solois, ia tampil bersama sebuah orkes simfoni di Venezuela. Di sini pula ia dilahirkan pada 1944. la cepat memberitahu pewawancara bahwa dirinya sebenarnya bukan seorang feminis, ataupun berprasangka terhadap karya musik wanita. "Marciano mendapat proyek itu secara kebetulan," Lo Bello membantu menjelaskan. Satu hal, ia memang pengagum seorang pianis dan penyanyi opera wanita senegerinya, Teresa Carreno. Carreno ini termasyhur di abad XIX. Dalam usaha mencari informasi tentang Carrenolah, ia mengetahui bahwa penyanyi opera itu seorang 'komponis kamar mandi'. "Marciano heran, mengapa musik Carreno sendiri jarang dimainkan. Padahal ia penulis lagu kebangsaan Venezuela, di samping terkenal sebagai pianis dan penyanyi opera," menurut sang pengarang. Dan pada saat itu pula ia bertanya pada diri sendiri: sesungguhnya berapa banyak komposisi musik kaum wanita yang tinggal terpendam tak pernah dimainkan orang? "Sungguh," kata Marciano masih pada dirinya, "berapa orang sih, yang mampu menyebut lebih dari lima nama komponis wanita masa lalu -- di luar Clara Schunann, Fanny Mendelssohn dan Alma Mahler?" Bahwa nama-nama Clara Schumann, Fanny Mendelssohn dan Alma Mahler kini dikenal orang, itu pun karena -- menurut kesimpulan Marciano -- masing-masingnya sempat hidup akrab dengan komponis pria yang punya nama besar. Kalau tidak, mereka tentu juga sudah jatuh dalam lautan alpa -- seperti banyak komponis wanita lain. Begitu banyak, ternyata, yang di masa hidupnya digila-gilai dan dihormati, tapi begitu almarhumah segera dilupakan orang. Berbeda dengan para komponis pria. Siapa bilang dunia (Barat) bebas dari diskriminasi jenis kelamin? Nah. Kendati risetnya di bidang itu terbilang intensif, Marciano harus hati-hati, dan meyakinkan, dalam memberi uraian. Soalnya, katanya, "sebenarnya sukar membedakan antara musik pria dan musik wanita." Ia lalu menyebut kasus Maria Szymanowska, pianis wanita Polandia yang ternama. Hidup antara 1789 dan 1831 ia menulis hanyak komposisi untuk piano: nocturne, etude, polonaise dan marzurka -- yang sempat membuat Chopin menaruh perhatian padanya. "Jika anda mendengarhan beberapa karya piano Szymanowska, 'suara Chopin'-lah yang terus-terusan menari-nari di hadapan anda. Jika anda tidak tahu bahwa musik Maria lahir lebih dulu dari punyanya Frederic (Chopin), tentu akan jauh tuduhan bahwa ia meniru dan menjiplak musik rekan senegerinya itu -- padahal tidak," kata Marciano. "Tapi siapa yang mengenal Maria sekarang ini? Dan siapa yang berani mengemukakan pengaruh musik dan gayanya terhadap Chopin yang agung itu?" Melacak kembali para komponis masa lalu memerlukan kombinasi antara perjalanan panjang dan ketekunan. Marciano sendiri, yang melakukan 100 pementasan konser per tahun di banyak kota besar utama, memanfaatkan waktu-waktu luangnya untuk maksud penyelidikan la sering terlihat mengunjungi berbagai museum, perpustakaan dan kantor-kantor arsip musik. Penguasaannya terhadap lima bahasa banyak membantu. Di antara penemuan awalnya yang sangat bernilai adalah naskah lagu oleh Anne Boleyn, kira-kira sekitar 1536. Lalu opera La liberazione di Ruggiero dall'isola d'Alcina yang ditulis Francesca Caccini pada awal abad XVII. Juga beberapa karya ciptaan istri Rossini yang pertama, penyanyi ternama Isabella Colbran. Berikutnya, tiga komposisi S. Brand-Vrabely, nama samaran Countess Stephanie Wurmbrand-Stuppach (1849-1919). Sejumlah komposisi dari abad XII oleh Saint Hildegard dan Countess Beatriz de Dia of Montelimar. Juga dari Sappho, seniwati Lesbos dari abad VI sebelum lahir Nabi Isa, tokoh yang di belakang hari melahirkan istilah lesbian itu. DALAM berbagai kesempatan, Marciano mencoba menawarkan acara yang sepenuhnya mempertunjukkan musik ciptaan para komponis wanita. Tapi umumnya para impresario, agen pertunjukan, lebih menyukai musik karya para komponis standar (umumnya pria, tentu), kendati mereka tidak berusaha mencegah beberapa sisipan. Padahal, katanya, "saat saya berkesempatan sepenuhnya menyuguhkan karya musik wanita sambutan khalayak cukup menggairahkan." Pernah menikah dengan pianis Hans Kann, Rosario Marciano beroleh seorang anak perempuan, Caroline, 17 tahun. Kini musikus-musikolog ini menjadikan Wina sebagai pangkalan operasinya, sambil menjadi atase kebudayaan pada Kedutaan Besar Venezuela. Peran itu tidak merintangi tur konsernya. Di banyak hari dalam bulan Feb-uari 1983, pianis wanita yang cantik ini akan keliling Eropa Timur -- dimulai dari Moskow. Ia menyayangkan, di sini juga para pejabat kebudayaannya tidak menginginkan tampilnya karya musik wanita dalam acara pertunjukkan. Hanya, seperti yang biasa ia lakukan, untuk memenuhi permintaan ulang-main (bis), ia sering menyisipkan komposisi kaumnya sendiri, sambil mengkampanyekannya. Cukup susah ternyata, bukan? Memegang kewarganegaraan rangkap -- Venezuela dan Austria -- Marciano banyak berperan dalam hubungan persahabatan negeri kelahirannya dan tanah airnya yang kedua. Di Caracas ia mendirikan museum sejarah alat musik keyboard, yang telah dikumpulkannya sebagai hobi. Ia datang ke Wina 20 tahun lalu, setelah menyaksikan konser pianis Wina Paul Badura-Skoda di Caracas, yang lalu menerimanya sebagai murid privat. Lebih jauh ia juga berkesempatan belajar pada Alfred Brendel dan Jorg Demus. Pada 1964, Marciano memenangkan hadiah pertama perlombaan piano internasional di Salzburg, dan menerima penghargaan puncak pada perlombaan di Mannheim, 1967. Sejak saat itu ia semakin aktif mengadakan konser dan rekaman, dengan repertoar: Beethoven, Chopin, Mozart, Schubert, Grieg dan 'karya-karya wanita'. Itu antara lain. Sejak perceraian dengan suaminya, 1972, ia tinggal di lantai empat, di rusuk rumah susun Kathedral St. Stephan, Wina. Dari atasnya, sambil mendentang-dentingkan pianonya, ia sesekali bisa mengawasi kesibukan kompleks pertokoan Karntnerstrasse. Di sini pula musikolog ini menyiapkan naskah buku-bukunya yang akan mendampingi album-album rekamannya. Buku-buku itu belakangan akan dikumpulkan dalam satu jilid ensiklopedi khusus tentang para komponis wanita. Dengan itu pula tidak akan dipungkiri peranan seksisme daam sejarah para komponis itu. Penulis karangan ini, Lo Bello, lalu mengutip komenter Felix Mendelssohn tentang bakat musik saudara perempuannya, Fanny: "Dari pengamatanku tentang Fanny, dapat saya katakan bahwa ia tidak memiliki kecenderungan atau bakat-istimewa berkenaan dengan bidang penciptaan. Ia lebih dari seorang wanita. Ia wanita rumah tangga yang baik, yang tidak pernah menaruh perhatian terhadap umum dan dunia musik, sampai tugas-tugasnya yang utama terpenuhi." Khas komentar seorang anak laki-laki terhadap saudara perempuannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus