Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MEREKA banyak memberi masukan saat liputan khusus ini dikerjakan. Dari metode pemilihan, penilaian ruang lingkup penelitian, hingga profil para penemu. Tiga juri, yakni Sangkot Marzuki, Eniya Listiani Dewi, dan Warsito Taruno, banyak berkecimpung dalam proyek penelitian berskala global. Karya mereka kerap mendapat apresiasi dunia internasional. Juri lainnya, Kristanto Santosa, sejak empat tahun lalu terlibat dalam proyek penyeleksian tokoh ilmuwan sekaligus inovator Indonesia. Inilah profil mereka.
1. Sangkot Marzuki
DIREKTUR Lembaga Eijkman ini juga memiliki kesibukan di Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia. Di antara jadwal lawatan antarkota dan lintas negara, pria 68 tahun ini menyempatkan berdiskusi panjang dengan Tempo, Juni lalu. Penghargaan kepada para ilmuwan, kata Sangkot, penting untuk mendorong berkembangnya karya keilmuwanan. Pria kelahiran Medan ini malang-melintang puluhan tahun di bidang biologi molekuler. Setelah mengenyam pendidikan di Universitas Indonesia, dia menyelesaikan studi biokimia di Universitas Monash, Australia, pada 1975. Sangkot mendapat gelar higher doctorate (DSc) dari universitas yang sama pada 1998 sebagai pengakuan atas karya magnum opus mengenai penyakit kelainan tranduksi energi. Pada 2009, dia menerima Bintang Mahaputra Utama. Tahun berikutnya Sangkot dinobatkan sebagai anggota kehormatan Order of Australia atas jasanya memajukan hubungan Australia-Indonesia.
2. Eniya Listiani Dewi
PENELITI madya Pusat Teknologi Material Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi ini mendalami studi polimer dan katalis fuel cell. Hasil temuan paling mutakhir doktor lulusan Universitas Tokyo ini produk membran polimer untuk fuel cell yang lebih efisien daripada membran yang tersedia di pasar. Produk membran itu dinamakan ThamriON. Perempuan kelahiran 1974 ini berambisi membangun kota hidrogen di Indonesia. Hingga tahun ini dia mendapat tujuh penghargaan tingkat nasional, di antaranya Habibie Award (2010) dan Satyalancana Karya Satya 10 Tahun. Di dunia internasional, Eniya pernah dianugerahi Asia Excellence Award 2009, Mizuno Award, dan Koukenkai Award.
3. Warsito P. Taruno
IA dikenal sebagai ilmuwan yang mengembangkan teknologi electrical capacitance volume tomography (ECVT) empat dimensi pertama di dunia. ECVT adalah satu-satunya teknologi yang mampu melakukan pemindaian dari dalam dinding ke luar dinding. Teknologi yang dipatenkan di Amerika Serikat ini kini dipakai oleh Badan Antariksa Amerika Serikat atau NASA. Teknologi ECVT ini ditemukan ketika Warsito merampungkan studi S-1 di Universitas Shizuoka, Jepang, pada 1991. Pada 2005, IEEE Sensors Journal memuat artikelnya mengenai ECVT. Sejak itu, teknologi ini menghiasi sesi plenary lecture di hampir semua konferensi terkenal di dunia. Ia menjadi satu dari 15 peneliti papan atas dunia di Industrial Research Consortium, Ohio State University. Pria 45 tahun ini kini sibuk mengembangkan penelitian di lembaga yang didirikannya, Ctech Labs (Center for Tomography Research Laboratory) of Edwar Technology, Tangerang, Banten. Lewat lembaga ini, Warsito mengembangkan alat pembasmi kanker otak dan kanker payudara yang dikembangkan dari teknologi ECVT.
4. Kristanto Santosa
PRAKTISI dan konsultan manajemen ini merintis berdirinya Business Innovation Center (BIC) Kementerian Riset dan Teknologi pada 2008. Sejak menjadi Direktur Eksekutif BIC, tiap tahun ia mengerjakan proyek buku 100 tokoh inovator Indonesia. Kristanto juga anggota panitia eksekutif Pusat Inovasi Nasional untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dari Menteri Koordinator Perekonomian Indonesia. Ia juga tercatat sebagai anggota P3DN Migas—badan pemerintah yang getol mempromosikan penggunaan produk dalam negeri di industri minyak dan gas. Pria 58 tahun ini menyelesaikan pendidikan di Institut Teknologi Bandung dan Hult International Business School, Amerika Serikat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo