Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Doktoranda aspal

Esti saraswati, 26, calon anggota dprd jawa tengah dan aktivis knpi, sudah mencantumkan gelar dra, padahal belum lulus dari fak. sastra inggris, undip gara-gara itu ujian sarjana nyaris urung.

13 Juni 1987 | 00.00 WIB

Doktoranda aspal
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
JANGAN main-main dengan gelar. Lantaran main pasang gelar yang belum jadi haknya, Esti Saraswati, 26 tahun, nyaris urung ujian sarjana. Mahasiswi Fakultas Sastra Undip, Semarang, ini, entah bagaimana, menyandang gelar Dra. di depan namanya. Kebetulan ia tercantum sebagai calon anggota DPRD Tk I Jawa Tengah dengan nomor urut 158. Memang bukan calon jadi. Tapi yang jadi pasal, sejak kapan ia dilantik? Sebab, setahu Dr. Istiati Soetomo, Ketua Jurusan Bahasa Inggris Fakultas Sastra Undip, mahasiswi yang juga salah seorang aktivis KNPI itu belum pernah diuji. Karena itulah, April lalu, ketika mahasiswi angkatan 1979 ini hendak maju ujian, Istiati sempat berseloroh. "Lho, sudah sarjana kok masih minta diuji lagi?" Tentu saja, Esti gugup. Wajahnya yang manis mendadak merah padam. Tapi ia ngotot bahwa pencantuman gelar itu bukan disengaja. "Orang-orang itulah yang menganggap bahwa saya sudah sarjana," katanya, seperti diceritakan Istiati kepada Yusro M.S. dari TEMPO. Sebenarnya pelanggaran yang dilakukan oleh Esti bukan hanya ketika ia dicalonkan sebagai anggota DPRD saja. Istiati punya bukti lain. Dalam buku kepengurusan KNPI Ja-Teng, yang dicetak pada 1985, di depan nama Esti Saraswati juga sudah tertera gelar mentereng tadi. Ia menduduki jabatan Ketua Departemen Wanita. Anehnya, tak ada yang menggugat, pihak Undip pun tenang-tenang saja. Akhirnya, setelah ada surat dari KNPI perihal ketidaksengajaan pencantuman gelar berikut photocopy formulir daftar calon yang mencantumkan nama Esti tanpa gelar, mahasiswi itu diizinkan ujian. Apalagi lampu hijau Rektor Undip Prof. Moeljono juga berkedip-kedip - mendesak agar Esti diuji. Apa mau dikata, Dr. Istiati hanya bisa terhenyak. Padahal, untuk kasus yang hampir mirip, bisa dikenai skorsing tidak enteng. Kata Istiati, pernah ada mahasiswa kedokteran yang menulis resep untuk temannya, padahal ia jelas belum berhak, diganjar skorsing 3 tahun. Akan halnya Esti Saraswati, yang ehm, sudah berdoktoranda, enggan bicara.... Yusroni Henridewanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus