TOHIR tiba-tiba mati tersungkur dibunuh Putra Zahiri. Peristiwa itu, hebatnya, terjadi di depan kantor Kepolisian Sektor Ketapang, Lampung Utara. Tentu saja, si pembunuh dengan mudah mereka ringkus. Tapi bukan itu yang jadi berita. Entah bagaimana latar belakangnya, tapi masyarakat mengenal dua orang itu: pokoknya, mereka berada di pihak Tohir. Itulah mengapa di sore harinya, awal Oktober lalu itu, ratusan orang mengepung kantor polisi Ketapang. Massa yang beringas ini menuntut Putra Zahiri dikeluarkan dari sel -- untuk mereka habisi. "Utang nyawa bayar nyawa!" begitu sebagian berteriak. Kantor kecil berukuran 5 x 6 meter itu kebetulan hanya dijaga dua polisi -- bayangkan. Untuk meminta bantuan ke Kores, sulit melakukan hubungan. Untung, sementara dua petugas Kosek itu melakukan tawar-menawar dengan para pengunjuk rasa, menjelang malam muncul tiga regu polisi. Rupanya -- syukur -- ada warga masyarakat yang berbaik hati menolong para hamba hukum itu dengan menghubungi Kores Kotabumi. Tapi kemarahan massa justru memuncak -- merasa ditantang dengan penambahan personel itu. Membawa berbagai senjata tajam dan kayu-kayu pentungan, mereka berteriak-teriak, memekik-mekik, menuntut darah. Tuhan Maha Pemurah: Lettu M. Dentjik, Kasat Reserse Kores Lampung Utara, mendapat akal. Ia menyuruh anak buahnya mencari gunting. Mereka menyiapkan satu stel pakaian dinas polisi, lengkap dengan tanda pangkat, yang cocok untuk tubuh Zahiri. Lalu Dentjik angkat suara. Ia menenangkan massa, lalu berjanji akan menyerahkan orang yang mereka kehendaki, tapi lebih dulu meminta mereka memberi jalan untuk regu polisi yang harus secepatnya pulang ke Kotabumi karena timbulnya kejadian yang lebih gawat di sana. Massa riuh rendah, tapi bisa dikuasai. Sebuah mobil patroli mendekati kantor Polsek yang terkepung itu, dan dengan sigap satu regu naik ke kendaraan yang segera meluncur pesat. Beberapa saat kemudian, Lettu Dentjik mengizinkan beberapa orang masuk. Mereka segera melihat: orang yang mereka inginkan tak ada di situ. Pak Letnan lalu berkata: barangkali sudah terjadi kesalahan informasi Putra Zahiri sebenarnya tidak ditahan di Polsek ini. Orang-orang sangat mendongkol, tapi mereka tak punya alasan. Mereka tidak melihat Zahiri keluar, bukan? Yang naik mobil tadi itu hanya polisi-polisi tanpa si pembunuh berambut gondrong itu (yang diam-diam, di dalam sel, sudah dipotong pendek). Syukur. "Terima kasih, nyawa saya sudah diselamatkan. Saya sangat menyesal membunuh Tohir," kata pembunuh ini, yang sekarang ditahan di LP Kotabumi. Menghindari balas dendam, ia tak boleh ditengok seorang pun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini