Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Dua Penderita Flu Burung Meninggal

15 Januari 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Setelah beberapa waktu reda, virus flu burung kembali menelan korban. Pekan lalu, dua orang meninggal setelah dinyatakan positif tertular virus H5N1 ini. Keduanya adalah Randi, 14 tahun, warga Jakarta Barat, dan Riyah, 37 tahun, warga Tangerang, Banten. Kejadian ini membikin pemerintah kembali sibuk. Apalagi, selain kedua korban meninggal itu, masih ada 12 orang yang diduga mengidap flu burung.

Berdasarkan pemetaan Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan DKI Jakarta, wilayah yang terjangkit flu burung adalah Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Tangerang, Bekasi, dan Depok. Untuk memutus mata rantai penyebaran virus maut itu, petugas telah memusnahkan 783 ekor unggas. Warga juga dilarang memelihara unggas selama tiga bulan. Sedangkan di Depok, petugas telah memusnahkan 59 ekor ayam milik warga.

Saat ini ke-12 orang yang diduga flu burung di rawat di Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta, dan Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung. Mereka berasal dari Jakarta, Tangerang, Bekasi, Purwakarta, dan Bandung.

Irwandi Temui Presiden

Setelah berhasil mengejutkan banyak pihak karena kemenangannya dalam pemilihan kepala daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Irwandi Yusuf akhirnya sowan ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Bersama pasangannya, Muhammad Nazar, pemimpin Aceh itu diterima, Kamis pekan lalu, di Jakarta.

Pertemuan tersebut merupakan kali pertama setelah Irwandi-Nazar menang dalam pilkada Desember silam. Pasangan ini menang telak dengan meraup 38,20 persen suara. Mereka akan dilantik sebagai gubernur dan wakil gubernur pada 8 Februari mendatang.

Seusai acara, Kalla mengungkapkan dalam pertemuan itu bahwa mereka memberikan masukan kepada Presiden. Kalla meyakinkan, Irwandi yang pernah menjabat Komandan Pasukan Khusus Tentara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) tetap akan teguh melaksanakan kesepakatan Helsinki.

Irwandi juga menegaskan bahwa kemenangannya bukan untuk mewakili GAM, melainkan masyarakat Aceh. Dia juga memastikan bisa bekerja sama dengan DPRD walaupun pemilihannya tidak melalui jalur partai. ”Saya haqul yakin bisa,” kata Irwandi.

Pemilik Senopati Nusantara Digugat

Solidaritas Keluarga Korban kapal Senopati Nusantara berencana menggugat PT Prima Vista jika tidak segera memberikan santunan. Anggota Solidaritas adalah korban selamat dan keluarga korban dalam peristiwa tenggelammya kapal Senopati Nusantara di perairan Pulau Mandalika, Jepara, Jawa Tengah, 31 Desember 2006. PT Prisma Vista adalah pemilik kapal nahas tersebut.

Rencana gugatan disiapkan, Rabu pekan lalu, karena pemilik kapal dinilai tidak bertanggung jawab kepada penumpang. ”Ucapan belasungkawa saja tidak (pernah) ada,” kata Abdul Basir, 26 tahun, salah seorang penumpang yang selamat. Hingga pekan lalu, tim penyelamat baru menemukan 272 orang penumpang, 23 di antaranya telah meninggal, dari 628 penumpang.

Rencana gugatan itu telah disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jawa Tengah. Para penggugat meminta anggota Dewan cawe-cawe agar Prisma Vista segera mencairkan santunan.

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mendukung gerakan tersebut. ”Semua korban berhak mendapat ganti rugi,” kata Sudaryatmo, pengurus harian YLKI. Dia menegaskan, lembaganya juga siap mengorganisasi korban atau ahli waris untuk mengajukan gugatan ganti rugi tersebut.

Kepala Bagian Operasional Kelautan PT Prima Vista Cabang Semarang, Rahandi, berjanji akan membantu korban, baik yang masih hidup maupun sudah meninggal. ”Kami akan membantu apa yang kami bisa,” kata Rahandi tanpa memerinci jenis bantuan.

Mega Lagi, Mega Lagi

Merasa masih ”layak jual”, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) kembali mengusung Megawati Soekarnoputri sebagai calon presiden pada Pemilu 2009. ”Semua DPD hanya mengusulkan satu nama, yaitu Ibu Hajjah Megawati Soekarnoputri,” Sekjen PDIP Pramono Anung mengungkapkan hasil Rapat Kerja Nasional I PDIP di Bali pekan lalu.

Megawati kembali dipilih karena dianggap sangat mencintai negeri ini. Mega yang turut hadir dalam acara itu, seperti biasa, memilih bungkam. Dia hanya mengatakan, ”Kalau hanya saya sendiri, keputusan itu tidak akan tercapai.”

Rakernas yang berlangsung tiga hari itu juga menghasilkan beberapa usulan, di antaranya pemilihan presiden sebaiknya dilakukan sebelum pemilihan parlemen. PDIP juga mengusulkan perombakan paket undang-undang pemilu dan partai politik.

Tidak lupa PDIP mengkritik kinerja pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla. Duet ini dinilai gagal memimpin karena tidak berhasil melaksanakan janji-janji kampanye. Banyaknya kecelakaan transportasi juga menjadi sorotan. Soal musibah kelaparan jemaah haji pun juga menjadi obyek kecaman.

Anas Urbaningrum, Ketua Bidang Politik DPP Partai Demokrat yang mendukung pemerintah, menepis kritik tersebut. ”Saya kira peme-rintah telah melakukan tebar kinerja,” kata dia.

Tersangka Kekerasan Poso Ditangkap

Polisi menyergap sembilan tersangka pelaku teror di Poso, Sulawesi Tengah, Kamis pekan lalu. Mereka disergap di sebuah rumah di Jalan Pulau Jawa dan Pulau Irian, Desa Gerbang Rejo, Poso. Sebelumnya sempat terjadi baku tembak antara polisi dan tersangka yang menyebabkan dua orang tewas. Kepala Polisi Republik Indonesia Jenderal Sutanto menuduh sembilan orang itu adalah pelaku utama kekerasan di Poso beberapa waktu terakhir. Di antaranya, kata Sutanto, terjadi dalam kasus pembunuhan Jaksa Feri, pembunuh pendeta Susiyanti, dan pembawa bom pada kasus Tentena. Mereka ditangkap paksa karena tak kunjung menyerahkan diri, bahkan melawan polisi. ”Mereka membuang bom, terpaksa polisi mengambil tindakan.”

Kini tujuh tersangka yang masih hidup ditahan di Kepolisian Sulawesi Tengah. Selain membekuk pelaku, polisi juga berhasil menyita barang bukti berupa 18 pucuk senjata api jenis SS, M16, GLM revolver, 13 senjata rakitan beserta anak peluru, magasin dan bom rakitan. Melalui barang bukti tersebut polisi menduga pelaku akan melakukan teror.

Menurut warga setempat, dua orang yang tewas itu bukan karena tembakan senjata api. ”Tapi terkena sangkur polisi,” kata sumber yang enggan disebut namanya itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus