Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Garis Karier Bocah Pesing

Sudah lama merintis jalur menjadi Panglima TNI, Moeldoko merancang target usia dan pangkat. Berasal dari keluarga miskin.

1 September 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PADA 1981, selepas lulus dari Akademi Militer, Moeldoko menggambar masa depannya. Di titik awal, ia membubuhkan pangkatnya ketika itu, letnan satu. Titik-titik berikutnya ia isi dengan usia dan target pangkat yang hendak ia capai. Di ujungnya, tanpa mencantumkan tahun, ia menulis: "Panglima TNI Jenderal Moeldoko".

Moeldoko menceritakan kisah itu Kamis malam pekan lalu, sebelum dilantik menjadi Panglima Tentara Nasional Indonesia oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono-pada esok paginya. Dalam uji kelayakan, Rabu dua pekan lalu, semua anggota Komisi Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat menerima calon tunggal yang diajukan Presiden itu. "Semua prajurit selalu bermimpi menjadi panglima," kata Moeldoko. "Dan itu bisa dihitung karena ukuran kriterianya sangat jelas."

Lahir dari keluarga miskin di pelosok Desa Pesing, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, 8 Juli 1957, Moeldoko memilih jadi tentara lantaran tak punya biaya kuliah. Moestaman, ayahnya, seorang jogoboyo atau kepala keamanan Kampung Pesing, pinggir Kali Brantas, yang hanya mengandalkan tanah bengkok untuk menghidupi selusin anaknya. "Setiap hari kami makan jagung dan ketela," ujar Muhammad Sujak, kakak tertua Moeldoko, yang tinggal di Kediri.

Selepas sekolah dasar, Moeldoko melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah pertama di Papar, Kediri. Ia bergelantungan di gerbong kereta api yang melintas dekat rumahnya. "Hampir tiap hari saya harus kucing-kucingan dengan kondektur kereta api," katanya. Lulus SMP, ia pindah ke Jombang, mengikuti Sujak, yang lebih dulu bekerja di proyek pembangunan jembatan Brantas.

Di kota itu, Moeldoko melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama Pertanian-kini Sekolah Menengah Atas 2 Jombang. Moeldoko hampir melamar menjadi peserta transmigran teladan begitu lulus sekolah ini. Tapi niatnya urung dilakukan karena Sugeng Hariyono, kakaknya yang sudah jadi tentara, menyarankan masuk Akademi Militer pada 1977.

Meski di SMA tak terlalu moncer, prestasi Moeldoko kinclong ketika di akademi. Nilai kalkulusnya mendekati ponten 100, bahkan ia sudah diminta gurunya mengajari kawan-kawannya. Karena itu, ia pun lulus sebagai taruna terbaik dengan menyandang Adhi Makayasa. "Karena saya tahu, hanya dengan Adhi Makayasa, jalan berkarier baik sebagai tentara terbentang," ujar Moeldoko.

Melalui aneka penugasan operasi di dalam dan luar negeri, Moeldoko juga melewati karier sebagai anggota staf sejumlah perwira tinggi, seperti Jenderal Wiranto dan Jenderal A.M. Hendropriyono. "Dia cerdas, energetik, dan teruji. Saya sudah memprediksi dia bakal jadi panglima," kata Wiranto.

Sepanjang 2010, Moeldoko mengalami tiga rotasi untuk tiga posisi bintang: Panglima Divisi I Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat, Panglima Kodam XII Tanjungpura, lalu Panglima Kodam III Siliwangi. Kodam Tanjungpura yang dipimpinnya membawahkan dua wilayah, yaitu Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Kalimantan Barat merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan Malaysia.

Menurut Moeldoko, bukan pekerjaan mudah membangun kodam dengan dana yang sangat terbatas. Kondisi barak prajurit dan pos prajurit pengawal perbatasan membuatnya ikut merogoh kocek untuk memperbaiki markas prajurit di kawasan itu. Salah satunya Batalion Putusibo. Kondisi prajurit dan penduduk di perbatasan itulah yang membuat Moeldoko membaur dengan banyak tokoh di Pontianak. Ia mengajak prajurit mengumpulkan petani miskin di kawasan itu.

Menjadi Wakil Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional hampir dua tahun, karier Moeldoko kembali beranjak ketika ditunjuk sebagai Wakil Kepala Staf Angkatan Darat pada awal tahun ini. Pos itu dilalui dengan cepat, sebelum akhirnya ia diangkat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat. Tiga bulan menduduki jabatan ini, ia menjadi calon tunggal Panglima TNI.

Jumat pekan lalu, 32 tahun setelah ia menggambar garis masa depannya, Moeldoko meraih ujung rancangannya.

Widiarsi Agustina, Rusman Paraqbueq, Hari Tri Wasono, Prihandoko


Berjajar Rumah dan Tanah

Kekayaan Panglima Tentara Nasional Indonesia Jenderal Moeldoko terbilang jumbo. Dalam laporan yang disetorkan ke Komisi Pemberantasan Korupsi tahun lalu, ketika ia masih menduduki jabatan Wakil Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional, hartanya tercatat Rp 32 miliar dan US$ 450 ribu. Ia mengklaim kekayaannya bisa dipertanggungjawabkan.

Menurut Moeldoko, hartanya antara lain berasal dari warisan mertuanya yang kaya. Selain itu, ia mengatakan mengumpulkan uang dinas luar negeri US$ 125 per hari. "Memangnya tentara tak boleh kaya?" ujarnya.

Data Kekayaan
Harta tidak bergerak: Rp 22.133.568.200

Harta bergerak:

  • Alat transportasi: Rp 1.700.000.000 Peternakan, perikanan, perkebunan: Rp 1.200.000.000
  • Logam mulia: Rp 1.000.000.000 Batu mulia: Rp 3.500.000.000 Harta bergerak lainnya: Rp 133.000.000
  • Uang tunai, deposito, tabungan: Rp 2.818.655.502, US$ 450.000 Utang: Rp 300.000.000
  • Total Harta Kekayaan Rp 32.185.223.702 + US$ 450.000

    Jakarta

  • Siung, Cipayung, Jakarta Timur. Tanah dan rumah 240/180 m2, tahun 1993, Rp 910 juta. Dibeli semasa menjadi Asisten Pribadi Panglima Kodam Jaya. Atas nama Koesni Harningsih.
  • Siung, Cipayung, Jakarta Timur. Tanah dan rumah 585/600 m2, tahun 2005, Rp 4,45 miliar. Atas nama Koesni Harningsih.
  • Manggarai Selatan IX, Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan. Tanah dan rumah 197/250 m2, tahun 1996, Rp 740 juta. Atas nama Koesni Harningsih. Keterangan: Sudah dijual tiga bulan lalu.
  • Apartemen Denpasar Residence Tower Ubud. Luas 121/134 m2, tahun 2011-2012, Rp 3,053 miliar. Atas nama Moeldoko.

    Baekasi

  • Kelurahan Sukadami, Kecamatan Cikarang Selatan. Tanah 5.396 m2, tahun 1999, Rp 1,618 miliar. Atas nama Koesni Harningsih.

    Bogor

  • Kelurahan Batok, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor. Tanah 10 ribu m2, tahun 2009-2012, Rp 800 juta. Atas nama Joanina R. Novinda.
  • Kelurahan Sukanegara, Jonggol, Kabupaten Bogor. Tanah 27.995 m2, tahun 2011-2012, Rp 1,107 miliar. Atas nama Koesni Harningsih.

    Pontianak

  • Kelurahan Anjungan Dalam, Pontianak, Kalimantan Barat. Tanah 4 juta m2, dibeli pada 2010, Rp 1,579 miliar. Dibeli semasa menjabat Panglima Kodam Tanjungpura. Atas nama Moeldoko.
  • Pangsuma Ujung, Kecamatan Mempawah Timur, Pontianak. Tanah 19.998 m2, dibeli pada 2009, Rp 709 juta. Atas nama Moeldoko.

    Bandung

  • Dago Pakar, Kabupaten Bandung. Tanah di Jalan Daisy Garden, 1.099 m2, tahun 1999, Rp 3,846 miliar. Atas nama Randy Bimantoro.

    Pasuruan

  • Kelurahan Tawang Rejo, Kecamatan Pandaan. Tanah 1.554 m2, tahun 2006, Rp 155,4 juta. Atas nama Koesni Harningsih.
  • Kelurahan Tawang Rejo, Kecamatan Pandaan. Tanah 5.800 m2, tahun 1997, Rp 580 juta. Atas nama Koesni Harningsih.
  • Taman Dayu, Kecamatan Pandaan. Tanah dan bangunan 115/85m2, tahun 2008-2012, Rp 700 juta. Atas nama Koesni Harningsih.
  • Petung Sari, Kecamatan Pandaan. Tanah 118 m2, tahun 1997, Rp 118 juta. Atas nama Koesni Harningsih.
  • Petung Sari, Kecamatan Pandaan. Tanah 225 m2, tahun 1997, Rp 225 juta. Atas nama Koesni Harningsih.
  • Petung Sari, Kecamatan Pandaan. Tanah 231 m2, tahun 2005, Rp 231 juta. Atas nama Koesni Harningsih.
  • Petung Sari, Kecamatan Pandaan. Tanah 269 m2, tahun 2005, Rp 269 juta. Atas nama Koesni Harningsih.

    Neraca

    Pendapatan

  • Gaji Lemhannas (gaji pokok + tunjangan)Rp 62.384,600
  • Penghasilan peternakan sapiRp 16.700.000*
  • Penghasilan kebun sawit di MempawahRp 400.000.000**
  • Penghasilan dari peternakan arwana Rp 12.500.000***

    *) Dari hasil peternakan sapi di Kediri Rp 200.000.000 setahun

    **) Dari penghasilan kebun sawit Rp 4.800.000.000 setahun

    ***) Penghasilan dari peternakan arwana Rp 150.000.000 setahun

    Pengeluaran

  • Konsumsi rumah tangga Rp 68.000.000
  • Transportasi Rp 32.000.000
  • Pendidikan Rp 30.000.000
  • Kesehatan Rp 2.000.000
  • Rekreasi Rp 5.000.000
  • PPh pribadi0
  • Pajak lainnya Rp 3.000.000
  • Pengeluaran rutin lainnya Rp 12.000.000
  • Total: Rp 152.000.000

    Uang Dinas
    Jika uang dinas US$ 125 per hari, seperti diklaim Moeldoko, dikumpulkan sepanjang masa dinasnya, dengan asumsi ia terus berada di luar negeri, begini hitungannya.

  • Per Bulan 30 x US$ 125: US$ 3.750
  • Per Tahun 12 x US$ 3.750: US$ 45.000
  • Sepanjang Masa Dinas 32 x US$ 45.000: US$ 1.440.000 atau hanya sekitar Rp 16 miliar pada kurs sekarang

    Harta Para Petinggi
    Sebagai pembanding, berikut ini kekayaan sejumlah pejabat negeri.

    Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
    Rp 7,616 miliar (2009)

    Laksamana Agus Suhartono
    Mantan Panglima TNI Rp 3,7 miliar (2010)

    Jenderal Purnawirawan Pramono Edhie Wibowo
    Mantan Kepala Staf Angkatan Darat Rp 1,8 miliar (2010)

    Jenderal Timur Pradopo
    Kepala Kepolisian Negara RI
    Rp 4,4 miliar (2010)

    Marsekal Purnawirawan Djoko Suyanto
    Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan
    Rp 17,6 miliar (2010)

  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    >
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus