SEKALI merengkuh dayung, dua untai cinta sekali lambung. Itulah jodoh Meliadi, 20 tahun, yang menjadi buah bibir di Desa Kandis, Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, beberapa pekan ini. Sebab, ia memperistri dua cewek sekaligus, awal Juni lalu. Ini rekor baru di tingkat desa itu. Pestanya meriah, menelan biaya lebih dari Rp 3 juta. Maklum, Meli, begitu ia akrab dipanggil, anak lelaki tunggal (empat adiknya perempuan semua) dari keluarga petani kaya di desa itu. Perhelatannya sehari penuh dan dihadiri lebih dari seribu tamu. Meli, yang berwajah mirip bintang film Rico Tampati dan jebolan SLTA Kayu Agung (OKI) ini, bersanding diapit kedua bininya, Suhana dan Martin- juga sama-sama berusia 20 tahun dan lulusan SLTA. Tak sekadar di pelaminan, tanpa sungkan, mereka juga seranjang. "Saya hanya mematuhi petuah orang-orang tua. Kalau ingin kedua istri akur, ya, malam pertamanya mesti dicumbu bersamaan. Yang muda didulukan, baru yang tua," cerita Meliadi kepada Pembantu TEMPO, Taufik T. Alwie. Usai pesta, ia memboyong kedua istrinya ke Kota Jambi, membantu orangtuanya berdagang di sana. Mereka kini bermukim di rumah rakit di tepi Sungai Batanghari. Riwayat perkawinan segitiga ini, begini. Sang perjaka pacaran dengan Martin sudah tiga tahun, tapi mereka lama berpisah. Di masa senggang itu, Meli ternyata kecantol dengan Suhana. Cinta kilat ini segera meningkat: mereka sepakat lari. Pertengahan Mei lalu, si calon istri dititipkannya di rumah Kepala Desa (Kades) Kandis, Abdullah Abunawar. Kabar Meli melarikan cewek itu rupanya sampai pula ke telinga Martin. Sewot, ia menyusul Meli. Martin meraung-raung, sampai seperti ingin bunuh diri. Begitu disiang-harikan di depan orang ramai, Meli tentu panik. Bahkan Martin memberi ultimatum: minta dikawini sekaligus, atau keduanya tidak sama sekali. Lalu orangtua Meli dan Kades Abdullah berunding. Hasilnya: tiga anak muda itu, ya, dikawinkan. Dan di luar dugaan, mereka setuju. Orangtua calon mempelai juga manggut. "Sudah jodoh, mau diapakan lagi?" kata Junadi, ayah Meli. Maka, Martin pun "dilarikan" dan dititipkan di rumah Abdullah. Cuma, Suhana disimpan di rumah istri tua, Martin di rumah istri muda Pak Kades itu. Jadi, bukan ganjil ada orang beristri dua. Tapi bersanding dengan dua istri sekaligus, ini hal baru di Kandis. Sehingga dengung gunjing bagaikan lebah terbang beriring. Namun, menurut Haji Maskadir, pemuka masyarakat setempat, perkawinan itu sah dan tak akan ada pengaruh negatifnya. Ia malah kasih nasihat untuk mempelai, bahwa tidaklah mudah menjaga kerukunan model rumah tangga begini. Juga kalangan pendidik, Junaidi, Kepala SDN setempat, menilai tak ada alasan untuk cemas. Ia yakin, kejadian ini tak bakal diteladani warga desa. "Meli itu anak orang berada. Ganteng seperti bintang film, ya, wajar dikejar dua cewek sekaligus. Jadi, kalau ada warga Kandis lainnya mimpi ingin seperti Meli, ya, susah juga," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini