Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Hanya yang berpakaian seragam

Polisi hong kong mencari pelaku pemerkosa 20 gadis di daerah tai kok tsui. kebanyakan korban gadis dibawah umur yang berseragam sekolah. polisi melancar kan patroli dengan info warga di daerah itu. (krim)

5 Juni 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HAMPIR enam tahun yang lalu Polisi di Yogyakart, Komdak IX Jawa Tengah dan bahkan Markas Besar Kepolisian di Jakarta agak kalang-kabut. ,Waktu itu ada perkara Sum Kuning, gadis penjual telur di Yogya yang ramai-ramai diperkosa beberapa pemuda brandalan. Kini polisi Hongkong dibikin risau oleh kejahatan serupa. Lebih dari 20 gadis cilik di daerah Tai Kok Tsui diperkosa atau disergap dalam dua tahun belakangan ini. Tadinya kejadian-kejadian itu dianggap berdiri sendiri. Tapi setelall diamati polisi peristiwa itu kelihatan punya pola. Korbannya rata-rata berusia 11 sampai 12 tahun. Ada yang berusia 15 tahun tapi malah ada yang baru meginjak 6 tahun. Mereka dicegat di tangga tangga blok tempat tinggal yang padat ketika anak-anak pulang sekolah sore. Biasanya antara jam satu siang sampai jam tujuh malam. Tapi lebih sering jam 5 - 7 sore. Korbannya selalu berpakaian seragam sekolah. Insiden pertama terjadi awal tahun 1974 dan yang terakhir akhir April yang lalu. Jumlah yang dilaporkan kepada polisi ada 24. Tapi hanya 4 yang benar-benar tergolong perkosaan. Lainnya hanya usaha perkosaan, sergapan atau usaha penyergapan atau sekedar perbuatan tidak senonoh. Jaraknya terkadang 2 minggu sekali tapi pernah juga sampai 6 atau 7 minggu. Pada bulan Maret April, Mei, Juni, September dan Oktober pelanggaran kesusilaan ini lebih sering terjadi. Tapi pada bulan Januari Agustus dan Desember yang berbarengan dengan liburan Tahun Baru, Natal dan lain-lainnya tak aal kejadian apa-apa. Ini yang menambah kuat dugaan polisi bahwa pelakunya punya selera tertentu. Yaitu hanya terangsang bila calon korbannya pakai baju seragam. Dugaan itu masih diperkuat satu kenyataan bahwa belum pernah terjadi satu kalipun perkosaan pada hari Minggu ketika anak-anak sekolah libur. Sebuah regu detektif pimpinan Alan Newton berketetapan hati untuk membuka tabir kejahatan ini. Kunci-kuncinya telah diketahui dan polanya sudah dipegang. Para korban telah membuat sketsa. Ciri-ciri yang mereka gambarkan tentang si penjahat sangat mirip. Polisi menduga bahwa hanya 3 atau 4, malah mungkin cuma 1 atau 2 gelintir saja pelakunya. Dua kejadian pada bulan Maret dan April tahun ini nampaknya dilakukan satu orang saja. Sebab lukisan yang dibikin kedua korban amat mirip Cepat-cepat Dimandikan Kira-kira pelakunya umur 18 tahun, berkacamata, mulut lebar tapi mata sipit dengan potongan rambut pendek seperti pelaut. Di perutnya ada semacam tattoo yang dibuat dari yodium. Penjahat yang berbahasa Kanton ini menenteng tas biru. Celana dan baju putih. Tiga bulan yang lalu ia sempat kabur dan sobekan pakaian sang korban terbawa olehnya. Bulan yang lalu setelah menggagahi gadis umur 8 1/2 tahun ia juga berhasil kabur bersama seluruh pakaian si korban. Para pelaku yang usianya ditakir antara 18 dan 24 tahunjarang kelihatan membawa senjata kecuali pisau kecil. Itupun belum pernah dipakai. Hanya kadangkala dipakai sedikit kekerasan sekedar untuk memaksa korban menyerah. Kekerasan itu terbatas pada pembungkaman mulut saja. Bagaimana cara beraksi'? Biasanya calon korban dicegat setelah keluar dari lift. Kadang-kadang ia dituduh mencuri sesuatu dari calon pemerkosa. Maka pemuda ini akan menggeledah gadis di tangga. Nah dengan sedikit ancaman korban langsung telentang dan pemerkosa langsung beraksi. Kebanyakan gadis-gadis itu takut berteriak tapi memang ada yang tidak sempat berteriak karena langsung dibungkam mulutnya dengan saputangan. Polisi agak senang karena kesadaran melapor cukup tinggi. Hampir semua kejadian dilaporkan orangtua korban karena anaknya luka atau kena kejutan jiwa yang hebat. Beberapa perkara baru diketahui polisi setelah korban dibawa ke rumah sakit. Namun polisi ada dongkolnya juga. Habis orangtua si korban cepat-cepat memandikan anaknya dan merendam pakaian anaknya -- yang mengandung percikan darah. Dengan begini si orangtua, tanpa mereka sadari, menghilangkan barang bukti berupa air mani pelaku yang nanti bisa dicocokkan dengan golongan darahnya. Pengamanan di dua blok yang menampung 6000 penduduk ilu terasa kurang. Dengan 4 pintu masuk, daerah itu hanya punya 4 penjaga yang bergilir selama 12 jam. Mereka hanya duduk di gardu saja menunggu keluhan para penghuni. Jarang sekali mereka berpatroli. Apalagi menanya tamu yLmg keluar masuk. Kini patroli digalakkan dan polisi berpakaian preman selalu siap melancarkan razia. Mereka sudah punya daftar para pemerkosa dan pengganggu anak-anak. Namun belum ada yang tertangkap basah. Segenap warga sudah diminta polisi memberi info dan menggalang kerjasama. Dengan semuanya itu diharap pelaku bisa dibekuk. Itu saja yang baru bisa dilakukan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus