Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pada Kongres Pemuda II yang diselenggarakan pada tahun 1928, salah satu butir bahasan adalah tentang perlunya menetapkan bahasa Indonesia sebagai medium pendidikan. Ironisnya, pembicaraan berlangsung alot karena ternyata pemuda yang hadir pada kongres itu tidak semuanya lancar berbahasa Indonesia. Kebanyakan pidato politik tentang kebangsaan justru disampaikan dalam bahasa Belanda. Hanya Mohamad Yamin yang ketika itu dianggap paling piawai menggunakan bahasa Indonesia.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo