Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DE Oost adalah film Belanda pertama yang secara gamblang menyorot kekejaman militer negeri itu selama perang kemerdekaan Indonesia pada 1946. Khususnya bagaimana pelatih pasukan elite Belanda di Indonesia, Raymond Westerling, melakukan aksi teror dan pembantaian di Sulawesi Selatan hingga menelan korban ribuan orang.
Film kontroversial yang dipersiapkan hampir sepuluh tahun ini mengundang segudang reaksi—sanjungan sampai kecaman—dari media dan publik di Belanda. Di Twitter, Menteri Pertahanan Belanda Ank Bijleveld menyayangkan De Oost yang meniupkan keresahan ke kalangan veteran Hindia Belanda, merujuk pada perkumpulan pensiunan tentara, seperti Federasi Hindia Belanda (FIN), yang menganggap film garapan sutradara Belanda keturunan Maluku, Jim Taihuttu, itu mencemarkan nama veteran. FIN bahkan menuntut produser De Oost ke meja hijau.
Sebenarnya seperti apa latar belakang dan bagaimana pembuatan film ini hingga menyulut kontroversi? Tempo mewawancarai produser, sutradara, juga aktor yang terlibat dalam De Oost.
***
SUASANA kacau-balau. Sejumlah serdadu Belanda bersenjata lengkap dengan brutal menggerebek sebuah desa kecil di Sulawesi Selatan, memaksa semua penduduk—laki-laki, perempuan, anak-anak—berkumpul di lapangan terbuka. Di antara serdadu itu, seorang laki-laki bertubuh tegap maju ke depan dengan sebuah meja lipat dan bangku. Dia lalu duduk dengan tenang dan merebahkan pistolnya di atas meja. Prajurit lain berdiri dengan tegang. Bedil mereka terkokang. Si perwira yang duduk lalu mengeluarkan buku kecil dari saku, membukanya, dan memanggil sebuah nama. Seorang laki-laki desa lantas disorongkan ke hadapannya. “Benar itu namamu?” si serdadu bertanya. Pertanyaan itu diiyakan lelaki desa. Dor! Tanpa berkedip, pria berseragam gelap itu melepaskan peluru, menembus kepala laki-laki desa.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo