Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Godaan soroako

Penduduk pomalaa terdiri dari karyawan pertambangan nikel. kurangnya sarana hiburan, pelayanan logistik & hak cuti menimbulkan keresahan. akibatnya banyak karyawan pindah ke pabrik nikel soroako. (kt)

5 Juni 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

UNTUK disebut sebagai kota. Pomalaa masih harus menunggu perkembangan selanjutnya. Meski berpenduduk 15 ribu (semuanya pendatang) Pomalaa memperlengkapi dirinya dengan fasilitas perkotaan. Sebuah rumah sakit berkapasitas 500 tempat tidur dengan 3 dokter dan 40 paramedis. misalnya sudah ada di sana. Lalu sekolah, sejak Taman Kanak-kanak hingga SMP, sudah pula tersedia. Juga mesjid dan gereja. Dan sederetan barak, telah dibenahi jadi pertokoan. Itu semua kabarnya disediakan oleh pabrik peleburan nikel yang mendekam di sana. Tak hanya diperuntukkan para karyawan saja, semua terbuka untuk penduduk sekitarnya. "Juga pesawat terbang Cessna yang menghubungkan Pomalaa dengan Ujung Pandang, Menyediakan tempat duduknya untuk penduduk", tutur Kosim Candaatmaja, Kepala Proyek Peleburan Nikel Pomalaa. Tentu saja bagi yang mampu membayar. Meski begitu penduduk Pomalaa yang semula cuma terdiri atas para karyawan pertambangan nikel, tak berapa lama berlipat dua karena masuknya buruh - buruh kontraktor pembangun pabrik. Dan mereka tak bisa melepaskan diri dari masyarakat sekitarnya. Misalnya dalam soal kebutuhan sayur-mayur dan bahan makanan lainnya. Semua itu harus dibeli di Dawi-dawi, kurang lebih 2 kilometer sebelah utara Pomalaa. Sedang Dawi-dawi sendiri mendatangkannyanya dari daerah-daerah lain di sekitarnya atau Sulawesi Selatan. Misalnya beras dari Kendari, Kolaka atau Sulsel. Sayur-mayur dari kompleks transmigrasi yang tak jauh dari Pomalaa. Hiburan Malam Dawi-dawi sendiri hanyalah sebuah kampung, semula tak jauh dari lokasi pabrik. Tapi karena dikhawatirkan terkena pencemaran, perkampungan dengan 350 rumah dan penduduk 2000 orang itu dipindahkan ke daerah kurang lebih 2 Km dari Pomalaa. Tentu saja dengan ganti rugi. Selain harga tanah Rp 25 per M2, juga tanaman, rumah dan sumur-sumur mandapat ganti rugi. Semua tak kurang Rp 56 juta. pabrik menutup ganti rugi tersebut. Hal itu nyaris menyebabkan timbulnya kericuhan, karena para tergusur merasa tak puas atas ganti rugi harga tanah. Tapi dapat diatasi Kosim dengan, "membantu memindahkan rumah-rumah mereka ke tempat yang baru". Itu tak berarti segalanya berjalan nyaman buat para karyawan pabrik. Terutama bagi tenaga-tenaga yang direkrut dari Jakarta (tenaga-tenaga lain diambil dari Ujung Pandang, Kendari atau Kolaka). Di sana sangat terasa adanya keterpencilan dan kurangnya hiburan di malam hari. "Bioskop cuma satu dan jarang ada filmnya. Hiburan lainnya menembak burung atau mamancing di laut", tutur Kosim. Atau mendengarkan radio. Selain itu boleh mendengkur bersama dengung nyamuk malaria, bila tak berkelambu. Terdengar pula keluhan -keluhan lain misalnya tentang hak cuti dan pelayanan logistik. Juga bahwa karir mereka sulit berkembang ketimbang mereka yang bekerja di PT Aneka Tambang Pusat. Anehnya jumlah uang cuti sama saja jumlahnya dengan yang di pusat. Pelayanan logistik pun lebih jelek dari rekan mereka di kantor pusat: di Jalan Bungur Besar Jakarta. "Mestinya kami yang menghasilkan nikel untuk dijual orang pusat itu, diperhatikan lebih baik sedikit", kata mereka. Keadaan tersebut amat meresahkan Kosim. Sebab pabrik nikel di Soroako. konon, memberi fasilitas lebih baik. Dan dengan pengalaman di Pomalaa, bayaran lebih tinggi bisa didapat. "Kalau mereka sampai terbujuk ke sana, apa jadinya peleburan nikel di Pomalaa ini", ujar Kosim. Ya, bagaimana, ya?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus