SANKARTO, 52, sempat ragu. Betulkah pemuda Hartanto yang datang ke rumah itu calon menantunya? Untuk menghilangkan keraguan, penduduk Desa Karangklesem, Banyumas, itu mengeluarkan seekor kerbau jantan dari kandang. Ia berkata, "Kamu saya uji dulu. Naiki kerbau ini. Kalau kamu tidak jatuh, berarti kamu memang calon menantuku. Tapi kalau kamu jatuh, berarti bukan." Pemuda perlente yang datang dari Jakarta itu sempat pucat sebentar. Tapi ia akhirnya naik juga ke punggung kerbau. Sankarto segera melecut dengan cemeti. Kerbau berlari dan melompati parit. Hartanto pun terjungkal mencium lumpur. Fitri, anak Sankarto yang menjadi pelayan toko di Jakarta, memang pernah memberi tahu ayahnya bahwa ia sudah punya pacar. Hanya, ayah enam anak dan kakek 14 cucu itu belum pernah melihat wajah pacar Fitri. Tahu-tahu, akhir Agustus lalu, seorang pemuda datang dan mengaku sebagai calon menantu. Pemuda itu, Hartanto, membawa sepucuk surat yang seolah ditulis oleh Fitri. Isinya menyebutkan bahwa Fitri dan pemuda itu sudah sepakat untuk menikah. Selain itu, pemuda tadi berniat meminjam tombak wasiat bermata perak, untuk pelaris dalam berdagang. Benda itu memang dimiliki Sankarto dan dianggap benda keramat yang bisa menolak bala, mengobati penyakit atau pelaris. Namun, ia ragu terhadap permintaan Fitri. Anak itu, pikirnya, tak mungkin memberi rekomendasi kepada seseorang agar dibolehkan meminjam tombak wasiat. Karena itu, Sankarto perlu menguji kejujuran tamunya. Dan ternyata ia memang bukan pacar Fitri. Buktinya, tiga hari kemudian, Fitri datang bersama pacarnya, Parmono. Toh Sankarto masih penasaran. Ia mengharuskan pemuda itu menjalani tes yang sama: naik kerbau melompati selokan. Dan, ternyata, kata Sankarto kepada TEMPO, pemuda itu tidak terjatuh. Belang Hartanto, yang mengaku menantu, belakangan ketahuan. Fitri menyatakan bahwa beberapa waktu lalu ia bertemu seorang pemuda dalam bis. Pemuda itu rupanya tertarik kepada barang antik. Fitri jadi terpancing menceritakan tombak bermata perak milik ayahnya. "Saya tidak menyangka, ia akan datang kemari dengan membuat surat palsu," tutur Fitri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini