SETELAH usai upacara resmi di makam pejuang kemerdekaan "Taman Bhakti", Kuala Simpang, Aceh Timur, setiap pejabat diminta meletakkan karangan bunga di pusara. Mula-mula Camat Bachtiar Ahmad. Ketika giliran Muchtar Nuri, Kepala Dinas Pajak setempat, tak jelas ujung pangkalnya tiba-tiba Pak Camat mengeluarkan kata-kata pedas. "Untuk apa orang yang tak pernah berpartisipasi dengan kemerdekaan meletakkan karangan bunga di pusara pahlawan?" katanya. Muchtar merah padam mukanya. Namun, ia masih mampu menahan diri. Setelah ia meletakkan karangan bunga itu ke sebuah makam, Muchtar nyamperin Pak Camat. Tapi ada yang mencegah. Muchtar penasaran. Begitu ada kesempatan, Muchtar lalu memburu Bachtiar. "Kau ngomong seenaknya. Camat apa kau ini?" sergahnya. Tak jelas siapa yang mendahului. Tahu-tahu kedua pejabat itu sudah berantem. Syukur. Acara ziarah dalam rangka memperingati HUT RI ke-42 itu tak jadi arena adu tinju, karena Kapolsek Lettu Hussein Hamidy segera turun tangan. Mereka tak sempat babak belur. Namun, malunya itu yang sulit disembuhkan. "Lumayan, ada acara ekstra hiburan," tutur seorang pemuda yang ikut upacara, pada Makmun Al Mujahid dari TEMPO. Antara Bachtiar dan Muchtar konon memang ada ganjalan sebelumnya. Pak Camat menganggap, dalam menyambut HUT RI kantor pajak kurang semarak hiasannya. Sebaliknya, Muchtar merasa, hiasan di instansi yang dipimpinnya itu dibuat sesemarak mungkin, dan tak kalah dengan kantor lain. Seorang pengusaha berinisiatif. Akhir Agustus lalu mereka diakurkan kembali "Saya minta maaf," kata Bachtiar, dengan mata membelalak. Muchtar kontan pasang kuda-kuda. Bukan untuk berkelahi. Mereka saling memeluk. Damai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini