JAKARTA tak hanya terus dibenahi. Tapi juga makin diperindah.
Setelah beberapa waktu lalu trotoar di jalan-jalan protokol
hijau oleh tanaman hias dengan berbagai rupa dan bentuk, sejak 6
bulan lalu disemarakkan lagi oleh taman gantung. Yaitu pot-pot
bunga segar yang digantungkan pada tiang besi.
Taman-taman gantung itu misalnya terlihat di sepanjang Jalan
Thamrin, Taman Cut Mutiah, Blok M, perempatan Halim dan
perempatan Jalan Pramuka. Pada hari-hari tertentu, pot-pot itu
berisi kembang anggrek segar. "Yaitu pada hari-hari sekitar
lebaran, Natal, tahun baru, HUT Jakarta dan bila ada tamu
negara," jelas Kepala Dinas Pertamanan DKI Jakarta, H.A.
Djaelani.
Kembang-kembang anggrek itu adalah hasil sumbangan para
sponsor yang terdiri dari pengusaha anggrek, petani anggrek,
petani bunga dan juga koperasi bunga. Nama sponsor ditulis pada
tiang besi tempat pot-pot tadi tergantung. "Untuk itu, kepada
mereka tidak dipungut bayaran, sebab kembang anggrek sendiri
sudah berharga mahal," tambah Djaelani. Tapi ia menolak menjawab
ketika ditanyai biaya pembuatan tiang-tiang besi dan pot pot
bunga tadi.
Komputer
Seorang petani anggrek di Pasar Minggu, Jakarta Selatan,
memang mengakui hal itu. "Saya turut mengisi potpot itu bukan
saja karena gratis," tuturnya, "tapi juga karena merupakan
promosi agar makin banyak warga Jakarta mencintai anggrek." Bagi
petani yang tak mau menyebutkan namanya ini, tak jadi soal harus
mengganti kembang anggrek itu tiap 3 atau 4 hari dengan kembang
yang segar. "Yang penting hasil kebun saya turut dinikmati orang
banyak," tambahnya.
Seorang penjual bunga di Jalan Cikini Raya juga berpendapat
hampir sama. "Agar orang Jakarta, atau tamu-tamu dari luar
negeri tahu, bahwa negara kita juga kaya akan anggrek," katanya.
Ia pernah mempromosikan toko bunganya lewat taman gantung itu.
Menjelang Natal dan tahun baru, pedagang ini sempat antre
menunggu giliran pemasangan. "Sebab kalau banyak sponsor,
terpaksa harus digilir," ungkap Djaelani.
Namun bagi Dinas Pertamanan DKI taman gantung berarti juga
menggugah warga Jakarta yang tak punya halaman luas untuk turut
menghias lingkungannya. "Yaitu sebagai ganti tanaman hias atau
tanaman pelindung biasa," tambah Djaelani yang pada 1977 lalu
mendapat Satyalencana Pembangunan karena jasa-jasanya menghijau-
kan Jakarta.
Taman gantung ternyata masih berkaitan dengan usaha
penghijauan di kawasan Jakarta. Tutur Djaelani lagi: "Kota yang
ideal adalah bila 30% dari wilayahnya terbuka, artinya tak ada
bangunan. Kemudian, 40% dari wilayah terbuka itu harus terdiri
dari taman--baik tanlan yang aktif maupun pasif." Taman aktif
adalah berupa rumput atau pohon-pohonan. Sedang yang pasif:
tanaman hias, termasuk taman gantung.
Adapun Jakarta, kata Kepala Dinas Pertamanan DKI itu, belum
termasuk kota ideal. "Dilihat dari jumlah taman, memang sudah
cukup," katanya, "tapi ,dari tata letak, masih belum merata
terutama karena masih banyak wilayah jalur hijau yang belum
dibebaskan."
Tanaman hias, bukan saja berupa taman gantung. Juga bermacam
tanaman yang disusun menyerupai berbagai bentuk hewan: gajah,
bangau, kijang. Ini terutama terlihat di sepanjang Jalan Thamrin
dan Jalan Diponegoro. "Di dua jalan itu memang harus diberi
tanaman hias dan tanaman gantung," ucap Djaelani pula, "sebab
kalau diberi tanaman pelindung yang dapat tumbuh tinggi, dapat
mengganggu komputer yang mengamati lalu lintas di sana."
Bagaimana mengawasi tanaman itu dari tangan-tangan jahil?
Djaelani mengakui pada mulanya para pengawas harus dikerahkan.
Misalnya di Jalan Thamrin, katanya, dulu harus diawasi terus
menerus oleh l0 orang petugas. "Tapi sekarang, tanpa pengawas
pun, tak ada tanaman yang rusak atau hilang," katanya. Malahan,
kesadaran warga Jakarta akan pentingnya taman semakin besar.
Itu misalnya terlihat pada minat penduduk ibukota untuk
mengikuti kursus pertamanan yang diselenggarakan Dinas
Pertamanan secara cuma-cuma. Dengan lama kursus 1l/2 bulan, tiap
angkatan diikuti sekitar 100 orang peserta. "Sejak diadakan
tahun lalu, sekarang sudah mencapai angkatan ke-11," ungkap
Djaelani akhirnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini