Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Bak cerita pendek kristiani

Pengarang: fridolin ukur jakarta: sinar harapan, 1980 resensi oleh: h. setiawan. (bk)

27 Desember 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

IKLAN DARI SURGA 40 Khotbah dari renungan oleh Dr. Fridolin Ukur Penerbit: Sinar Harapan, 1980, 229 halaman MEMBACA judul yang bombastis, mungkin orang jadi tertarik untuk bertanya: apa sih, isinya? Ternyata, sekalipun tidak se'spektakuler' judulnya, isinya memang melingkupi seantero masalah manusia. Dari 'Surat menyurat dengan Yesus' sampai 'Pencuri Gaya Baru dan Pembunuh Stil Kuno'. Dari 'Mission Impossible' sampai 'Peralihan Generasi'. Bahasanya enak. Seakan-akan membaca cerita pendek kristiani. Kita bisa hanyut dan lupa bahwa ke-40 karangan ini sebenarnya kumpulan khotbah dan renungan yang ditulis pengarangnya tahun 1978. Ada satu hal yang menarik, ialah soal judul. Seakan judul seantero karangan ini sengaja diformulasikan sedemikian eksklusif, supaya orang tertarik membacanya. Misalnya 'Sebungkus kembang gula Sugus', yang ringkasan isinya adalah pertobatan seorang pelacur. Memang, judul sudah mengandung makna tertentu. Tetapi kalau makna tersebut tidak mengindikasikan isi pokok dari khotbah atau renungannya, jangan heran kalau kami jadi agak bingung. Tapi maklum, Pak Ukur adalah pendeta yang penyair, sih. Kreasi kreatif ini memang orisinal. Lain dari rancangan khotbah atau renungan yang lain. Meski dalam membacanya kami harus berkonsentrasi penuh, karena banyak sekali kalimat panjang. Apalagi dalam satu karangan, terkadang disinggung beberapa masalah pokok. Tetapi Pak Ukur mengajak kami merenungkan . hanya satu masalah pokok. Tidak jelas, apakah ulasan pokok yang lainnya implisit di dalam satu masalah pokok yang dibahas itu, atau memang tidak dibahas. Contoh, masalah pokok dalam 'Tiada tempat bagi mereka' antara lain ialah urbanisasi dan kemiskinan. Refleksi theologisnya terutama di sekitar pemerataan segala bidang kehidupan yang esensial bagi keadilan dan kemakmuran masyarakat. Tapi, mengapa refleksi theologis makna urbanisasi tak ada? Buku ini isinya segudang problem sesehari Ditulis dengan teliti, sehingga menggiurkan para pendeta dan pengantar renungan yang tak punya waktu menyusun khotbah dan renungan--untuk memanfaatkannya secara tinggal pakai. Andai memang demikian, jemaat akan sering disuguhi makanan rohani yang terdiri dari banyak pokok masalah, dengan refleksi theologis yang difokuskan pada satu masalah. Apabila pengkhotbahnya kreatif, dia mungkin akan mengajak merenungkan beberapa masalah pokok dalam satu khotbah. Khotbah borongan ini bisa berlangsung paling kurang setengah jam. Mana tahan ! (Ini bukan mercmehkan peranan Rohkudus, lho, Pak Ukur). Komunikatif Beberapa judul memang benar-benar mengundang pertanyaan. Misalnya, 'Tiada tempat bagi mereka.' Kalau ini khotbah atau renungan, mana Perikop pembacaan Kitab Suci yang secara formal menjadi dasarnya? Ataukah ini suatu refleksi theologis mengenai salah satu aspek masalah sosial dalam pembangunan? "Proses deisolasi yang sangat berharga" memang memuat referensi, ialah Filipi 2: 2 - 4. Tapi, apakah ini bukan suatu refleksi theologis mengenai implikasi politis dari Pancasila sebagai dasar dan falsafah negara kita? 'Memperhatikan yang lemah' dan 'Buluh yang Patah Terkulai tidak akan diputuskanNya' lebih cenderung sebagai kesaksian, yang memang menghimbau untuk direnungkan maknanya. Lalu, ada juga kisah haru yang happy ending. Bacalah: 'Perjuangan iman seorang Ibu', 'Sebungkus kembang gula Sugus '. Tuhan kita, yang kita kenal sebagai Yesus - Juru selamat Yang Hidup dari alam semesta dan manusia khususnya itu, memang sangat komunikatif. Bukan hanya dengan khotbah atau renungan saja Dia menyadarkan kita akan keterlibatan dan taggung jawab kita terhadap manusia. Khususnya berbagai masalah mengenai pergumulan bangsa kita, yang entah berapa gudang banyaknya itu. Lewat cerita pendek, kesaksian, refleksi sebagaimana yang diperlihatkan Pendeta Dr. Fridolin Ukur dengan bukunya ini, pun bisa. Buku ini menyuguhkan seribu satu macam untangan dan visi pelayanan yang relevan dengan kita di masa kini. H. Setiawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus