Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Delapan Loket Menuju Mega

5 Agustus 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENJADI menteri tak semudah masuk perguruan tinggi. Tak cukup daftar di loket, ikut ujian, lalu tunggu pengumuman di TV. Sowan menjadi amat penting, lobi harus supergencar. Itu pun harus lewat jalur yang pas menuju Ibu Presiden. Maka, inilah musimnya ilmu "kasak-kusuk" diterapkan. Bahkan, mereka yang dijagokan partainya untuk menteri pun masih merasa kurang srek bila tidak "bergerilya" sendiri. Mereka berusaha menitip nama lewat orang-orang yang dekat dengan Megawati. Menurut sumber TEMPO di PDI Perjuangan, ada delapan orang yang kini sangat didengar oleh Megawati. Mereka adalah Taufiq Kiemas, Bambang Kesowo, Laksamana Sukardi, Kwik Kian Gie, Frans Seda, Sutjipto, Hamzah Haz, dan Amien Rais. Taufiq Kiemas jelas jalur tol menuju Presiden. Suami Megawati Sukarnoputri itu juga mempunyai pengaruh besar dalam menentukan format dan nama-nama yang akan duduk di kabinet. Kata sumber TEMPO, ia telah merekomendasi calon seperti Sophan Sophiaan (PDI-P), Laksamana Sukardi (PDI-P), Gunawan Sumodingrat (ekonom), Alimarwan Hanan (PPP), Bachtiar Chamsyah (PPP), Yusril Ihza Mahendra (PBB), Syamsul Muarif (Golkar), dan Slamet Effendy Yusuf (Golkar). Kriteria yang dijadikan pegangan, menurut sumber yang dekat dengan Taufiq, adalah penerimaan ma-syarakat dan yang penting "diterima pasar". Taufiq pun bak selebriti. Dalam berbagai acara, ia selalu dikerubungi politisi. Diakui juga oleh Rully Chairul Azwar, Wakil Sekretaris Jenderal Golkar, banyak orang yang sekarang berusaha mendekati "Mister Presiden" itu, sampai orang Palembang itu kewalahan untuk menghindar. "Kalau saya sendiri tak mau merepotkan Pak Taufiq," kata Rully, yang namanya kerap disebut sebagai salah seorang calon menteri. Kalau tak kenal dekat Taufiq, mereka yang ngebet jadi menteri bisa menempuh "jalur" lain. Bambang Kesowo salah satunya. Belakangan ini, kata sumber TEMPO, Bambang yang sebelumnya menjadi sekretaris wakil presiden itu sering dipanggil Presiden. Calon kuat untuk Menteri-Sekretaris Negara itu banyak dimintai pendapat soal format kabinet. Jangan heran bila ada yang berupaya memanfaatkan orang Sragen berusia 55 tahun itu sebagai jalur untuk masuk ke kabinet. Dalam urusan kasak-kusuk itu, Laksamana Sukardi termasuk juga jalur yang bagus. Soalnya, ia juga amat didengar Presiden. Hampir setiap hari mantan Menteri Investasi dan Pembinaan BUMN itu tampak di kediaman Megawati di Jalan Teuku Umar 27-29, Jakarta Pusat. Selain dijagokan sebagai salah satu anggota tim ekonomi Megawati, Laksamana dimintai pendapatnya mengenai para calon yang pantas mengurus bidang ekonomi, ke-uangan, dan perindustrian. Menurut sumber TEMPO, lelaki berusia 45 tahun itu juga berusaha mengusulkan Marzuki Usman menjadi Kepala Badan Penyehatan Perbankan Nasional, menggantikan I Putu Gde Ary Suta. Laksamana sendiri hanya tertawa ketika disebut TEMPO sebagai salah satu loket calon menteri. Mantan bankir itu menyatakan, se-lama ini Megawati mendapat masukan dari banyak pihak. Ia sendiri cuma menyarankan agar menteri-menteri yang mengurusi masalah ekonomi harus kompak. Dan kata pria yang berperawakan tinggi ini, calon menteri untuk bidang ekonomi, baik dari partai maupun di luar partai, harus profesional. Tak cuma satu orang yang didengar Megawati dalam soal ekonomi. Kwik Kian Gie juga sering dimintai pendapat. Kebetulan dialah yang selama ini menyiapkan konsep kebijakan seratus hari pertama pemerintahan Megawati. Kata ekonomi lulusan Nederlandsche Economische Hogeschool Belanda itu, draf sudah disiapkan setelah Pemilu 1999 lalu. Jadi, tinggal sedikit diperbaiki. Sebagai tokoh sentral Kaukus 11 November (2000)?yang memulai gerakan anti-Abdurrahman Wahid di DPR?Kwik punya peran sentral. Dan jauh-jauh hari ia sudah mengusulkan agar anggota tim ekonomi seperti di awal kabinet Abdurrahman Wahid dulu dimasukkan lagi. Saat itu, Kwik menjadi Menteri Koordinator Ekonomi, Keuangan, dan Industri, sementara Bambang Sudibyo menjadi Menteri Keuangan. Satu lagi ekonom yang sekarang menempel ketat Presiden, yakni Frans Seda. Sejak dua bulan lalu, saat Megawati masih wakil presiden, ia sudah aktif memberikan nasihat. Kata figur yang dekat dengan para petinggi IMF tersebut, kabinet Megawati harus lebih memperhatikan kepentingan pasar ketimbang kepentingan partai atau kelompok. Ini berarti menteri yang tampil harus mempunyai reputasi dan integritas yang baik. Menurut sebuah sumber TEMPO, Frans Seda telah menyodorkan nama Boediono, mantan Kepala Bappenas, dan pengamat ekonomi Sri Mulyani untuk masuk dalam tim ekonomi Megawati?walau Mulyani kabarnya segera pergi mengajar ke Amerika. Selain lewat penasihat ekonomi, tidak sedikit pula politisi yang menitip nama lewat Sutjipto. Sekjen PDI Perjuangan itu sehari-hari memang berhubungan dengan Megawati, terutama dalam urusan partai. Tapi ini bukan berarti lelaki berusia 56 tahun yang berpenampilan kalem itu tidak didengar pendapatnya soal calon menteri. Dua figur lainnya, Wakil Presiden Hamzah Haz dan Ketua MPR Amien Rais, sangat jelas perannya. Sebagai ketua umum partai, mereka mengajukan nama-nama calon secara resmi kepada Megawati. Di luar itu, karena kedekatannya dengan Presiden, mereka juga merekomendasi nama-nama calon di luar partainya. Amien, misalnya, kata Hakam Naja, seorang pengurus PAN, juga ikut mendukung tampilnya Dr. Astio Lasnan, yang dijagokan Partai Ke-adilan menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi. Banyaknya jalur menuju Mega membuat kediaman Mega di Teuku Umar, Jakarta, kebanjiran nama calon menteri. Untuk menyeleksinya tentu tak gampang. Ada begitu banyak kepentingan yang harus ditampung. Ini mungkin salah satu penyebab pembentukan kabinet tersendat. Rupanya, berbeda dengan arus lalu-lintas, semakin banyak jalur malah mengundang kemacetan. Gendur Sudarsono, Leanika Tanjung, Hadriani Pudjiarti

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus