MEDAN memang meriah. Ini satu lagi cerita dari ibukota provinsi
Sumatera Utara itu. Sejak sepuluh tahun ini di Jl. Gatot Subroto
ada taman hiburan. Taman Ria Medan namanya. Diurus PT Marati
Sakti, usaha ini proyek PMA (Hongkong) dengan masa kontrak 30
tahun. Meski tiap malam pengunjung ramai, tiga tahun belakangan
ini, "kami rugi Rp 80 juta per tahun," kata manajernya, Sinyo
Sujarkasih, 40 tahun.
Ayah empat anak itu bertugas di sana baru setahun lebih.
Sebelumnya ia pernah mengelola Taman Remaja Surabaya, kemudian
Taman Hiburan Diponegoro, Semarang. Kini nasib Taman Ria Medan
ada di tangannya, hingga menghadapi kebocoran itu Sinyo membuat
gebrakan. Itu dimulainya awal tahun ini.
Dengan mengerahkan petugas wanita, razia dilancarkan. Banyak
pekerjanya --terutama wanita -- yang tertangkap tangan. Ada yang
mengantungi susu kental sampai 7 kaleng di dalam korsetnya. Ada
yang mengempit karcis tanda masuk dan sejumlah koin di
selangkangan. "Bayangkan. Kalau Rp 20 ribu saja semalam, setahun
berapa," Sinyo bercerita kepada anggota DPRD Medan yang meninjau
ke sana pertengahan April.
Kunjungan wakil rakyat setempat itu memang ada kaitan dengan
langkah Sinyo. Rupanya sejumlah pekerjanya telah melayangkan
pengaduan ke luar, yang antara lain menyatakan keresahan. Bahkan
sampai ke koran pun surat itu dikirimkan. Sinyo buru-buru
menemui pimpinan Depnaker di Medan maupun pihak FBSI. "Pilihan
kami adalah: bangkrut atau melakukan penertiban," katanya.
Karena itu sejak Februari lalu sudah diberlakukan larangan:
karyawan wanita yang jumlahnya sekitar 70 orang itu -- yang
gajinya sekitar Rp 30 ribu sebulan -- tak dibenarkan mengenakan
korset lagi. Pakai BH? "Ha-ha-ha . . ," Sinyo tertawa, "tentu
saja boleh."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini