Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tok Guru Nik Abdul Aziz bin Nik Mat
Biasa disapa dengan Tok Guru (Paman Guru), Nik Aziz adalah sesepuh utama Partai Islam Se-Malaysia (PAS). Berdiam di sebuah rumah bata sederhana bertingkat dua peninggalan almarhum ayahnya di kawasan Pulau Melaka, Kota Bharu, Paman Guru membikin gemetar lawan-lawannya sampai nun jauh ke ibu negeri kerajaan di Kuala Lumpur. Dan bukan oleh kedigdayaan kuasa atau raga, melainkan cara hidup yang sepenuhnya berkiblat pada kaum akar rumput. Dari busana hingga santapan yang dikudapnya, Nik Aziz pantang berlebih. Satu-satunya tanda kemewahan yang bisa dilirik dari rumah itu adalah sebuah Mercedes hitam tua yang diparkir di samping rumah, dekat masjid.
Nik Aziz adalah ikon perjuangan PAS sejak 1990, saat partai ini menang di Kelantan. Momentum itu menempatkan ulama berusia 73 tahun ini menjadi Menteri Besar (Gubernur) Kelantan. Maka bersemilah syariat Islam. Dan lahirlah Kelantan sebagai proyek percontohan negeri Islam ala PAS.
Datang dari keluarga ulama, Nik Aziz tumbuh dalam lingkungan yang menjunjung tinggi nilai-nilai Islam. Dia belajar di Universitas Al-Azhar, Mesir, dan seusai masa studinya pada 1962, ia balik ke kampung halaman. "Saya sering mendengar pidato politik pemimpin PAS, tapi tak sampai memuaskan hati," Nik Aziz mengenang awal mula kiprahnya ke kancah politik.
Miskin pengalaman, ia terpaksa memendam hasrat politiknyahingga saat seorang anggota legislatif daerah Kelantan yang meninggal dan perlu pengganti. Pada 1967, PAS menawarkan posisi itu kepadanya. Tapi Nik Aziz sempat ragu saban kali mengingat para guru dan murid di madrasahnya yang menangis sesenggukan bila ia memilih jalan politik. Mereka cemas Nik Aziz tak akan sempat lagi berdakwah. Maka Paman Guru pun mengucap janji: "Kalau menang, sa-ya akan tetap mengajar."
Janji itu tetap dipegangnya setelah menjabat Menteri Besar Kelantan sekaligus Mursyidul Aam PAS Pusat. Sampai kini dia rutin mengajar tiga kali seminggu. Lebih dari itu, Nik Aziz tak berubah seperti halnya ketika ia masih memimpin madrasah.
Rumah pribadinya terbuka 24 jam bagi warga. "Buat apa ada pos dana rumah dinas, keamanan, tukang kebun, dan segala macam? Itu pemborosan." Mobil dinas pun hanya dipakai untuk perjalanan dari rumah ke kantor dan sebaliknya. "Korupsi kalau mobil dinas saya pakai untuk keperluan pribadi," katanya.
Jadi, Barisan Nasional (BN) memang cukup puyeng menghadapi tokoh yang menerapkan ideologi politiknya melalui suri-tauladan. Kalaupun ada tokoh BN berduit yang coba-coba mengusik Kelantan, minimal, dia mesti siap memotong 45 persen gajinya per bulan untuk dibagikan kepada kaum miskin di Kelantanseperti yang dilakukannya.
Tok Guru Abdul Hadi bin Haji Awang
Dilantik menjadi Menteri Besar Terengganu pada 30 November 1999, Tok Guru Abdul Hadi Awang menggantikan Wan Mokhtar Ahmad. Pada masa itulah, untuk pertama kalinya PAS menang di Terengganu. Dari 32 kursi Dewan Undangan Negeri (parlemen daerah) Terengganu, PAS meraup 28 kursi.
Dilahirkan pada 20 Oktober 1947 di Kampung Rusila, Marang, Terengganu, Abdul Hadi adalah anak ke-5 dari 9 bersaudara. Ayahnya, seorang guru agama dan imam di Masjid Rusila, Marang. Ia memiliki dua istri, yakni Hajjah Zainab binti Awang, 51 tahun, dan Dr. Norzita Taat, 41 tahun, yang melahirkan 13 anak.
Abdul Hadi kecil mengenyam pendidikan di Sekolah Kebangsaan Rusila, Sekolah Agama Marang, dan Sekolah Agama Sultan Zainal Abidin di Kuala Terengganu. Tokoh guru dia temukan pada sosok ayahnya sendiri: Haji Awang Muhamad, untuk pelajaran politik dan agama. Pendidikan tinggi dikecap Abdul Hadi di Universitas Islam Madinah pada 1969-1973, dan gelar master syariah politik dipetiknya dari Universitas Al-Azhar.
Abdul Hadi Awang mulai aktif berpolitik sejak 1964, saat masih duduk di sekolah menengah. Dia pernah menjadi Ketua Cabang PAS Kampung Rusila. Pada 1976, setamat dari Al-Azhar, ia memimpin perkumpulan Pemuda PAS Terengganu dan menjadi Ketua Dewan Pemuda PAS Pusat. Dan 13 tahun kemudian, dia duduk di kursi Wakil Presiden PAS, setelah Fadzil Mohd Noor (almarhum) diangkat menjadi Presiden PAS Pusat.
Abdul Hadi Awang aktif dalam pergerakan politik di tingkat internasional saat belajar di Madinah. Dia menjadi Ketua Pelajar Malaysia di Universitas Islam Madinah merangkap Sekretaris Jenderal Gabungan Pelajar Asia Tenggara. Semasa di Asia Barat, ia aktif bersama Gerakan Ikhwanul Muslimin bersama Dr. Said Hawa, Profesor Muhamad al-Wakeel, serta Dr. Abdul Satar al-Khudsi. Di Mesir pula ia menjadi Sekretaris Jenderal Syariah dan Undang-Undang Persatuan Melayu Republik Arab Mesir. Puncaknya, ia dipercaya duduk sebagai dewan penasihat Sekretariat Partai Islam Sedunia yang berpusat di Istanbul, Turki.
Ulama ini juga amat piawai dalam perihal administrasi negara. Dan aktivitas mengajar tak ditinggalkan betapapun sibuknya dia. Mengikuti jejak Nik Aziz, Tok Guru Abdul Hadi juga menolak rumah dinas, mobil dinas berlebih, serta menyisihkan gajinya bagi orang miskin. Selain jadi menteri besar, Abdul Hadi adalah Presiden PAS sekaligus ketua oposisi dalam parlemen Malaysiayang dikuasai oleh Barisan Nasional.
Wan Ismail bin Wan Jusoh
Ada tradisi regenerasi kepemimpinan di PAS yang masih berlaku hingga kini: setiap pemimpin harus pernah mengenyam pengalaman sebagai dewan pemuda PAS. Perkenalkan: Wan Ismail bin Wan Jusoh, 48 tahun. Sejak 22 tahun lalu, ia menyalurkan aspirasi politiknya dengan bergabung ke PAS.
Alumni Universitas Kebangsaan Malaysia ini sempat menduduki beberapa pos penting di level organisasi pemuda PAS. Antara lain, Sekjen Dewan Pemuda PAS Pusat periode 1991-1995. Kini ayah delapan anak ini mendampingi Tok Guru Nik Aziz sebagai Sekretaris Jenderal PAS Kelantan.
Tokoh ini datang dari keluarga yang kental oleh atmosfer politik. Ayahnya Wan Jusoh, dan kakaknya Wan Daud, adalah nama yang amat dikenal di PAS. Wan Jusoh termasuk tokoh PAS yang amat gundah karena cap buruk yang diberikan oleh dunia internasional terhadap Islam. "Islam amat dirugikan atas propaganda buruk terhadap Taliban, seolah semuanya seperti mereka," katanya. "Quran menegaskan, tak ada paksaan dalam agama," dia melanjutkan.
Namun, yang paling membuatnya jengkel adalah banyaknya tuduhan buruk terhadap pemerintahan Islam. Ini salah satu tudingan yang dia contohkan kepada TEMPO: "Jika orang Islam memerintah, orang yang bukan Islam akan dizalimi." Lalu, dia menambahkan: "Itu salah besar." Wan Jusoh menegaskan bahwa ketika Islam memerintah Kelantan, orang non-Islam tidak bergejolak.
Haji Nasharudin Mat Isa
Dialah penggerak roda partai. Jabatan Sekretaris Jenderal PAS Pusat membuat nama pria kelahiran Negeri Sembilan, 19 Oktober 1962, ini populer di kalangan kawan maupun lawan. Aneka pernyataan politiknya menghiasi media Malaysia, terutama tentang kesiapan PAS meladeni pemilu 21 Maret. Alumni Universitas Jordan, Amman, ini optimistis bahwa PAS mampu mempertahankan Kelantan dan Terengganu, bahkan menanamkan kaki di Kedah.
Nasharudin meraih gelar master bidang perbandingan hukum di Universitas Islam Internasional Kuala Lumpur. Suaranya vokal dan dia sempat menuding potensi kecurangan dalam pemilu yang baru saja usai. Hal ini berkait erat dengan laporan sebuah lembaga non-pemerintah Malaysians for Free and Fair Elections (Mafrel), yang menyebut adanya pemilih fiktif hingga 48 persen.
Saat PAS dituding merekayasa "kampanye masuk surga bila memilih PAS" pada pekan-pekan silam, bekas Ketua Dewan Pemuda PAS Pusat ini dengan lantang membantah. "Kalau memang betul ada rekamannya, buktikan saja," katanya. Bekas anggota Divisi Internasional PAS Pusat ini justru menuding ada upaya tidak sehat dari Barisan Nasional untuk menggembosi partainya.
Dikenal sebagai akademisiselain aktif menjadi pengurus partaipria asal Negeri Sembilan ini mengajar di Fakultas Hukum Universitas Islam Internasional dan Universitas Kebangsaan Malaysia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo