Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jakarta - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan mengaudit 307 jembatan penyeberangan orang (JPO) yang ada di wilayahnya. Langkah itu diambil setelah satu jembatan yang membentang di atas underpass Pasar Minggu, Jakarta Selatan, ambruk dan menelan tiga korban jiwa di tengah hujan lebat dan angin kencang, Sabtu lalu.
Gubernur Basuki Tjahaja Purnama mengatakan pengecekan dan pemeriksaan akan disertai ketetapan baru bahwa tidak boleh ada papan reklame yang menutupi setiap jembatan itu. "Secara bertahap akan kami hapus iklan yang ada di jembatan penyeberangan," kata Basuki, kemarin.
Reklame di JPO, menurut Basuki, berbahaya karena berpotensi menambah beban jembatan saat ditiup angin kencang. Apalagi saat musim hujan seperti yang mulai terjadi pada bulan ini. "Kami mau ubah bentuk JPO mengikuti model yang sudah ada di kawasan Bundaran HI," katanya.
Dia menyatakan sangat prihatin atas ambruknya JPO di Pasar Minggu yang sampai menelan korban jiwa. Dia menjanjikan santunan kepada keluarga korban tewas dan luka. "Karena yang tewas orang Depok, kami beri santunan pribadi saja," kata Basuki.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Andri Yansyah menyatakan pemasangan papan reklame menjadi penyebab ambruknya jembatan yang dibangun pada 2002 itu. Dia menyebutkan ketinggian reklame yang kurang-lebih 3 meter itu hampir menutupi seluruh ruang sisi railing atau pembatas jembatan.
Padahal, sewajarnya letak papan reklame berada 30 sentimeter dari gelagar (bentangan baja) ke bawah dengan lebar papan maksimal satu meter. Konstruksinya juga tidak boleh menempel pada railing alias harus berdiri sendiri. Tapi dia menemukan konstruksi papan reklame di JPO Pasar Minggu malah menempel, sehingga tak ada ruang sirkulasi udara.
"Dengan adanya tekanan angin yang besar, rangka railing JPO tidak kuat menahannya," katanya. Dinas akan menyelidiki siapa yang mendirikan papan reklame tersebut dan siapa yang memberi izin pendiriannya.
Tim dari Pusat Laboratorium Forensik Markas Besar Polri ikut menyisir ulang sisa konstruksi JPO yang dibangun pada 2002 itu. Kepala Bidang Balistik Metalurgi Forensik Pusat Laboratorium Forensik, Komisaris Besar Ulung Kanjaya, mengatakan baja bagian bawah jembatan sudah mengalami korosi alias berkarat.
Temuan tersebut akan diperiksa dengan alat bantu X-Ray Fluorescence dan Reduction Optical Spectrometry. "Penyebab ambruk akan diketahui setelah diperiksa di Labfor," kata Ulung.
Kepolisian membawa beberapa alat bukti, seperti sisa korosi di bagian bawah jembatan dan beberapa sambungan las. Kesimpulan pemeriksaan, kata Ulung, akan selesai empat hari kemudian.
Menurut Ulung, dorongan angin yang kuat bisa menyebabkan jembatan tersebut ambruk. "Tapi kalau jembatannya bagus, sebenarnya bisa bertahan." ARKHELAUS | DEVY ERNIS | EGI ADYATAMA
Hujan dari Samudra Hindia
Hujan lebat disertai angin kencang terjadi di Jakarta dan sekitarnya pada Sabtu lalu. Tapi intensitas hujan tertinggi terukur di bagian selatan Jakarta. "Curah hujan tertinggi berada di wilayah Halim sebesar 73 milimeter (lebat), Pondok Betung 61 milimeter, dan Lebak Bulus 54 milimeter," kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Andi Eka Sakya, kemarin.
Andi menjelaskan, fenomena atmosfer yang mengakibatkan hujan lebat di wilayah Pulau Jawa sudah terjadi sepekan terakhir. Faktor penyebab dominan adalah aktivitas Indian Ocean Dipole (IOD) yang berdampak meningkatnya suplai uap air dari Samudra Hindia ke sekitar Indonesia bagian barat. "Hangatnya suhu permukaan laut di selatan Jawa juga menimbulkan kontribusi yang sama."
Seiring dengan itu, Andi menambahkan, ada pula faktor daerah perlambatan dan belokan angin di Jawa dan Sumatera, yang mengakibatkan daerah pertumbuhan awan hujan sangat optimal. "Khususnya di Jawa bagian barat," kata dia.
Selain membuat roboh jembatan penyeberangan orang di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, hujan lebat pada Sabtu lalu menyebabkan banjir di sejumlah tempat. Berikut ini sebarannya:
Sabtu, 24 September 2016
1.Jakarta Timur
Cipinang Melayu, RW 03 dan 04, ketinggian banjir 45-170 sentimeter.
Halim Perdanakusuma, RW 05, 07, dan 08, ketinggian banjir 20-90 sentimeter.
Cipinang Besar Selatan, RW 01, ketinggian banjir 10-50 sentimeter.
2.Jakarta Selatan
Petogogan, RW 01, 02, dan 03, ketinggian banjir 10-70 sentimeter.
Ahad, 25 September 2016
1.Jakarta Timur
Cipinang Melayu, RW 03 dan 04, ketinggian banjir 10-40 sentimeter.
2.Jakarta Barat
Rawa Buaya, RW 01, 02, dan 04, ketinggian banjir 10-40 sentimeter.
Kedoya Utara, RW 02 dan 08, ketinggian 10-40 sentimeter.
Kembangan Utara, RW 01, ketinggian banjir 10-100 sentimeter.
Pengungsi: 135 jiwa (hanya di Kembangan Utara)
Tempat pengungsian: SD 01 Kembangan Utara dan Masjid Nurul Muslimin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo