HAMPIR enam tahun yang lalu Polisi di Yogyakart, Komdak IX
Jawa Tengah dan bahkan Markas Besar Kepolisian di Jakarta agak
kalang-kabut. ,Waktu itu ada perkara Sum Kuning, gadis penjual
telur di Yogya yang ramai-ramai diperkosa beberapa pemuda
brandalan. Kini polisi Hongkong dibikin risau oleh kejahatan
serupa. Lebih dari 20 gadis cilik di daerah Tai Kok Tsui
diperkosa atau disergap dalam dua tahun belakangan ini. Tadinya
kejadian-kejadian itu dianggap berdiri sendiri. Tapi setelall
diamati polisi peristiwa itu kelihatan punya pola.
Korbannya rata-rata berusia 11 sampai 12 tahun. Ada yang berusia
15 tahun tapi malah ada yang baru meginjak 6 tahun. Mereka
dicegat di tangga tangga blok tempat tinggal yang padat ketika
anak-anak pulang sekolah sore. Biasanya antara jam satu siang
sampai jam tujuh malam. Tapi lebih sering jam 5 - 7 sore.
Korbannya selalu berpakaian seragam sekolah. Insiden pertama
terjadi awal tahun 1974 dan yang terakhir akhir April yang lalu.
Jumlah yang dilaporkan kepada polisi ada 24. Tapi hanya 4 yang
benar-benar tergolong perkosaan. Lainnya hanya usaha perkosaan,
sergapan atau usaha penyergapan atau sekedar perbuatan tidak
senonoh. Jaraknya terkadang 2 minggu sekali tapi pernah juga
sampai 6 atau 7 minggu. Pada bulan Maret April, Mei, Juni,
September dan Oktober pelanggaran kesusilaan ini lebih sering
terjadi. Tapi pada bulan Januari Agustus dan Desember yang
berbarengan dengan liburan Tahun Baru, Natal dan lain-lainnya
tak aal kejadian apa-apa. Ini yang menambah kuat dugaan polisi
bahwa pelakunya punya selera tertentu. Yaitu hanya terangsang
bila calon korbannya pakai baju seragam. Dugaan itu masih
diperkuat satu kenyataan bahwa belum pernah terjadi satu kalipun
perkosaan pada hari Minggu ketika anak-anak sekolah libur.
Sebuah regu detektif pimpinan Alan Newton berketetapan hati
untuk membuka tabir kejahatan ini. Kunci-kuncinya telah
diketahui dan polanya sudah dipegang. Para korban telah membuat
sketsa. Ciri-ciri yang mereka gambarkan tentang si penjahat
sangat mirip. Polisi menduga bahwa hanya 3 atau 4, malah mungkin
cuma 1 atau 2 gelintir saja pelakunya. Dua kejadian pada bulan
Maret dan April tahun ini nampaknya dilakukan satu orang saja.
Sebab lukisan yang dibikin kedua korban amat mirip
Cepat-cepat Dimandikan
Kira-kira pelakunya umur 18 tahun, berkacamata, mulut lebar tapi
mata sipit dengan potongan rambut pendek seperti pelaut. Di
perutnya ada semacam tattoo yang dibuat dari yodium. Penjahat
yang berbahasa Kanton ini menenteng tas biru. Celana dan baju
putih. Tiga bulan yang lalu ia sempat kabur dan sobekan pakaian
sang korban terbawa olehnya. Bulan yang lalu setelah menggagahi
gadis umur 8 1/2 tahun ia juga berhasil kabur bersama seluruh
pakaian si korban.
Para pelaku yang usianya ditakir antara 18 dan 24 tahunjarang
kelihatan membawa senjata kecuali pisau kecil. Itupun belum
pernah dipakai. Hanya kadangkala dipakai sedikit kekerasan
sekedar untuk memaksa korban menyerah. Kekerasan itu terbatas
pada pembungkaman mulut saja. Bagaimana cara beraksi'? Biasanya
calon korban dicegat setelah keluar dari lift. Kadang-kadang ia
dituduh mencuri sesuatu dari calon pemerkosa. Maka pemuda ini
akan menggeledah gadis di tangga. Nah dengan sedikit ancaman
korban langsung telentang dan pemerkosa langsung beraksi.
Kebanyakan gadis-gadis itu takut berteriak tapi memang ada yang
tidak sempat berteriak karena langsung dibungkam mulutnya dengan
saputangan.
Polisi agak senang karena kesadaran melapor cukup tinggi. Hampir
semua kejadian dilaporkan orangtua korban karena anaknya luka
atau kena kejutan jiwa yang hebat. Beberapa perkara baru
diketahui polisi setelah korban dibawa ke rumah sakit. Namun
polisi ada dongkolnya juga. Habis orangtua si korban cepat-cepat
memandikan anaknya dan merendam pakaian anaknya -- yang
mengandung percikan darah. Dengan begini si orangtua, tanpa
mereka sadari, menghilangkan barang bukti berupa air mani pelaku
yang nanti bisa dicocokkan dengan golongan darahnya.
Pengamanan di dua blok yang menampung 6000 penduduk ilu terasa
kurang. Dengan 4 pintu masuk, daerah itu hanya punya 4 penjaga
yang bergilir selama 12 jam. Mereka hanya duduk di gardu saja
menunggu keluhan para penghuni. Jarang sekali mereka berpatroli.
Apalagi menanya tamu yLmg keluar masuk. Kini patroli digalakkan
dan polisi berpakaian preman selalu siap melancarkan razia.
Mereka sudah punya daftar para pemerkosa dan pengganggu
anak-anak. Namun belum ada yang tertangkap basah. Segenap warga
sudah diminta polisi memberi info dan menggalang kerjasama.
Dengan semuanya itu diharap pelaku bisa dibekuk. Itu saja yang
baru bisa dilakukan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini