Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BERSEMBUNYI di dalam kamarnya, Komisaris Jenderal Purnawirawan Susno Duadji menghubungi Malam Sambat Kaban. Kepada Ketua Umum Partai Bulan Bintang itu pada Kamis dua pekan lalu, Susno mengatakan tim jaksa mendatangi rumahnya di Resor Dago Pakar, Bandung. Susno juga bercerita mengelabui jaksa yang hendak menjemputnya dengan meminta izin untuk mandi. ¡±Saya bilang segera akan kirim orang untuk melindunginya,¡± ujar Kaban kepada Tempo pekan lalu.
Susno bergabung ke Partai Bulan Bintang sejak April lalu dan tercantum dalam daftar calon legislator sementara partai itu. Pada Kamis pagi itu, jaksa hendak mengeksekusi putusan Mahkamah Agung yang menguatkan hukuman tiga setengah tahun untuk Susno. Ia dinyatakan bersalah dalam perkara korupsi dana pengamanan pemilihan kepala daerah Jawa Barat 2008 dan suap Rp 500 juta ketika pria 59 tahun ini menduduki jabatan Kepala Badan Reserse Kriminal Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Segera setelah menerima telepon Susno, Kaban memberi perintah kepada Ade F. Rusyad, Komandan Brigade Hizbullah Jawa Barat dan Ketua Partai Bulan Bintang provinsi yang sama. Puluhan anggota organisasi sayap partai yang berseragam ala tentara itu segera berdatangan ke rumah Susno. "Jangankan Pak Susno, siapa pun warga negara Indonesia yang dianiaya akan kami lindungi," Kaban memberi alasan.
Kaban, Menteri Kehutanan Kabinet Indonesia Bersatu jilid I, mengatakan partai wajib melindungi anggotanya. Namun ia membantah anggapan bahwa Susno bergabung ke partainya guna mendapatkan perlindungan politik. Menurut dia, Susno menyatakan tertarik masuk Partai Bulan Bintang sejak menjadi Wakil Ketua Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. Pada hari itu, Ketua Dewan Syura Yusril Ihza Mahendra pun datang ke rumah Susno. Sang politikuslah yang berkeras menyatakan eksekusi terhadap Susno tidak sah.
Setelah datang perlindungan dari laskar, pada Kamis sore Susno semakin "aman" dengan kedatangan rekan-rekannya sesama alumnus Akademi Kepolisian 1977. Di antaranya mantan Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Selatan Inspektur Jenderal Purnawirawan Hasyim Irianto dan mantan Kepala Badan Bantuan Hukum Polri Inspektur Jenderal Purnawirawan Arianto. "Kami meminta teman-teman angkatan 1977 di Bandung memberikan support," ujar Komisaris Jenderal Purnawirawan Ito Sumardi.
Ito mengatakan kedatangan rekan-rekannya tak direncanakan dan bukan atas permintaan Susno. Ia pun menganggap para jenderal datang hanya buat menunjukkan solidaritas angkatan. "Teman-teman kami sama sekali tidak memberikan tekanan kepada jaksa," ujar Ito, yang menjadi Kepala Badan Reserse Kriminal pada 2011 menggantikan Susno. Ia menyatakan, setelah Susno berlindung di Markas Polda Jawa Barat, rekan-rekannya malah meminta sang Jenderal menyerah. Susno, kata dia, berujar akan menyerah jika putusan Mahkamah Agung diperbaiki.
Jenderal Ito juga membantah kabar bahwa kehadiran rekan-rekannya membuat Kepala Polda Jawa Barat Inspektur Jenderal Tb. Anis Angkawijaya enggan menyerahkan Susno ke jaksa. Menurut dia, Anis melindungi Susno karena belum ada perintah dari Markas Besar Polri untuk menyerahkannya. "Karena Pak Susno meminta perlindungan, Kapolda tak mau menyerahkannya ke jaksa," katanya.
Selepas dari Polda Jawa Barat, Susno menghilang. Kejaksaan menetapkannya sebagai buron. Ia justru muncul dalam rekaman video yang diunggah ke situs YouTube. Dalam video yang diunggah akun Yohana Celia pada Senin pekan lalu itu, Susno menantang polisi dan jaksa untuk menangkapnya. Di awal video, Susno menjelaskan masih berada di sekitar Bandung dan Cimahi, berkampanye untuk pencalonannya sebagai legislator.
Foto Susno dengan latar belakang Bandar Udara Adisutjipto, Yogyakarta, muncul pada waktu yang hampir sama. Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S. Pane mengklaim Susno pergi ke Yogyakarta pada Sabtu dua pekan lalu dan bertemu dengan beberapa anggota organisasinya. Wakil Jaksa Agung Darmono mengatakan tim kejaksaan harus bertindak ekstra-hati-hati dalam mengejar Susno. Sebab, eksekusi di Bandung mendapat hambatan dari kepolisian.
Pengacara Susno, Fredrich Yunadi, membantah kabar bahwa tim penasihat hukum membantu pelarian Susno. Ia mengatakan tim pengacara pun kehilangan jejak. Dia menduga Susno telah memiliki pengawal. Sebab, "Ketika saya tawarkan pengawalan, Pak Susno bilang tidak usah. Dia bilang sudah ada yang meÂngawal," tuturnya.
Di rumah Susno, ketika puluhan jaksa datang, seorang peÂngawal Susno menodongkan senjata ke para penjemput itu. Ia mengancam menembakkan senjatanya jika para jaksa membawa paksa Susno. Sumber Tempo mengatakan pria bersenjata itu seorang polisi berpangkat ajun komisaris.
Juru bicara Markas Besar Polri, Inspektur Jenderal Suhardi Alius, membantah kabar bahwa polisi mengawal pelarian Susno. Menurut dia, dua pengawal Susno dari Brigade Mobil telah dikembalikan ke kesatuan masing-masing setelah eksekusi yang gagal.
Toh, Susno tetap dikawal dua anak buahnya ketika menyerahkan diri ke Lembaga Pemasyarakatan Kelas II-A Cibinong, Pondok Rajeg, Jawa Barat, pada Kamis malam pekan lalu. Susno telah menunggu di ruang kepala penjara itu ketika Kepala Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta Didiek Darmanto dan tiga jaksa datang. Ia didampingi pengacaranya, Untung Sunaryo. Seorang pria berperawakan sedang juga datang setelah pergantian hari itu. Cerita "eksekusi" itu happy ending, ketika mereka makan malam dan tertawa-tawa bersama.
Febriyan, Tri Suharman, Rusman Paraqbueq
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo