ENHEDUANNA adalah nama yang boleh jadi tidak akan anda temukan
dalam ensiklopedi mana pun. Padahal ia konon komponis (juga
pendeta) wanita dari Mesopotamia. Yang istimewa: ia mewariskan
60 piringan tanah liat berisi komposisi musik.
Itulah satu di antara 3.600 nama komponis wanita yang bisa
dikumpulkan Rosario Marciano -- di antaranya tidak sedikit yang
berasal dari masa 2500 tahun sebelum Masehi. "Delapan belas
tahun hasil riset Marciano di bidang itu kini muncul dalam
bentuk beberapa seri rekaman long play, sebagai persembahan
musik kaum wanita," tulis Nino Lo Bello dalam Internationl
Herald Tribune. Rekaman dimulai akhir November lalu, dan akan
berlangsung sampai awal 1984.
Seluruhnya terdiri atas empat album. Setiap album akan terdiri
dari tiga ph (piringan hitam) long play. Dan tiap ph disertai
sebuah buku kecil yang berisi penjelasan tentang si komponis dan
karyanya. Demikian Marciano menuturkan. Ia sendiri seorang
pianis konser, yang memulai debut profesionalnya pada usia enam
tahun. Pada usia 10, sebagai solois, ia tampil bersama sebuah
orkes simfoni di Venezuela. Di sini pula ia dilahirkan pada
1944.
la cepat memberitahu pewawancara bahwa dirinya sebenarnya bukan
seorang feminis, ataupun berprasangka terhadap karya musik
wanita. "Marciano mendapat proyek itu secara kebetulan," Lo
Bello membantu menjelaskan. Satu hal, ia memang pengagum seorang
pianis dan penyanyi opera wanita senegerinya, Teresa Carreno.
Carreno ini termasyhur di abad XIX.
Dalam usaha mencari informasi tentang Carrenolah, ia mengetahui
bahwa penyanyi opera itu seorang 'komponis kamar mandi'.
"Marciano heran, mengapa musik Carreno sendiri jarang dimainkan.
Padahal ia penulis lagu kebangsaan Venezuela, di samping
terkenal sebagai pianis dan penyanyi opera," menurut sang
pengarang.
Dan pada saat itu pula ia bertanya pada diri sendiri:
sesungguhnya berapa banyak komposisi musik kaum wanita yang
tinggal terpendam tak pernah dimainkan orang? "Sungguh," kata
Marciano masih pada dirinya, "berapa orang sih, yang mampu
menyebut lebih dari lima nama komponis wanita masa lalu -- di
luar Clara Schunann, Fanny Mendelssohn dan Alma Mahler?" Bahwa
nama-nama Clara Schumann, Fanny Mendelssohn dan Alma Mahler kini
dikenal orang, itu pun karena -- menurut kesimpulan Marciano --
masing-masingnya sempat hidup akrab dengan komponis pria yang
punya nama besar. Kalau tidak, mereka tentu juga sudah jatuh
dalam lautan alpa -- seperti banyak komponis wanita lain. Begitu
banyak, ternyata, yang di masa hidupnya digila-gilai dan
dihormati, tapi begitu almarhumah segera dilupakan orang.
Berbeda dengan para komponis pria. Siapa bilang dunia (Barat)
bebas dari diskriminasi jenis kelamin?
Nah. Kendati risetnya di bidang itu terbilang intensif, Marciano
harus hati-hati, dan meyakinkan, dalam memberi uraian. Soalnya,
katanya, "sebenarnya sukar membedakan antara musik pria dan
musik wanita."
Ia lalu menyebut kasus Maria Szymanowska, pianis wanita Polandia
yang ternama. Hidup antara 1789 dan 1831 ia menulis hanyak
komposisi untuk piano: nocturne, etude, polonaise dan
marzurka -- yang sempat membuat Chopin menaruh perhatian
padanya.
"Jika anda mendengarhan beberapa karya piano Szymanowska, 'suara
Chopin'-lah yang terus-terusan menari-nari di hadapan anda. Jika
anda tidak tahu bahwa musik Maria lahir lebih dulu dari punyanya
Frederic (Chopin), tentu akan jauh tuduhan bahwa ia meniru dan
menjiplak musik rekan senegerinya itu -- padahal tidak," kata
Marciano. "Tapi siapa yang mengenal Maria sekarang ini? Dan
siapa yang berani mengemukakan pengaruh musik dan gayanya
terhadap Chopin yang agung itu?"
Melacak kembali para komponis masa lalu memerlukan kombinasi
antara perjalanan panjang dan ketekunan. Marciano sendiri, yang
melakukan 100 pementasan konser per tahun di banyak kota besar
utama, memanfaatkan waktu-waktu luangnya untuk maksud
penyelidikan la sering terlihat mengunjungi berbagai museum,
perpustakaan dan kantor-kantor arsip musik. Penguasaannya
terhadap lima bahasa banyak membantu.
Di antara penemuan awalnya yang sangat bernilai adalah naskah
lagu oleh Anne Boleyn, kira-kira sekitar 1536. Lalu opera La
liberazione di Ruggiero dall'isola d'Alcina yang ditulis
Francesca Caccini pada awal abad XVII. Juga beberapa karya
ciptaan istri Rossini yang pertama, penyanyi ternama Isabella
Colbran.
Berikutnya, tiga komposisi S. Brand-Vrabely, nama samaran
Countess Stephanie Wurmbrand-Stuppach (1849-1919). Sejumlah
komposisi dari abad XII oleh Saint Hildegard dan Countess
Beatriz de Dia of Montelimar. Juga dari Sappho, seniwati Lesbos
dari abad VI sebelum lahir Nabi Isa, tokoh yang di belakang
hari melahirkan istilah lesbian itu.
DALAM berbagai kesempatan, Marciano mencoba menawarkan acara
yang sepenuhnya mempertunjukkan musik ciptaan para komponis
wanita. Tapi umumnya para impresario, agen pertunjukan, lebih
menyukai musik karya para komponis standar (umumnya pria,
tentu), kendati mereka tidak berusaha mencegah beberapa sisipan.
Padahal, katanya, "saat saya berkesempatan sepenuhnya
menyuguhkan karya musik wanita sambutan khalayak cukup
menggairahkan."
Pernah menikah dengan pianis Hans Kann, Rosario Marciano beroleh
seorang anak perempuan, Caroline, 17 tahun. Kini
musikus-musikolog ini menjadikan Wina sebagai pangkalan
operasinya, sambil menjadi atase kebudayaan pada Kedutaan Besar
Venezuela. Peran itu tidak merintangi tur konsernya.
Di banyak hari dalam bulan Feb-uari 1983, pianis wanita yang
cantik ini akan keliling Eropa Timur -- dimulai dari Moskow. Ia
menyayangkan, di sini juga para pejabat kebudayaannya tidak
menginginkan tampilnya karya musik wanita dalam acara
pertunjukkan. Hanya, seperti yang biasa ia lakukan, untuk
memenuhi permintaan ulang-main (bis), ia sering menyisipkan
komposisi kaumnya sendiri, sambil mengkampanyekannya. Cukup
susah ternyata, bukan?
Memegang kewarganegaraan rangkap -- Venezuela dan Austria --
Marciano banyak berperan dalam hubungan persahabatan negeri
kelahirannya dan tanah airnya yang kedua. Di Caracas ia
mendirikan museum sejarah alat musik keyboard, yang telah
dikumpulkannya sebagai hobi. Ia datang ke Wina 20 tahun lalu,
setelah menyaksikan konser pianis Wina Paul Badura-Skoda di
Caracas, yang lalu menerimanya sebagai murid privat.
Lebih jauh ia juga berkesempatan belajar pada Alfred Brendel dan
Jorg Demus. Pada 1964, Marciano memenangkan hadiah pertama
perlombaan piano internasional di Salzburg, dan menerima
penghargaan puncak pada perlombaan di Mannheim, 1967. Sejak saat
itu ia semakin aktif mengadakan konser dan rekaman, dengan
repertoar: Beethoven, Chopin, Mozart, Schubert, Grieg dan
'karya-karya wanita'. Itu antara lain.
Sejak perceraian dengan suaminya, 1972, ia tinggal di lantai
empat, di rusuk rumah susun Kathedral St. Stephan, Wina. Dari
atasnya, sambil mendentang-dentingkan pianonya, ia sesekali bisa
mengawasi kesibukan kompleks pertokoan Karntnerstrasse.
Di sini pula musikolog ini menyiapkan naskah buku-bukunya yang
akan mendampingi album-album rekamannya. Buku-buku itu
belakangan akan dikumpulkan dalam satu jilid ensiklopedi khusus
tentang para komponis wanita. Dengan itu pula tidak akan
dipungkiri peranan seksisme daam sejarah para komponis itu.
Penulis karangan ini, Lo Bello, lalu mengutip komenter Felix
Mendelssohn tentang bakat musik saudara perempuannya, Fanny:
"Dari pengamatanku tentang Fanny, dapat saya katakan bahwa ia
tidak memiliki kecenderungan atau bakat-istimewa berkenaan
dengan bidang penciptaan. Ia lebih dari seorang wanita. Ia
wanita rumah tangga yang baik, yang tidak pernah menaruh
perhatian terhadap umum dan dunia musik, sampai tugas-tugasnya
yang utama terpenuhi." Khas komentar seorang anak laki-laki
terhadap saudara perempuannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini