KELUARGA Berencana (KB) rupanya sudah tergolong urusan gawat.
Buktinya di tempat-tempat umum di Jakarta tak hanya terpampang
nomor-nomor telepon untuk bantuan darurat, seperti ambulans
kecelakaan, pemadam kebakaran, Pusat Kopro Banjir, Polisi, SAR,
Kores/Kodim, dan rumah-rumah sakit. Dalam waktu dekat,
nomor-nomor berikut akan jadi penting bagi warga Jakarta:
346-840, 346-842, 346-849. Putarlah nomor tersebut -- dari sana
akan terdengar suara: "Selamat malam, pelayanan KB lewat
telepon. Ada yang bisa saya layani?"
Gawat atau tidak, tapi "memang sudah saatnya Jakarta memberi
pelayanan KB lewat telepon," kata dr. Biran Affandi, ketua
pelaksana Pelayanan KB Lewat Telepon di ruang kerjanya di Klinik
KB Jalan Raden Saleh, Jakarta Pusat. Biran mengakui pelayanan KB
corak ini adalah pasif. Menunggu telepon berdering, "tapi tujuan
utama kami ialah mengajak melestarikan KB," tambahnya.
Pelayanan direncanakan mulai 18 Mei 1983. Menurut Biran Affandi
sampai saat ini tercatat ada 12 juta PUS (pasangan usia subur)
Indonesia dan untuk DKI Jakarta diperkirakan ada 5%-nya (600
ribu PUS). Keluhan selalu ada, antara 5-10% dari akseptor.
Mereka cenderung menyalahkan alat KB yang dipakainya, "Keluhan
itu akan kami jelaskan, arahkan, lewat telepon," kata Biran
lagi.
Pelayanan KB corak ini tidak untuk mengejar target tertentu atau
menaikkan jumlah akseptor. "Terminalnya bukan di sini," sambung
Biran, "tetapi suatu saran, ke klinik mana sebaiknya dia pergi
kalau klinik yang sudah didatanginya tidak memuaskan." Cara ini
diharapkan banyak dimanfaatkan terutama oleh mereka yang
malu-malu untuk membicarakan segala ihwal yang berkaitan dengan
KB. "Dengan telepon, suasana akan lebih akrab, lebih terbuka dan
tidak usah malu," tekan Biran.
BKKBN sudah melatih mereka yang akan bertugas di depan pesawat
telepon tentang berbagai pertanyaan yang diduga akan muncul.
Misalnya, soal anatomi fisiologi rahim, dasar-dasar program KB,
program KB nasional, dan terutama, tentang hubungan antara pria
dan wanita. "Kami juga sudah siap menjawab pertanyaan yang
konyol," tutur Biran lagi. Misalnya, mungkin akan ada yang
bertanya tempat beli kondom, kondom apa yang enak dan bagus,
vasektomi itu sakit atau tidak, dan sebagainya.
Ketiga nomor telepon tersebut cuma bisa menerima, tidak bisa
keluar karena pesawat dikunci. Dengan demikian klinik
mengharapkan tidak perlu membayar rekening telepon. Selain itu,
klinik akan bekerja selama 24 jam. Untuk itu pelayanan akan
dibagi dalam 3 giliran: pagi, siang, dan malam. Di klinik ini
selalu sedia 4 dokter ahli kandungan, 2 dokter umum, dan 40
tenaga paramedis. Kelak akan ada beberapa tenaga sukarela.
"Kami memang meniru negara maju," sambung dr. Biran lagi. Tetapi
di luar negeri -- Eropa dan Amerika Utara -- pelayanan macam ini
dianggap tidak perlu ditongkrongi oleh dokter spesialis. Karena
itu di klinik pelayanan KB lewat telepon itu dokter ahli
diperlukan hanya untuk sementara. Sambil mencari seorang
councellor yang ideal, Biran merencanakan untuk tiga bulan
pertama seluruh tanya jawab per telepon akan direkam. Maksudnya
untuk penjajakan berbagai pertanyaan dan kualitas jawaban.
Di Filipina pelayanan KB pcr telepon sudah berlangsung sejak 5
tahun yang lalu. "Bahkan di sana ada yang namanya Instant Sagot,
artinya jawab segera," cerita Biran "yang melayani bukan saja
masalah KB, tapi masalah kesehatan lainnya."
Sesungguhnya, KB dengan pelayanan telepon di Filipina selama ini
banyak menangani remaja-remaja yang mendapat kesulitan dalam
masalah seks. Misalnya, seorang gadis yang mendapat "kecelakaan"
menanyakan tempat pengguguran. Dr. Biran Affandi tidak
menceritakan apa yang akan disarankan bila klinik KB lewat
teleponnya nanti menghadapi pertanyaan serupa itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini