MENJELANG hari Natal dan Tahun Baru 1976 suasana pertikaian
dalam tubuh PSSI nampak mereda. Terasa ada semacam perdamaian,
meski persiapan PSSI untuk menghadapi turnamen Pre-Olimpik
pertengahan Pebruari 1976 di Jakarta makin gencar. Lebih-lebih
setelah terbetik berita, regu Korea Utara salah satu dari 16
finalis dalam Kejuaraan Dunia 1966, menyatakan kepastiannya
untuk ikut serta dalam babak penyisihan Pre-Olimpik. Dengan
demikian negara-negara peserta tercatat: Singapura, Malaysia,
India, Papua Nugini, Korea Utara dan Indonesia. Kesebelasan
Muangthai yang baru ia keluar sebagai juara SEAP Games 1975,
masih ditunggu kabarnya selambat-lambatnya pada tanggal 31
Desember, batas waktu pendaftaran.
Dalam menghadapi turnamen tersebut, nampaknya semua pihak yang
tadinya saling cakar-cakaran mulai bersatu. Mereka paling tidak
melupakan kejadian yang lalu untuk sementara dan menggalang
kekuatan untuk memenangkan Pre-Olimpik yang diterima bersama
sebagai kepentingan nasional. Dari sini nampaknya juga bahwa
"Trio Plus" (Syarnubi Said, Suparyo, Hutasoit) dan "Trio SPP"
(Sutjipto, Panggabean, Pandelaki) yang anti-Pengurus PSSI di
bawah Bardosono, telah menunjukkan sikap yang sportif: oposisi
loyal. (Kalau unsur ter akhir ini sudah luntur, buat apa
olahraga dihidupkan?)
Laporan Utama kali ini dibuat oleh Lukman Setiawan dan Herry
Komar. Lukman pergi ke Cirebon mewawancarai Coerver untuk
menjajagi proses pembentukan team Pre Olimpik Indonesia dan juga
mengenai soal team manager yang menurut Coach Belanda itu sangat
penting untuk menumbuhkan semangat tanding. Komar menemui T.D.
Pardede Ketua Badan Team Nasional PSSI. Tokoh dari Klub
Pardedetex ini yang baru menggabungkan diri dengan pengurus PSSI
dua bulan, ternyata belum dapat berbuat banyak. Dengan kedudukan
itu ia lebih bersikap pasrah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini