Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KOMPLEKS bangunan Bogor Senior Hospital and Rehabilitation Center di wilayah Tajur, Bogor, Jawa Barat, belum sepenuhnya rampung. Beberapa pekerja masih berkutat menyelesaikan pekerjaan tahap akhir. Meski begitu, tanda-tanda kompleks ini akan menjadi tempat yang menyenangkan sudah tampak. Udaranya yang sejuk dan pemandangan indah ke arah Gunung Gede dan Gunung Salak pas bagi warga lanjut usia.
Presiden Direktur Bogor Senior Hospital Suwandi Widjaja mengatakan ini rumah sakit khusus geriatri atau lanjut usia yang pertama di Indonesia. Berdiri di atas lahan seluas 10 hektare, Bogor Senior Hospital menyediakan 50 ranjang perawatan, yang secara bertahap akan dikembangkan menjadi 200 ranjang. "Soft launching direncanakan pada Januari 2017," kata profesor ilmu penyakit dalam itu kepada Tempo, Selasa pekan lalu.
Rumah sakit khusus geriatri didirikan untuk mengakomodasi orang tua yang butuh perawatan khusus. Ditaksir, jumlah warga Indonesia yang berusia di atas 60 tahun sudah mencapai 22 juta orang atau 9,6 persen dari populasi. Sayangnya, jumlah fasilitas untuk warga senior dan ahli geriatri masih terbatas. "Dokter geriatri di sini baru 30 orang. Bandingkan dengan Amerika Serikat, yang memiliki 17 ribu dokter geriatri," ucap Suwandi.
Dia mengatakan fasilitas khusus bagi lansia diperlukan lantaran metode pengobatan orang tua berbeda dengan kelompok usia muda. Bagi kelompok usia lanjut, hal yang penting selain penyembuhan penyakit yang diderita adalah pencegahan supaya penyakit tidak datang lagi.
Ditemui di lokasi pembangunan pada Rabu pekan lalu, Direktur Bogor Senior Hospital Elzarita Arbain menjelaskan kompleks yang memiliki tujuh gedung setinggi masing-masing empat lantai tersebut didesain ramah lansia. Dia mencontohkan, toilet duduk dirancang lebih tinggi daripada ukuran normal. Selain itu, di sisi kiri dan kanan toilet disediakan pegangan besi agar pasien bisa menjaga keseimbangan.
Mekanisme pelayanan juga berbeda dibanding penanganan pasien di rumah sakit biasa. Pasien yang datang tidak perlu antre. Ada petugas yang akan mendatangi mereka untuk mengurus administrasi. "Pasien cukup duduk santai di lounge dengan fasilitas hotel bintang lima," katanya. Kelebihan lain rumah sakit yang dibangun dengan investasi US$ 20 juta (sekitar Rp 260 miliar) ini adalah tersedianya pusat rehabilitasi dan terapi terpadu.
Juga tersedia ruang keluarga dan kamar tidur bagi pasien yang hendak beristirahat. Fasilitas tersebut bukan hanya bagi orang tua yang sedang sakit. Orang tua yang sehat pun bisa memanfaatkannya untuk bercengkerama bersama teman-teman seusia.
Suwandi tidak menampik anggapan bahwa pelayanan premium akan berimbas pada tagihan. Tapi, dia menegaskan, manajemen akan memungut margin yang wajar. "Kami tidak mau rugi dalam usaha, tapi tak mau juga mengambil profit yang tak layak." Untuk sementara, mereka belum akan menerima pasien Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan.
Ihwal tarif pelayanan, Suwandi mengutip hasil penelitian di Amerika Serikat yang dilakukan pada 2012. Ketika itu peneliti menemukan ongkos pengobatan bagi pasien yang dirawat oleh ahli geriatri dan non-ahli geriatri sebenarnya tidak berbeda. Malah rata-rata waktu perawatan di tangan ahli geriatri hanya tiga hari, lebih cepat sehari ketimbang perawatan oleh dokter biasa.
"Kenapa begitu? Karena perawatan geriatri sebenarnya low tech tapi high care," ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo