DENGAN wajah ketakutan, belum lama ini Yanti, 22, melapor ke pos polisi di terminal bis Terboyo, Semarang. Ia mengaku sering diperas seorang pria. Karena takut, ia membiarkan saja uang dan perhiasannya dibawa pergi. Pria pemeras itu mempunyai ciri-ciri: umur 30-an, berbadan tegap, dan jari tengah tangan kanannya buntung. Lelaki itu sering terlihat di sekitar lokalisasi WTS di Banjirkanal. Dengan data yang cukup lengkap itu, polisi bergerak menuju sasaran. Beberapa jam kemudian, lelaki tadi, yang bcrnama Naryo, bisa ditangkap. Ia dibawa ke pos Terboyo dan dikonfrontasikan dengan Yanti, yang sehari-hari menjual sayur-mayur. Yanti membenarkan bahwa pria itulah yang di maksud. Sebaliknya, Naryo malah marah-marah. "Kamu ini bagaimana, sih? Masa suami sendiri dilaporkan ke polisi," serunya. Naryo memang suami Yanti. Ibu satu anak itu sebenarnya tak bermaksud buruk. Selama ini, ia sudah kelewat kesal terhadap Naryo - karena sang suami, yang bekerja sebagai buruh itu, jarang pulang ke rumah. Kalaupun pulang, sudah larut malam. "Dan bau parfumnya itu, Iho. Lain sekali dengan yang ada di rumah," kata Yanti kepada Aries Margono dari TEMPO. Akhirnya, Yanti tahu bahwa suaminya itu sering pergi ke lokalisasi WTS Banjirkanal. Namun, semua nasihat atau teguran Yanti tak pernah digubris. Malah Naryo sering meminta uang untuk bersenang-senang. Ibu yang tinggal di Kanalsari itu jadi gregetan. Ia melapor ke polisi seolah sering diperas oleh seseorang. Pengaduan itu rupanya ada manfaatnya. Naryo kini lebih betah di rumah dan jarang keluar malam. Kalau akan pergi, ia juga selalu meminta izin lebih dulu. "Mas Naryo memang paling takut sama polisi," kata Yanti sambil tertawa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini