SUASANA persiapan kenduri mencapai puncaknya Jumat siang akhir
Mei lalu di sebuah rumah di Jalan Pamoyanan, Bandung. Tamu
sudah berdatangan. Namun mempelai pria yang ditunggu-tunggu
tidak mencogok. Yang datang malah tukang tagih rekening: dari
toko bunga, tukang karpet, juru video sampai sopir taksi.
Bermula dari terminal Cililitan, Jakarta, April lalu, Tina
(bukan nama sebenarnya) terpikat seorang pria. Usia Tina 41, dan
mengaku belum menikah. Selama perjalanan Jakarta-Bandung itu ia
hanyut oleh si pria yang bernama Dedy Mulyadi. Kawan baru ini
mengaku seorang insinyur, yang saat itu sedang punya borongan di
Proyek Saguling, Bandung. Juga mengaku putra seorang kolonel.
"Orangnya ramah, tampangnya pun boleh," kenang Tina.
Sampai-sampai malam sebelum hari pernikahan si calon pengantin
pria masih ikut seksi repot di rumah pengantin wanita. "Malam
itu dia tidur di lantai, pakai sarung," cerita seorang anggota
Hansip setempat. Tapi paginya, ketika pengantin wanita sedang
dirias, si insinyur mengirap entah ke mana.
Maka kenduri yang sudah disiapkan -- di gedung Kologdam --
bubar begitu saja. Tinggal tuan rumah jadi kelimpungan: sejumlah
barang yang dihadiahkan si cowok ternyata harus dibayar pihak
cewek. Bahkan ia -- yang gelarnya pun gadungan, setelah dicek ke
ITB -- sempat menggaet ratusan ribu rupiah dari ayah Tina.
Dan, sampai saat keluarga Tina mengadu ke kantor polisi Cicendo,
masih ada satu set kursi pengantin -- yang didatangkan oleh si
"insinyur" -- yang tak diketahui siapa pemiliknya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini