Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Menonton imelda dan marcos

Imelda memiliki 1.060 pasang sepatu,98% diantaranya impor. salah satu mantel bulu imelda berharga us$ 50.000. di kamar dandannya ada sikat rambut yang bertakhta berlian. baju barong marcos banyak.

13 Juni 1987 | 00.00 WIB

Menonton imelda dan marcos
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
SETELAH absen sepuluh tahun, saya tiba di Manila tidak lama sesudah pemilihan 11 Mei yang lalu untuk Kongres dan Senat. Saya meluangkan waktu mengunjungi Istana Malacanang. Dulu, pertama kali saya masuk ke sini waktu berwawancara dengan Presiden Elpidio Quirino, 1950. Kemudian, di sini pula saya bertemu dengan Presiden-presiden Magsaysay, Garcia, dan Marcos. Kali ini, saya ingin melihat Malacanang yang telah dijelmakan menjadi museum, sejak Presiden Corazon Aquino memegang tampuk negara. Saya terutama ingin melihat ruangan kediaman yang sebelum Revolusi Februari 1986 ditempati Presiden dan istrinya. Berbagai kisah menarik tersimpan di situ. Diantar seorang pemandu wanita, saya memasuki ruang penerimaan tamu. Tahun 1970, dalam sebuah resepsi, saya bercakap-cakap dengan Marcos dan Imelda di sini. Tetapi, rasanya ada perubahan sekarang. Dan benar: pilar-pilar -- sokoguru -- sudah disingkirkan, dan itu dilakukan vaktu renovasi tahun 1978. Alasannya: kepercayaan takhyul Presiden dan Nyonya. Menurut pemandu, Marcos dan Imelda gemar minta petunjuk fortune-teller alias peramal nasib. Pilar harus dibuang, ya, dibuang. Segel kenegaraan (state seal), yang dulu bergambar anjing laut, harus pula diganti gambarnya dengan gambar burung elang, yang melambangkan kekuatan dan keremajaan. Di kamar tidur Imelda, dekat ranjangnya, terdapat sebuah meja, yang biasanya ia pakai mengadakan fortune-telling session, bertenung melihat masa depan. Enam bulan sebelum Revolusi Februari, sang dukun mengatakan kepadanya dan suaminya: bikinlah 600 peti kayu. Ternyata, kemudian, 300 peti dipergunakan untuk mengangkut barang-barang dan kertas-kertas pribadi (termasuk jutaan uang peso) waktu Marcos - pada hari 25 Februari 1986, pukul 21.00 - meninggalkan Malacanang, dalam perjalanan ke Guam dan Hawaii. Rupanya, tukang ramal memainkan peranan penting dalam kehidupan presiden itu - untuk tetap slamet. Sebenarnya, tentu, untuk mempertahankan terus kekuasaannya, meski ternyata tidak mempan. "Di ruang ini, yang dinamakan Ceremonial all, Presiden menerima para duta besar", ujar pemandu yang cantik itu. "Perhatikan kedua kursi di sana, tempat dulu Marcos dan Imelda duduk. Persis tahta kerajaaan. Karena itu, ruang ini dinamakan orang Kamar Singgasana". Tidak heran, sudah 20 tahun lebih jadi presiden, dengan kekuasaan absolut, Marcos (dan Imelda) menjadi lupa daratan, dan menganggap diri mereka raja dan ratu. Kamar musik Imelda disebut Jade Room, dengan pagu dan karpet hijau muda. Di kamar studi Marcos, terpampang di dinding sebuah lukisannya sebagai pria muda, ganteng, romantis, dengan dada telanjang, walaupun usianya saat itu sudah lebih enam puluh tahun. Dasar orang gaek tak tahu di untung, kata orang Minang. Saya terdiam menyaksikan kamar tidurnya. Ada dua tempat tidur: sebuah ranjang biasa, dengan kelambu gantung, sederhana sekali, menurut perasaan saya. Sebuah lagi, ranjang rumah sakit, lengkap dengan alat-alat canggih untuk mencek sendiri keadaan kesehatannya. Marcos orang yang sakit-sakitan -- entah ginjalnya, entah apanya. Pemandu kemudian menunjukkan kamar operasi, tempat Marcos secara rahasia mengalami pembedahan oleh sebuah tim dokter Amerika. "Dan ini recovery room, tempat dia menyembuhkan diri," ujarnya. Kamar tidur Imelda berwarna gelap. Ranjangnya besar, karena dua buah queen's bed disatukan. Empat buah bantal terhampar. Di samping itu terdapat ruang duduk. Di meja toilet terlihat botol-botol besar berisi alat-alat kosmetik buatan luar negeri. Di kamar dandan, ada sikat rambut yang bertatahkan berlian. Ada sebuah pintu tertutup. Rupanya di situ ada lift yang membawa ke disco pad, tempat Imelda berdansa. Imelda memang terkenal gemar ajojing. Dalam kamar busana, sepatu disko Imelda ditaruh di meja tersendiri tumitnya tinggi banget, dan, berkat baterai, tumit itu menyala waktu dipakai ajojing. Di situ saya melihat sepatu Imelda yang diberitakan pers dunia itu. Banyaknya 1.060 pasang, ukuran 8-81/2, 98% impor. Bicara tentang sepatu, di kamar busana Marcos juga ada sepasang sepatu kulit berwarna putih, yang alas maupun tumitnya khusus dibikin tinggi. Maklum, Marcos lebih pendek dibanding istrinya. Dasar orang bondek, kata orang Padang lagi. Gaun Imelda tergantung berbanjar-banjar. Mahal-mahal kelihatannya. Pemandu memperlihatkan mantel dari bulu cerpelai, harganya 50.000 dolar. Ampun. Buat apa semua ini? Juga Marcos tidak kalah dalam soal ardrobe. Jumlah baju barongnya banyak sekali. Yang menarik: baik Marcos maupun Imelda punya sejumlah rompi kebal peluru. Bagaimanalah rasanya hidup begitu, pikir saya - punya kekuasaan mutlak, punya harta, tapi harus melangkah dengan sumpek dan gelah. Juga menarik, setumpuk kasur bersusun di kamar tidur Marcos. Menurut kisah pemandu, waktu Istana Malacanang terancam selama empat hari di tengah Revolusi Februari, seluruh anggota keluarganya - istrinya, Imelda, putri-putrinya, Imee dan Irene, putranya, Bongbong, menantunya, Greggy Araneta, dan cucu-cucunya, semua tidur di kasur yang bergeletakan di lantai. Seperti dikatakan sendiri oleh Marcos di depan televisi, "Keluarga saya gemetar ketakutan, dalam teror di Malacanang, oleh ancaman pemboman helikopter." "Bagaimana kesan Anda?" tanya pemandu kepada saya, sehabis melihat-lihat. "Banyak pelajaran sejarah dapat dipetik. Semua diktator pasti berakhir begitu. Hari-hari kejayaan mereka pasti berlalu."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus