PT Krakatau Steel setiap hari menghasilkan 640 ton baja spons.
Tapi setiap hari pula pabrik baja di Cilegon, Kabupaten Serang
itu membuang 96 ton limbah berupa kerak baja.
Menurut seorang pejabat perusahaan itu, lingkungan di sekitarnya
tak tercemar, karena semua limbah ditimbun di halaman belakang
pabrik. Tentu saja kemudian dibutuhkan lahan penampungan yang
luas. Sekarang bongkahan berwarna hitam pekat itu sudah
menggunung di atas 1 ha areal yang disediakan.
Semua ini seharusnya tidak merepotkan. IPB sudah meneliti bahwa
limbah baja sangat berkhasiat untuk berbagai jenis tanaman
rumput-rumputan (graninese) seperti padi, tebu, dan sayur-mayur.
Kerak baja (slag) merupakan senyawa kimia dari silikat, kalsium,
fospat, magnesium, dan berbagai unsur mikro. Adalah unsur
silikat yang ternyata banyak dikandung oleh limbah pabrik baja
itu (1,25 sampai 3,4%) sangat dibutuhkan oleh tanaman tadi.
Dari penelitian IPB sejak 1979 di lahan pertanian yang umumnya
dari jenis latosol, podzolik dan grumusol diketahui jenis tanah
yang miskin silikat. Akibatnya tanaman tertentu mudah diserang
berbagai hama pengisap dan penggerek seperti wereng dan sundep.
Selain itu tanaman mudah pula rebah.
Dengan pemberian kerak baja dalam dosis tertentu pohon padi,
tanaman tebu dan sayur-sayuran menjadi kuat, tak mudah rebah.
Ini sudah terbukti dalam percobaan yang dilakukan oleh IPB. Di
ruang kacanya sengaja ditanam padi dan sayur dalam dua model
pot. Sebagian diberi kerak baja dan yang lain tidak. Sedangkan
di ruangan terbuka ditanam pula tebu dengan cara yang sama.
Secara visual saja sudah jelas kelihatan beda tanaman itu. Daun
tanaman yang diberi kerak kelihatan bertumbuh baik tak merunduk,
dan ia berwarna hijau kehitaman. Sebaliknya tanaman yang tak
diberi kerak daunnya lemas merunduk dan kering.
Setelah diteliti, dinding sel pada tanaman pertama lebih keras.
Lantas berkata Profesor Goeswono Supardi, Guru Besar Kimia Tanah
IPB yang memimpin penelitian itu. "Dinding sel itu tak mudah
ditembus hama pengisap maupun penggerek." Dia tampaknya yakin
bahwa wereng bisa dilawan kalau kerak baja dimasyarakatkan,
seperti sudah terbukti di Taiwan, Korea Selatan, dan Jepang. "Di
sana sudah lama tak dikenal lagi wereng seperti di sini," ujar
Goeswono.
Penerapannya tak begitu sulit. Cukup dengan menaburkan kerak
baja yang sudah dihaluskan -- lewat prPses pabrik-pada sawah
atau ladang. Dari penelitian, Goeswono merekomendasikan dosis: 2
ton/ha untuk ladang tebu, 750 kg untuk padi, dan 1,5 ton untuk
sayur-sayuran.
Tapi kerak itu baru berfungsi meningkatkan daya tahan tanaman.
Selain itu tetap dibutuhkan pupuk seperti biasa. Di ruang kaca
IPB bisa terlihat jelas jumlah malai padi yang diberi kerak
dengan yang tidak hampir sama saja.
Penelitian itu melibatkan 4 sarjana IPB dari fisiologi tumbuhan,
agronomi, hama penyakit dan tanaman. Selain mengadakan percobaan
di rumah kaca IPB di Bogor, mereka melakukan penelitian lapangan
dengan membuka kebun percobaan di Lembang (untuk sayur-sayuran)
dan di Subang (tebu). Sayang, hasil penelitian yang sudah
selesai akhir 1981 itu kini masih belum bisa diterapkan.
Yang jadi soal ialah PT Krakatau Steel, satu-satunya pabrik baja
di Indonesia, belum menjawab berkali-kali surat Goeswono yang
meminta limbah itu diproses agar bisa dimanfaatkan meningkatkan
produksi pertanian. sahkan untuk proyek penelitian IPB itu kerak
baja terpaksa diimpor dari Jepang.
Goeswono pun seperti mengeluh, "bila saran kami diterima limbah
yang mubazir itu bisa bermanfaat. " Dalam hal ini, ketika TEMPO
bertanya pihak Humas PT Krakatau Steel di Cilegon hanya
menjawab, "kami tak diberi wewenang wawancara."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini