Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Demi Tamu Dan Pajak

Banjarmasin yang diharapkan menjadi kota wisata, kini sudah mempunyai tempat minum & bar yang menyediakan pramuria yang bisa diajak berdansa. Protes DPRD tak digubris walikota. (kt)

18 November 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAK jelas benar siapa yang kerap bertandang ke kota ini, selain sebagian tentu pengusaha kayu. Maklum, selain ibukota Propinsi Kalimantan Selatan, Banjarmasin juga merupakan pintu gerbang Kalimantan Tengah -- dan di sana banyak kayu. Satu hal, setiap kali tamu daerah datang setiap kali itu pula Walikota dikabarkan bingung: bagaimana menghibur mereka agar betah? Yang dimaksud nyaris tak ada tempat santai yang memadai kendati klab malam Diamond yang terbakar Mei tahun lalu sudah bangkit lagi. Maka, adalah dua tempat minuman baru berdiri dua bulan lalu. Pertama Pasifik. Lainnya La Disco. Terletak hanya puluhan meter dari Masjid Raya Noor, Pasifik yang disebut restoran internasional mengundang kritik sementara warga setempat. Dan kalangan DPRD Kotamadya menyebut hal itu bukan salah pengusaha melainkan salah pemerintah sendiri yang memberi izin. Walikota Kamaruddin agaknya tak mendengar kritik itu. Ia sendiri sempat hadir dalam peresmiannya. Dan pidato: "Yang penting, Pasifik jangan lalai membayar pajak ke kotamadya." Ada Pramuria Di luar itu, sementara Ketua Bapparda Kal-Sel M. Hanafiah menyebut Banjarmasin yang dihajatkan sebagai kota pariwisata layak mempunyai tempat minum semacam Pasifik, DPRD setempat memang tidak terdengar berbuat apa-apa. Kecuali La Disco. Tentang ini Ketua Fraksi Karya Pembangunan di DPRD Kotamadya Banjarmasin, Asari, berkata, tempat itu tak beda dengan klab malam. Buktinya, di sana ada pramuria yang ditempatkan di satu kamar berkaca. Suratpun dilayangkan Pemda kepada La Disco meminta untuk 'mengembalikan' fungsinya sebagai disco. Sebegitu jauh, sampai akhir Oktober kemarin SA Abdis manajernya, tak mengadakan perubahan apa-apa. Abdis mengaku, ia menampung 21 orang pramuria. "Mereka bukan hoste melainkan bar-girl saja." Akan hal tamu suka mengajak wanita-wanita itu ber dansa ia sendiri katanya menyayangkannya. Tapi, "saya tak bisa melarangnya.' Apa betul begitu, terpulang pada Abdis sendiri. Sebab kecuali nama lengkap perusahaannya adalah La Disco Bar & Dancing Hall, diakui Abdis sendiri bahwa tujuan usahanya memang untuk menampung anak muda yang cari hiburan semacam yang biasa ada di klab malam. "Untuk pergi ke Diamond taripnya kan mahal. Di sini Rp 4.000 saja sudah bisa santai.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus