Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Duet Pengendali dari Balik Jeruji

Pelaku bom Thamrin mengikuti pelatihan perang kota sebelum melancarkan teror di Jalan M.H. Thamrin. Hubungan Aman Abdurrahman dengan pelaku semakin terang. Bersama Rois, narapidana mati kasus bom Kedutaan Besar Australia, Aman membangun jaringan dari dalam penjara.

1 Februari 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

REKAMAN video itu menayangkan gambar sekawanan pria berkumpul di ruang utama rumah. Mereka mendengarkan pemaparan materi dari seorang instruktur. Kursi, sofa, dan meja mereka singkirkan mepet ke dinding. Gorden putih dan hijau memberi latar belakang. Setidaknya 30 laki-laki berkumpul di situ. Ketika penyampaian materi berlangsung, baik instruktur maupun peserta pelatihan memegang kertas putih ukuran folio.

Seseorang yang ikut dalam pelatihan itu mengatakan rekaman tersebut memperlihatkan mereka sedang melakukan tadrib. Di kalangan pengikut Islam garis keras, istilah tadrib berarti latihan perang. Menurut dia, rekaman itu memperlihatkan instruktur memberikan pelatihan perang kota sebagai metode amaliyah atau serangan teror yang mereka yakini sebagai jihad melawan kaum kafir.

Menurut dia, pelatihan itu berlangsung pada 16 Desember tahun lalu, di rumah sewaan yang berada di Jawa Barat. Ia tidak mau menyebut lokasi persis tempat mereka berlatih. Dari 30 orang yang melakukan tadrib, dua di antaranya instruktur. Sisanya peserta pelatihan yang kebanyakan orang baru di kalangan mereka. "Dua dari empat pelaku bom Jalan Thamrin ikut dalam pelatihan ini," ujar peserta tadrib itu kepada Tempo, Rabu pekan lalu.

Dalam tayangan video yang disaksikan Tempo, terlihat gambar Dian Juni Kurniadi dan Ahmad Muhazan, dua pelaku teror bom kawasan Jalan Thamrin, Kamis tiga pekan lalu. Serangan bom Thamrin mengakibatkan delapan orang tewas dan 27 luka-luka. Dari delapan orang yang tewas itu, empat di antaranya pelaku. Selain Dian dan Muhazan, pelaku yang tewas adalah Muhammad Ali dan Sunakim alias Afif. Dian tewas di dekat pos polisi di perempatan Jalan Thamrin di depan Sarinah setelah melempar bom ke pos itu. Sedangkan Muhazan pelaku peledakan bom bunuh diri di kafe Starbucks. Ali dan Afif tewas setelah baku tembak dengan polisi di depan Starbucks.

Kepala Kepolisian Daerah Metro Jakarta Raya Inspektur Jenderal Tito Karnavian mengatakan, menyusul bom Thamrin, 18 orang ditahan dan menjadi tersangka. "Dari jumlah itu, enam di antaranya terlibat secara langsung dengan teror di Jalan Thamrin," ujar Tito. Kepala Kepolisian RI Jenderal Badrodin Haiti memastikan akan ada tersangka baru. "Yang terkait banyak. Semua yang ada kaitannya kami tindak," kata Badrodin.

Peserta tadrib tadi mengatakan Dian datang dari kampungnya di Tegal, Jawa Tengah, untuk ikut pelatihan perang kota pada 14 Desember tahun lalu. Pada hari yang sama, Muhazan tiba dari Indramayu, Jawa Barat. Selanjutnya, mereka berkumpul di suatu lokasi di Jakarta dan bersama-sama berangkat ke lokasi pelatihan perang di satu kabupaten di Jawa Barat.

Baik Dian maupun Muhazan ikut pelatihan atas rekomendasi Muhammad Ali. Pelatihan ini, kata peserta tadrib itu, diikuti orang-orang yang terpilih dari kelompok daerahnya. Sebab, di setiap kelompok atau daerah, mereka telah membentuk asykari atau semacam pasukan perang sendiri.

Dari tayangan itu, setelah mereka mendapat materi dari instruktur dengan cara ceramah, pelatihan berlanjut dengan praktek. Ada pelatihan yang menampakkan mereka merunduk bersama-sama, diikuti posisi merayap. Ada juga pelatihan yang memperlihatkan mereka seolah-olah memegang senapan. Ada pula posisi layaknya memegang pistol. Mereka dilatih juga dalam kelompok kecil lima-enam orang melakukan serangan kota.

Dalam pelatihan itu, sebagian dari mereka berperan sebagai pasukan musuh atau toghut, yang di kalangan mereka biasa merujuk pada pasukan Detasemen Khusus 88 Antiteror Kepolisian RI. Mereka gambarkan pasukan toghut menyerang dari segala penjuru dengan rentetan tembakan. Suara rentetan tembakan itu disimulasikan dengan teriakan mulut mereka: dor dor dor. Ketika menggelar pelatihan, mereka melakukannya dengan serius. Namun ada kalanya mereka tertawa-tawa lepas.

Ada juga pelatihan ketika mereka secara berkelompok menyerang, dari semula berdiri dengan seolah-olah membawa senapan, dalam posisi sejajar dari depan ke belakang. Karena ada "musuh", mereka merunduk tiba-tiba. Rupanya, dalam sesi pelatihan ini, kelompok itu melakukannya secara salah. Kecepatan mereka merunduk dan arah persembunyian keliru: semestinya ke kanan, mereka mengarah ke kiri. Karena melakukan kesalahan, mereka dihukum push-up. "Mereka jago-jago, fisiknya bagus," ujar peserta tadrib tadi.

Selain itu, mereka melakukan pelatihan evakuasi anggota tim perang kota ini yang terluka. Dalam simulasi itu, salah seorang dari mereka terkena tembakan, tapi masih hidup dalam posisi duduk. Seorang lagi duduk di belakang "korban" itu, lalu memeluk dari arah belakang sembari menarik "korban" dengan gerakan sama-sama duduk. Ada juga gambar sejumlah orang dari mereka berlatih bela diri.

Seorang pejabat Badan Intelijen Negara mengatakan rekaman video itu telah dilaporkan ke pemimpinnya. Kepala BIN Sutiyoso membenarkan, lembaganya memang telah mengendus adanya potensi serangan terorisme ini sejak November 2015. Menurut Sutiyoso, sinyal potensi serangan diberikan menyusul kembalinya 100 kombatan Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS asal Indonesia. BIN juga berkaca pada banyaknya narapidana terorisme yang sudah bebas, 423 orang. "Kami juga memantau ada pelatihan yang dilakukan kelompok-kelompok radikal," ujar Sutiyoso.

Menjelang Natal dan malam tahun baru lalu, BIN telah berbagi informasi melalui Komite Intelijen Daerah dan Komite Intelijen Pusat tentang ancaman teror. Menurut Sutiyoso, BIN juga menyampaikan kemungkinan serangan teror itu pada 9 Januari 2016, tapi tidak terjadi. "Serangan teroris tidak mengenal waktu, ruang, dan sasaran sehingga sulit dideteksi," katanya. "Contohnya serangan bom Thamrin."

* * * *

Sejumlah petinggi Detasemen Khusus 88 menyatakan serangan bergaya perang kota di Jalan Thamrin bermula dari perintah pemimpin Jamaah Anshor Daulah-disebut juga Ansharut Daulah-Abu Sulaiman atau Aman Abdurrahman alias Oman Abdurrahman. Menurut sejumlah perwira polisi itu, perintah Aman datang langsung dari dalam penjara Kembang Kuning, Nusakambangan, tempat ia dihukum karena terbukti mendanai pelatihan terorisme di Jalin, Jantho, Aceh Besar, pada 2010.

Pernyataan ini dikuatkan Badrodin Haiti, yang menyatakan jaringan teroris bom Thamrin berhubungan dengan Aman Abdurrahman. Menurut dia, semua jaringan teroris yang ada di Indonesia terkait dengan Aman. Badrodin menyebutkan Aman merupakan amir atau pemimpin Anshor Daulah. "Amir memberikan tausiyah untuk melakukan itu," kata Badrodin.

Seorang petinggi Densus 88 mengatakan perintah amaliyah dari Aman meluncur ketika Muhammad Ali, Dian Juni Kurniadi, Sunakim alias Afif, dan Ahmad Muhazan membesuknya ke Nusakambangan. Menurut dia, mereka berkumpul di pondok pesantren di Ciamis, Jawa Barat. Informasi lebih rinci tentang hal ini datang dari pejabat BIN. Ia menyatakan kelompok eksekutor bom Thamrin menghadap Aman dan mendapat perintah melakukan serangan. "Sekarang waktunya amaliyah," ujarnya menirukan Aman.

Dari dokumen Badan Intelijen Negara yang diperoleh Tempo, diketahui bahwa empat orang ini pertama kali berkunjung ke penjara Kembang Kuning, Nusakambangan, pada 4 Mei 2015. Mereka dibawa seorang fasilitator pertemuan yang namanya dirahasiakan karena diduga kuat sekarang jadi buron polisi. Mereka minta izin bertandang menemui Aman Abdurrahman dan Rois alias Iwan Darmawan, narapidana mati dalam kasus bom di Kedutaan Besar Australia di Kuningan, Jakarta, yang dikenal sebagai kasus bom Kuningan.

Ketika itu, yang bertanda tangan di dalam buku daftar besuk adalah Dian Juni Kurniadi. Kunjungan kedua mereka terjadi pada 15 September 2015. Kali itu, yang meneken adalah Sunakim alias Afif. Selanjutnya, mereka berkunjung pada 20 Oktober 2015. Saat itu, Muhammad Ali sebagai pemimpin rombonganlah yang menandatangani buku kehadiran besuk.

Menurut pejabat BIN tersebut, dalam setiap kunjungan itu, Aman memberikan tausiyah atau pesan yang menguatkan tekad amaliyah jihad mereka. Sedangkan Rois bertugas menyampaikan strategi dan teknik serangan karena berpengalaman dalam kegiatan terorisme. Rois juga bertugas mengajarkan militansi. Menurut pejabat BIN itu, Aman dan Rois merupakan kombinasi yang lengkap. Ia menyebut Aman sebagai ideolog kelas wahid, sementara Rois seorang militan tingkat tinggi. "Dua orang tingkat tinggi bertemu dalam perencanaan amaliyah teror, klop," katanya.

Sebelumnya, pejabat Densus 88 menyatakan Dian Juni Kurniadi banyak mengambil inisiatif dalam serangan teror, di antaranya menentukan target. Namun informasi yang masuk ke BIN berbeda. Pejabat BIN mengatakan komando serangan bom Thamrin justru berada di tangan Muhammad Ali, yang punya rekam jejak lebih berpengalaman dalam kegiatan terorisme. "Dian itu pendatang baru, sedangkan Ali sangat berpengalaman," ujar pejabat BIN itu.

Ia juga menjelaskan, Ali sesungguhnya diplot sebagai instruktur pelatihan perang itu. Namun, berdasarkan pantauan terhadap komunikasi kelompok Islam radikal ini, Ali batal jadi instruktur karena menjalankan kegiatan lain, yang masih ada kaitannya dengan persiapan amaliyah itu. "Kami duga mereka berbagi peran," kata intelijen itu.

Dalam dokumen intelijen, Muhammad Ali, kelahiran Jakarta, 17 Maret 1976, merupakan anggota kelompok Muhammad Ichwan, yang dikenal dengan nama Abu Umar. Abu Umar menjalani hukuman di Nusakambangan setelah divonis 10 tahun penjara pada 2012 karena melakukan pelatihan terorisme dan merencanakan serangan teror ke Kedutaan Besar Singapura di Jakarta. Abu Umar juga terlibat dalam kasus penyimpanan senjata di kawasan hutan kampus Universitas Indonesia di Depok, Jawa Barat.

Menurut dokumen tersebut, Ali masuk kelompok Abu Umar sejak 2000, ketika hendak membunuh Matori Abdul Djalil, yang saat itu menduduki posisi Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat. Ali juga pernah terlibat perampokan BRI di Lampung sebagai bagian dari fa'i. Konsep fa'i adalah, dalam kondisi darurat sedang berjihad, merampok dan mencuri dibolehkan.

Selain itu, Ali pernah mengirim senjata, power bank, jas hujan, dan perlengkapan lain kepada Sabar Subagyo alias Daeng Koro di Poso melalui Makassar. Daeng Koro merupakan orang kedua dalam kelompok Santoso. Kini ia telah tewas. Ali mengirimkan barang-barang itu menggunakan kapal laut dari Tanjung Priok, Jakarta. "Ali ini licin, banyak terlibat kegiatan terorisme tapi tak pernah tertangkap," kata pejabat intelijen negara.

Adik Ali, Abdur Rahman, mengatakan tak percaya kakaknya terlibat bom Thamrin. Rahman, yang tinggal di belakang rumah Ali di Meruya, Jakarta, mengatakan Ali hanyalah sopir angkutan umum B14 rute Meruya-Grogol. "Sudah 16 tahun Ali narik angkot," ujarnya. Rahman menuturkan, sedari kecil, Ali dikenal pendiam dan tertutup. "Ia berbicara seperlunya," katanya.

Ketua Tim Pengacara Muslim Mahendradatta sangsi terhadap informasi yang menyebutkan Aman kerap memberikan pengajian dan berkomunikasi melalui saluran telepon atau Internet, di antaranya dengan Abu Bakar Ba'asyir, narapidana terorisme yang menempati penjara Pasir Putih, Nusakambangan. Menurut Mahendradatta, di Nusakambangan, narapidana tidak bebas berkeliaran. "Itu lembaga pemasyarakatan, bukan hotel, yang mudah untuk bertemu," katanya.

Sunudyantoro, Dewi Suci Rahayu, Linda Trianita, Avit Hidayat, Abdul Aziz, Vindry Florentin


Mimpi Daulah Islam Sang Amir

AMAN Abdurrahman dituding sebagai pemberi perintah serangan bom bunuh diri di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis tiga pekan lalu. Pemimpin Ansharut Daulah ini diketahui berhubungan dengan para pelaku serangan bersandi "konser" sejak akhir tahun lalu. Bersama Iwan Rois, dia mengendalikan ISIS wilayah Indonesia dari penjara Nusakambangan.

Jejak Aman

Badan Intelijen Negara menelusuri pergerakan Aman Abdurrahman dalam menyiapkan jaringan di Indonesia sejak 2012.

2012
Akhir Membentuk Forum Aktivis Syariat Islam (Faksi) sebagai etalase gerakan Tauhid Wal Jihad yang didirikannya pada 2003.

2013
Awal Faksi menyelenggarakan serangkaian kampanye penegakan khilafah di sejumlah daerah.
September-Oktober Faksi mengundang Syekh Anjem Choudary dan Syekh Abu Izzudeen, tokoh Al-Muhajirun Inggris. Berdiri pada 1996, Al-Muhajirun ingin mendirikan Negara Islam di Inggris.
September Aman berfatwa agar jihadis Indonesia ikut berperang di Suriah.
Oktober Aman berkomunikasi via surat elektronik dengan pemimpin ISIS untuk menyampaikan paham Islam yang diyakininya. Setelah itu, Aman memerintahkan jihadis Indonesia hijrah ke Suriah.
November Tauhid Wal Jihad melatih belasan jihadis di Mega Mendung, Bogor, untuk dikirim ke Suriah.

2014
Januari Aman dan Iwan Rois berbaiat ke ISIS dan memerintahkan mengirim jihadis ke Suriah dan Irak. Selain itu menyiapkan struktur organisasi embrio Daulah Islam Wilayah Indonesia.
Maret-Juni Faksi menyelenggarakan serangkaian deklarasi dan baiat kepada ISIS di sejumlah tempat di Indonesia.
Maret Bachrumsyah dan 12 orang lainnya bertolak ke Suriah.
30 Juni Mujahidin Indonesia Timur yang dipimpin Santoso alias Abu Wardah alias As-Syarqi al-Indunisy menyatakan baiat ke ISIS, dalam video berdurasi 12 menit 30 detik di YouTube.
18 Juli Abu Bakar Ba'asyir, bersama 22 narapidana lainnya, berbaiat kepada ISIS. (Informasi lain, Ba'asyir baru berbaiat ke ISIS pada November 2014).
23 Juli Aman membaiatkan ke ISIS empat narapidana teroris di penjara Kembang Kuning.
25 Juli Abu Bakar Ba'asyir membaiatkan ke ISIS 24 orang narapidana teroris di penjara Pasir Putih, Nusakambangan.
28 Juli Persis pada 1 Syawal, beredar video Bachrumsyah alias Abu Muhammad al-Indunisy alias Abu Ibrahim al-Indunisy di YouTube, mengajak orang bergabung ke ISIS.

2015
Januari ISIS mengirim uang Rp 2 miliar untuk pemberangkatan jihadis dari Indonesia ke Suriah.
Februari Aman menginstruksikan seluruh kelompok pendukung ISIS di Indonesia melebur jadi satu dalam Ansharut Daulah Indonesia atau Ansharut Khilafah Nusantara. Ini merupakan cikal bakal Daulah Islamiyyah Nusantara sebagai cabang resmi ISIS.
Mei Katibah Nusantara pecah akibat Bachrumsyah memasukkan Firqoh Abu Hamzah ke wilayah ISIS di Suriah. Padahal Aman menganggap mereka sesat, dan ia pun marah kepada Bachrumsyah.
Juni Akibat perpecahan itu, pengiriman pendukung ISIS dari Indonesia ke Suriah seret. Apalagi penjagaan di perbatasan Turki-Suriah diperketat.
September Aman dan Iwan Rois memerintahkan jihadis di Indonesia membentuk pasukan tempur, melakukan pelatihan militer, dan mendirikan kamp.
Oktober Aman berfatwa, jemaah Ansharut Daulah tak boleh melakukan amaliyah atau serangan teror sebelum ikut latihan perang.
November-Desember Ada sejumlah pelatihan perang jihadis ISIS di Indonesia.

2016
14 Januari Serangan teror di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta.

Struktur Ansharut Daulah Indonesia

Aman Abdurrahman
Iwan Rois ---> Kelompok Abu Umar
Ansharut Daulah
Perwakilan (mas'ul) wilayah

Divisi:
-Tarbiyah
-Maliyah
-Ijtima'iah
-I'lam
-Askariyah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus