GERAKAN membabat satu jenis tanaman hias melanda empat kabupaten di pantai utara Jawa: Pati, Rembang, Kudus, Jepara, semuanya di Jawa Tengah. Ini ulangan peristiwa yang hampir sama yang terjadi beberapa waktu yang lalu di Kediri, Jawa Timur: pengganyangan pohon peneduh yang disebut penitian (TMPO, 29 Maret). Sekarang, yang jadi korban itu bernama ki hujan. Tanaman jenis lokal ini, yang juga sering disamaratakan saja sebutannya sebagai bonsai, lumayan mahal, bibitnya saja Rp 5.000 sebiji. Nah. Ribuan ki hujan tumbang sudah -- dalam tempo kurang dari sebulan. Apa, sih, dosa si aki? "Pohon itu sekarang diserang ulat-ulat kecil. Kalau ulat itu menggigit orang, bisa membuat mati," kata Wiryo Tanoyo, yang getol membabati tanaman itu akhir bulan lalu. Memang tidak disebutkan bahwa ulat itu bisa membawa kanker, misalnya, seperti yang dituduhkan pada "ulat" pohon penitian tempo hari. Tapi, kata Wiryo, "Bulunya saja bukan main gatalnya." Baiklah. Itu memang topik yang sedang menarik di masyarakat. Sampai-sampai bupati Pati, Saoedji, menyuruh mengusut. Para camat se-Pati dikerahkan untuk melacak. Dan yang berhasil menemukan biang keladinya adalah Camat Tayu, Sudijono. Sedangkan Sulaikan, 45, meanjadi tersangka. Ia, pegawai KUA Tayu itu, bulan lalu memang menderita penyakit gatal parah. Sudah ratusan ribu rupiah, katanya, dihabiskan untuk berobat. "Saya sampai malu keluar kamar", kata Sulaikan. Maklum: di sekujur tubuhnya muncul bintik-bintik hitam, yang lalu pada menggelembung. Mengerikan. Lalu suatu sore, begitu cerita Sulaikan kepada Bandelan Amarudin dari TEMPO, datang sobatnya, Soleh Dandang. Soleh inilah yang mengatakan -- setelah memeriksa -- bahwa penyakit gatal Sulaikan itu disebabkan ulat bulu si "bonsai". Soleh bisa mengatakan begitu karena anggota keluarganya, Masduki namanya, di Lasem, Rembang, juga menderita gatal yang sama karena bonsai, menurut Soleh. Tak ayal lagi Sulaikan langsung membabat bonsainya -- yang kebetulan (nah) juga berulat. Dan, "Sejak pohon itu saya babat, eh, gatal di tubuh saya berangsur-angsur hilang," kata Sulaikan. Berita inilah yang menyebar dari mulut ke mulut. Camat lalu mendatangkan tim kesehatan untuk memeriksa Sulaikan. Dan dua dokter dari Kabupaten Pati itu menyimpulkan, Sulaikan ternyata diserang scabies -- bahasa rakyatnya, gudik ganas. Lalu Kepala Dinas Pertanian Pati, Nirwasito, memeriksa ulat bonsai itu. Hasilnya, seperti diduga, tidak ada apa-apanya. Nah, dari situlah kemudian Bupati memerintahkan membuat pengumuman, yang disiarkan radio-radio swasta dan mobil keliling. "Yah, akhirnya semua sudah telanjur. Bukan main banyaknya tanaman yang sudah ditebang, padahal mencari bibit bonsai jenis itu saja sulit," kata Wahyudi, ketua pengusut dari Kabupaten itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini