Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
”Apabila melawat ke daerah-daerah, saya minta tradisi memberikan hadiah dihapuskan. Saya tak akan menerima sembarang hadiah dari siapa pun, karena itu adalah uang rakyat dan negara.”
Pidato politik itu diucapkan Tok Guru Nik Aziz bin Nik Mat, seminggu setelah dilantik menjadi Menteri Besar Kelantan, Oktober 1990. Manifesto ini mengiringi kemenangan Partai Islam Se-Malaysia (PAS) dalam pemilihan umum (pemilu) di Kelantan. Pertama kalinya dalam sejarah, lawan tanding PAS yang tergabung dalam Barisan Nasional (BN) tak mendapat satu pun dari 39 total kursi yang diperebutkan. Semuanya disapu bersih.
Sejak Nik Aziz bertakhta, garis politik PAS drastis bergeser. Tadinya, meski menggunakan simbol Islam sebagai ideologi partai, pemimpin PAS tak dikenal sebagai makhluk Tuhan yang "baik dan benar". Kehadiran Nik Aziz menyematkan pergerakan baru: "kepemimpinan ulama". Bukan cuma omong kosong, Nik Aziz memberi keteladanan pola hidup sederhana dan tidak korup. Segala fasilitas jabatan dipangkasnya dengan ketat sehingga duit negara tidak keluar sia-sia.
Keberhasilan PAS di Kelantan memicu semangat di negeri-negeri lain. Kedah, Perlis, Pahang, Sabah, Serawak, maupun Terengganu seolah mendapat pompa angin segar di tengah kepenatan menghadapi tekanan politik Barisan Nasional—koalisi partai berkuasa dengan UMNO sebagai tulang punggung—yang represif di mata barisan oposisi. Berharap dari pemilih Melayu-muslim di kawasan tersebut, PAS merasa punya kans besar untuk menang dalam pemilu-pemilu selanjutnya. Dan benar. Pada 1999, Terengganu, tetangga Negeri Kelantan, menyerahkan hatinya kepada PAS.
Tokoh PAS Terengganu, Tok Guru Abdul Hadi Awang, dikukuhkan menjadi Menteri Besar Terengganu. Jadilah Kelantan-Terengganu basis pergerakan PAS, layaknya Mekah-Madinah. Hari-hari ini, Malaysia sedang melaksanakan perhelatan akbar. Hajatan pemilu 21 Maret 2004 menjadi pertaruhan "hidup-mati" Perdana Menteri Abdullah Ahmad Badawi, yang menggantikan Mahathir Mohamad sejak Oktober 2003.
Dia tak hanya ditantang merebut kembali Kelantan-Terengganu ke pangkuan Kuala Lumpur, tapi juga menjaga negeri-negeri lain agar ikut-ikutan mengantre untuk masuk ke asuhan PAS. Pemilu kali ini, boleh dikatakan, ujian berat bagi Badawi. Sebelumnya sempat muncul spekulasi adanya perpecahan di tubuh Barisan Nasional dan United Malays National Organization (UMNO) sepeninggal Mahathir. Badawi dinilai belum cakap mengelola partai dan negara. "Tapi Badawi mampu membawa keterbukaan menuju alam demokrasi," pengamat politik Chandra Muzaffar menerangkan pandangannya.
Toh angin segar dari Badawi itu belum cukup sebagai modal untuk merangkul kembali dua negeri yang telah lepas dari pangkuan Barisan Nasional. Pasalnya, pemilih di Kelantan dan Terengganu tak hanya menilai platform politik Partai Islam se-Malaysia. Sosok Tok Guru Nik Aziz dan Abdul Hadi Awang menjadi soko guru yang menopang kaki-kaki PAS di kedua negeri itu—melalui cara hidup mereka sebagai ulama yang amat berkiblat ke kaum kecil.
"Pembangunan rohani yang mereka lakukan lebih mempesona ketimbang pembangunan fisik semata," Ketua Dewan Perniagaan Melayu Malaysia di Kelantan, Mohammad Zain bin Ibrahim, menjelaskan kepada TEMPO.
Semenjak PAS menguasai Kelantan dan Terengganu, syariat Islam diberlakukan di kedua negeri tersebut. Perjudian, pelacuran, juga "kehidupan malam" lainnya dilarang. Tapi kebijakan penjualan alkohol diterapkan khusus pada orang-orang non-Melayu. "Yang penting, penjualnya melarang orang Melayu membeli minuman beralkohol," Tok Guru Nik Aziz menegaskan. Jika ada toko yang ketahuan menjual bir atau alkohol pada sembarang orang, "Lisensi dagangnya langsung kami cabut."
Simbol Islam lainnya diperkenalkan Nik Aziz dengan mengubah nama pasar besar di Kota Bharu menjadi Pasar Siti Khadijah (lihat Serambi Mekah di Semenanjung). Pasar ini terletak di alun-alun Kota Bharu. "Demi menghargai kaum wanita yang banyak menjadi penjual makanan di pasar itu," ujar Nik Aziz. Hal lain yang juga mencolok, sebulan setelah dilantik, Nik Aziz langsung memperpanjang cuti bersalin dari 40 hari menjadi 60 hari.
Ketokohan pemimpin di kedua wilayah itu tampaknya telah membuahkan hasil yang kini dipetik PAS. Wan Haziyah, seorang pedagang perangkat ibadah di Pasar Khadijah, Kota Bharu, Kelantan, mengaku tidak peduli terhadap program politik yang ditawarkan partai politik dalam tiap pemilu. "Yang harus dipilih orangnya, bukan partainya," katanya. "Makanya, saya selalu pilih Nik Aziz karena beliau pemimpin yang betul-betul Islamistis."
Nik Aziz, Ketua Dewan Penasihat PAS Pusat, memang masyhur di kalangan anak negerinya. Teladan perilaku politik yang dia terapkan memang sulit ditemukan di kalangan pemimpin politik lainnya—termasuk di kalangan Barisan Nasional. Tok Guru alias Paman Guru Nik Aziz dengan suka hati mendermakan 40 persen gajinya untuk kas partai, yang kemudian disalurkan pada para fakir miskin. Sedangkan lima persen lagi dikembalikan ke kas negeri.
Nik Aziz juga menyulap kediaman resmi Menteri Besar Kelantan di Jalan Kebon Sirih 10, Kota Bharu, menjadi rumah tamu, dan mengembalikan uang sewa rumah dinas sebesar RM 3.000 kepada kas negeri. Untuk urusan mobil dinas pun ia amat ketat. Mobil itu hanya dipakai untuk keperluan dinas. Di luar itu, dilarangnya diri dan keluarganya menggunakan mobil dinas (lihat Tongkat Kuasa di Tangan Mereka).
Di Terengganu, tetangga Kelantan, kondisinya setali tiga uang. Lim Kie Siang, pedagang barang pecah belah di kawasan Jalan Sultan Omar, Kuala Terengganu, menaruh simpati pada perjuangan PAS menegakkan syariat Islam. "Menteri Besar Abdul Hadi Awang amat menekankan toleransi," katanya. Itu makanya, setiap pedagang minuman keras tak mau sembarangan menjual dagangannya pada orang-orang Melayu.
Meski begitu, ada pula sebagian penduduk yang enggan menuruti keinginan PAS, terutama pengusaha hiburan biliar. Lim Yok Sie, pemilik rumah biliar di Jalan Tok Lam, Kuala Terengganu, mengaku tak acuh dengan adanya aturan pemerintah negeri. "Biar saja, walaupun tak diberi lisensi, saya tetap akan membukanya," tuturnya jujur. Tak peduli akibatnya? "Yang penting tidak ada perjudian di tempat kami," ucapnya.
Lontaran itu didukung Hasnan, penggemar biliar yang berdagang garmen. Ia mengancik ke tempat itu karena hobi biliar, tak lebih dan tak kurang. "Sama sekali tak terlintas niatan untuk bermain judi," ujarnya. Yok Sie dan Hasnan tahu betul, yang dilarang dari biliar adalah judinya. Makanya, Yok Sie selalu meminta para pelanggannya supaya tidak melakukan perjudian di tempatnya. Namun kepada mereka yang bukan Melayu, si pemilik rumah biliar ini agak permisif.
Sebenarnya, sejak PAS menang di Kelantan dan Terengganu dalam Pemilu 1999, UMNO amat panik. Mereka khawatir keduanya akan menjadi pemicu kemenangan PAS di negeri-negeri lain seperti Kedah, Perlis, Pahang, Perak, dan Selangor. Itu makanya Kuala Lumpur banyak melakukan pembatasan terhadap aktivitas PAS. Segala bentuk ceramah politik dibatasi, tabloid Harakah yang diterbitkan PAS dibatasi frekuensi terbitnya dari mingguan menjadi bulanan, ada penangkapan aktivis PAS di bawah ISA dan represi media massa. Bahkan Ma- hathir, perdana menteri saat itu, menunjuk Badawi untuk menangani Terengganu. Sejak itu, Pak Lah—sapaan akrab Badawi—bolak-balik ke Terengganu melakukan koordinasi intensif dengan aktivis UMNO setempat.
Bukan itu saja, pihak Barisan Nasional juga selalu mengembuskan kabar bahwa PAS tak punya dana sehingga tak mampu melakukan pembangunan di Kelantan. Michael Lim, Sekretaris Eksekutif Partai Gerakan di Kelantan, menilai kepemimpinan PAS selama ini tiada guna. "Tak ada pembangunan apa pun yang dilakukan PAS," kata aktivis partai yang tergabung dalam Barisan Nasional ini. Malahan Sekretaris Jenderal UMNO Terengganu, Datuk Ismail Said, langsung menunjuk hidung: Abdul Hadi Awang gagal dan harus diganti.
Pada saat bersamaan, Badawi pun amat proaktif menjaga kelanggengan kekuatan Barisan Nasional—syukur-syukur bisa memikat konstituen dari wilayah kekuasaan PAS. Sejumlah calon anggota parlemen andalan Barisan Nasional dipampangkan ke seantero negeri yang diperkirakan bakal dikuasai PAS. Mereka termasuk "orang lama" yang diberi mandat lagi untuk merebut suara: Datuk Abdul Rahman Bakar di Terengganu, Datuk Shahrir Samad di Johor, Datuk Radzi Sheikh Ahmad di Perlis, dan Datuk Dr. Affifuddin Omar untuk Negeri Kedah.
Abdul Rahman dipercaya Pak Lah untuk menantang Presiden PAS sekaligus Menteri Besar Terengganu, Abdul Hadi Awang. Bekas anggota parlemen ini pernah mengalahkan Abdul Hadi pada Pemilu 1986. Sementara itu, Radzi pernah menjadi Wakil Menteri Dalam Negeri dan saat ini masih menjabat Ketua UMNO Kangar, Perlis. Affifuddin diunggulkan menang di Kedah karena pernah menjadi Wakil Menteri Keuangan.
Menurut kalkulasi Chandra Muzaffar, mayoritas kursi di Kelantan masih akan menjadi jatah PAS. "Kalau Terengganu dan Kedah, kansnya lima puluh persen," kata Chandra. Pasalnya, kunci kemenangan PAS pada Pemilu 1999 karena tragedi penangkapan dan pemukulan Anwar Ibrahim di penjara. Akibatnya, UMNO pecah. Sebagian pecahannya membentuk Partai Keadilan, partai baru pimpinan Wan Azizah, istri Anwar Ibrahim.
Bagaimana dengan Kedah, kampung halaman Mahathir Mohamad, yang dilirik dengan penuh semangat oleh PAS? Coba simak sebentar hasil Pemilu 1999 berikut. Dari 36 kursi Dewan Undangan Negeri (parlemen daerah), PAS meraup 13 kursi di sana. Sekitar 8 kursi di parlemen pusat dikempitnya dari total 15 kursi. "Kami sedang melintasi garis kemenangan," kata Azizan Abdul Razak, Ketua PAS Kedah sekaligus Naib Presiden PAS Pusat. Dia memperkirakan, perimbangan kekuatannya masih sama-sama 50 persen. Ini karena pemilu di Kedah bertumpu pada pemilih Melayu-muslim, yang mencapai 85 persen. Azizan berani mengatakan, sekitar 65 persen berada di belakang PAS dan sisanya ikut UMNO.
Di Kuala Lumpur, "pertempuran" tak kalah sengit. Abu Bakar Sakak, yang menjadi calon anggota legislatif PAS daerah Kota Tinggi, tiba-tiba mundur menjelang pemilu. Presiden PAS Abdul Hadi Awang segera menuding Abu Bakar terlibat politik uang. "Dia tak mungkin mundur begitu saja kalau tak ada iming-iming dari Barisan Nasional," Abdul Hadi berteriak lantang.
Tapi yang kebakaran jenggot malah bukan Abu Bakar, melainkan pihak UMNO. Naib Presiden UMNO, Najib Tun Razak, buru-buru membantah sinyalemen Abdul Hadi soal adanya permainan di balik mundurnya Abu Bakar. Najib pun membalas serangan Abdul Hadi dengan setimpal: "Abdul Hadi telah melanggar aturan pemilu dan sama sekali tak layak menjadi seorang pemimpin," kata anak bekas Perdana Menteri Tun Abdul Razak ini.
Fenomena mundur dari pencalonan di ambang pemilu sejatinya bukan ceritera baru. "Pada hampir setiap pemilu, selalu saja ada calon PAS yang mundur di saat-saat akhir," ujar sumber TEMPO di kalangan aktivis lembaga swadaya masyarakat di Kuala Lumpur. Dengan langkah ini, menurut sumber yang sama, Barisan Nasional sudah dapat memetik sekitar 11 kursi parlemen tanpa harus repot-repot keluar keringat.
Hasil pemilu Malaysia mestinya tengah dihitung bila laporan ini tiba di tangan Anda, pada awal pekan ini. Boleh jadi, jutaan mata di Malaysia juga tengah memicing ke arah Kedah, sebuah titik yang menjadi "pertaruhan gengsi" dalam Pemilu 2004. Selain ini kampung halaman tokoh teras UMNO dan bekas pemimpin Malaysia, Mahathir Mohamad, kekuatan pengaruh Barisan Nasional juga akan diuji melalui perolehan suara.
Tidak semuanya bahagia dengan ide PAS membentuk negara Islam di Malaysia. Seorang pengacara dari kawasan elite Damansara berkata kepada TEMPO sembari menggidikkan bahunya: "Kalau PAS menang di Malaysia, saya akan pindah ke Eropa. Mengerikan betul sikap radikal orang-orang itu, yang memaksakan syariat Islam di negeri kami."
Apa boleh buat, PAS tampaknya sulit ditawar dalam urusan syariat: "Kalau menang di Kedah, kami akan menerapkan syariat Islam," kata Azizan Abdul Razak. Dan dalam soal meluaskan wilayah dan pengaruhnya, ada yang membisikkan kepada TEMPO soal teori makan bubur panas dalam rencana jangka panjang PAS—menyisir dengan sabar dari pinggir sebelum masuk ke jantung Malaysia: Kuala Lumpur.
Dua Belahan di Jantung PAS
Kelantan
23 Juli 1953
Partai Islam Se-Malaysia (PAS) terbentuk atas inisiatif Amaluddin Darus.
1955
PAS kalah dalam pemilu di Kelantan.
1959
PAS memborong 28 kursi dalam pemilu. UMNO hanya kebagian dua kursi.
1972
PAS berkoalisi dengan UMNO dalam Barisan Nasional.
1977
PAS keluar dari Barisan Nasional.
1979
PAS kalah, hanya mendapat 2 dari 36 kursi.
1990
PAS kembali menang dan membentuk koalisi oposisi Barisan Alternatif bersama Partai Keadilan, Partai Aksi Demokrasi (DAP), dan Partai Rakyat Malaysia.
Oktober 1990
Pemimpin karismatis PAS, Tok Guru Nik Abdul Aziz bin Nik Mat, memberlakukan beberapa kebijakan di Kelantan:
- Menyumbangkan 40 persen gajinya kepada kas partai dan 5 persen lagi untuk kas pemerintah negeri.
- Memerintahkan agar uang pemerintah negeri seluruhnya dipindahkan ke bank yang tanpa riba.
- Menghapuskan beberapa hak istimewa wakil menteri besar senilai 1.500 ringgit per bulan.
- Melarang pelacuran.
November 1990
Mewajibkan setiap muslimah berkerudung.
Januari 1992
Melarang perjudian.
Mei 1993
Pemerintah negeri menutup izin bagi pengusaha klub malam.
November 1993
Dewan Undangan Negeri Kelantan memutuskan hukum hudud (potong tangan) dan kisas (hukuman balasan setimpal atas perbuatan seseorang).
Maret 1994
Tok Guru menyerahkan keputusan tersebut kepada Perdana Menteri Malaysia (masa itu) Mahathir Mohamad, yang menolak penerapan hudud dan kisas di seluruh Semenanjung Malaysia.
September 2001
Pemerintah pusat menuduh Nik Adli Nik Abdul Aziz, putra Menteri Besar Kelantan, menjadi anggota kelompok Islam militan, Kumpulan Mujahidin Malaysia, dan berencana menggulingkan pemerintahan.
Juni 2002
Pemimpin PAS Fadzil Noor meninggal dunia.
Terengganu
Juli 1956
PAS berdiri di Tereng-ganu.
1959
PAS ikut pemilu untuk pertama kalinya dan mendapat 13 dari 24 kursi yang diperebutkan.
Oktober 1961
Pemerintahan jatuh setelah ada gugatan oposisi karena tak menerima hasil pemilu.
November 1999
PAS di bawah kepemimpian Tok Guru Abdul Hadi bin Haji Awang menang dalam pemilu.
Juni 2000
Pemerintah membuat beberapa kebijakan:
- Menaikkan dana bantuan kemiskinan dari RM 50 menjadi RM 150 sebulan dan dari RM 100 menjadi RM 250 sebulan.
- Mengoptimalkan "Tabung Darul Iman" (dana tabungan cadangan) untuk membantu keluarga miskin yang sakit dan dirawat di rumah sakit.
November 2000
- Menteri Besar tidak menempati rumah dinas untuk menghemat biaya negara.
- Menteri Besar dan pejabat eksekutif hanya menggunakan mobil dinas yang lama ada.
April 2002
Dewan Undangan Negeri Terengganu menetapkan hudud dan kisas—tapi belum diterapkan karena tak ada izin dari Perdana Menteri Malaysia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo