Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MOHAMMAD Rizky antusias melayani belasan narapidana yang datang ke perpustakaan yang berada di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas IIA Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis pagi, 6 Mei lalu. Setelah meminta kawannya-kawannya mengisi buku kedatangan, ia mempersilakan mereka masuk ke perpustakaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Belasan narapidana itu lalu memilih buku yang hendak dibaca. Ada yang mengambil buku sejarah, sementara beberapa lain memilih komik. Setelah itu, mereka duduk di depan rak dan mulai membaca. “Banyak yang suka membaca sejarah dan novel,” ujar Rizky, juga narapidana kasus narkotik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebagian narapidana itu tergabung dalam Komunitas Pecinta Buku alias Kopiku. Rizky juga anggota Kopiku. Selama tiga tahun, pria 25 tahun itu membantu petugas jaga perpustakaan. Tugasnya: menata buku di rak serta mendata buku yang dipinjam dan dibawa ke sel oleh narapidana.
Petugas hubungan masyarakat Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas IIA Sleman, Endik, mengatakan perpustakaan ini bagian dari program rehabilitasi untuk menunjang literasi di dalam penjara. Pihaknya bekerja sama dengan Perpustakaan Daerah Istimewa Yogyakarta yang memberikan sejumlah buku. Semula perpustakaan menempati lahan sempit yang kurang nyaman untuk narapidana. Setahun kemudian, petugas memindahkan taman pustaka itu ke ruangan yang lebih luas dan nyaman di samping poliklinik. “Karena banyak yang berminat membaca buku,” ucapnya.
Perpustakaan kini memiliki 1.780 koleksi buku jenis sastra, sejarah, hiburan, keagamaan, motivasi, dan komik. Salah satunya novel berjudul The Old Man and the Sea karya peraih Hadiah Nobel Sastra asal Amerika Serikat, Ernest Hemingway. Ketika Tempo berkunjung, perpustakaan itu sedang mendata buku baru yang masuk. Jumlahnya 327 buku.
Taman bacaan itu buka hanya buka dua jam dalam sehari, mulai pukul 09.00 hingga pukul 11.00. Petugas lembaga pemasyarakatan mengatur sistem kunjungan perpustakaan dengan cara bergilir dan terjadwal. Menurut Rizky, setiap hari ada 50 narapidana yang berkunjung ke perpustakaan. Selain penghuni Blok Anggrek, narapidana dari tiga blok bergantian datang. Mereka bisa meminjam dua buku untuk dibaca di sel masing-masing selama sepekan. Pada hari itu, tercatat 157 buku dipinjam para tahanan.
Berkat program literasi, juga pesantren, seorang narapidana bisa membuat buku dari balik penjara sejak 2019. Abdulloh Enggoe, penghuni sel di Blok Bougenville, menulis buku berjudul Sinau Nahwu Praktis. Buku setebal 84 halaman berisi panduan dasar tata bahasa Arab itu diterbitkan Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas IIA Sleman pada Juni 2020. Pada tahun ini, buku itu akan dicetak ulang.
Abdulloh, 33 tahun, telah menghuni sel selama sembilan tahun. Dia divonis 14 tahun penjara karena menjadi pengedar ganja. Menurut Abdulloh, buku itu merupakan karyanya setelah ia mendalami Al-Quran selama empat tahun di Pesantren At-Tawwabin di penjara tersebut. “Belajarnya termasuk sulit karena perlu hafalan yang kuat,” katanya. Abdulloh mengatakan orang yang mengajarinya adalah Ustad Catur Andriyana.
Lembaga pemasyarakatan ini juga menyimpan buku-buku karya napi. Misalnya buku kompilasi berjudul Love in Prison. Buku itu memuat puisi, cerita pendek, komik, dan esai. Pada 2018, buku itu muncul dalam pameran literasi “Tinta di Balik Jeruji Menulis Mimpi” di lembaga tersebut.
Dulu napi juga melukis di tembok hingga menjadi sebuah mural di dekat perpustakaan. Petugas memperbolehkan napi membuat coretan di sel masing-masing. Tapi sekarang semua kamar harus bebas dari coretan. Petugas telah membersihkan kamar mereka. “Demi kenyamanan bersama,” tutur petugas hubungan masyarakat, Endik.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo