KESIBUKAN memeluk pramuria dalam klab malam ternyata bukan
satu-satunya cita-cita para pengunjungnya. Maka dapat dimaklumi
klab-klab malam di Jakarta suka juga menyuguhkan nyamikan
seperti dagelan, yang membuat kantong badut-badut Srimulat atau
Ria Jaya Jony Gudel padat. Adapun atraksi penari strip masih
tetap juga menjadi makanan penting. Tetapi belakangan ini, para
pengunjung yang itu-itu juga jadi bosan. Maka terperanjatlah
mereka, tatkala ada seorang pemuda jebolan teater menyuguhkan
acara yang berbau primitif.
Pemuda ini berharga Rp 20 ribu untuk satu kali tampil. Ia selalu
ditemani isterinya. Dengan tubuh yang cukup luwes, yang
menyarankan adanya bakat menari, pasangan muda ini menjelajahi
hampir seluruh klab malam ibukota. Mereka membawa juga
bumbu-bumbu gerakan yang merangsang birahi, tetapi sasaran
pokoknya adalah membuat isi ruangan yang entah kenapa menjadi
dahaga akan hiburan iu, terpukau dan kaget. Jadi berbeda
sedikit dengan apa yang dilakukan Wied Senjayani itu anak
Bengkel Teater yang mencari hidup di klab malam -- yang sangat
mengutamakan unsur-unsur erotik dalam nomor-nomor tariannya.
Wirmansyah--nama asli pemuda ini lebih suka menyebut dirinya
dedengkot muda magic dance.
Trik Menusuk Pipi
Wirman bersama isterinya Nana Jurianah menari sejak 1973. "Habis
drama tidak memberi apa-apa", tukas Wirman membela diri -
meskipun tak perlu. Bermula mereka hanya menampilkan apa yang
dinamakan Dance and Body Painting. Waktu itu mereka masih
mengandalkan upaya menerbitkan nafsu birahi,dengan cara
bergerak mesra-mesraan, kemudian diakhiri dengan mencoret tubuh
Nana yang aduhai itu dengan kwas. Tetapi karena Wirman memang
pernah berbekal semangat teater, tentu saja ia tidak menampilkan
diri begitu saja. Ia membuat kostum sedemikian rupa, dan sedikit
plot yang bertolak dari alam primitif, sehingga dua pribumi ini
mulai disebu-sebut sebagai penghibur yang bolehlah. Dengan
memikul nama The Primitif pula, pasangan inipun mulai mencari
hidup dengan cukup sembunyi-sembunyi -- kadangkala mengaku dari
Pilipina atau negara-negara luar berkulit coklat lainnya. Maklum
profesi macam ini memang belum diperkenankan dilakukan oleh
putera dalam negeri. Kadangkala Wirman harus berhadapan dengan
pertanyaan-pertanyaan dari instansi resmi kalau kebetulan
kepergok. Entah bagaimana caranya, toh untuk berapa lama tanpa
mempergunakan agen sebagai penghubung, Wirman berhasil
mengandalkan dapur rumah tangganya dari kehidupan malam yang
kelap-kelip itu.
Setahun yang lalu ia melakukan kunjungan keluarga ke Yogya. Ini
merobah semuanya--karena di sana ia bertemu seorang dedengkot
perbuatan aneh-aneh, yang bernama Jack Sampurno. Jack mempunyai
grup yang juga bernama The Primitif, sehingga cepat saja bisa
dilakukan rembugan yang menghasilkan kerjasama. Jack mulai
menurunkan ilmunya yang menghasilkan ulah serem-serem. Misalnya
bagaimana pipi bisa ditusuk atau api dijilat tanpa meninggalkan
cedera. "Untuk tusuk pipi itu oleh Jack saya diajarin bersemedi
dulu, sambil komat-kamit", cerita Wirman pada TEMPO. Tetapi
rupanya Wirman yang besar di Jakarta itu lebih berat pada
hal-hal yang rasional, sehingga merasa semedi dan komat-kamit
itu tidak cocok dengan gaya hidupnya. "Sebab tanpa itu,
segalanya pun masih bisa dilakukan, karena semuanya ternyata
hanya trik", kata Wirman. Hal ini berani dikatakannya setelah ia
mendapat penjelasan secara medis dari seorang dokter di
Surabaya, bahwa ada sifat-sifat klas pada kulit pipi yang akan
menyebabkan tusukan tidak berpengaruh apa-apa. "Paling
pendarahan, dan kalau alat penusuknya memang kotor bisa terjadi
infeksi", kata Wirman. Karena ia memang berani menanggung,
resiko tersebut, maka ia pun menjalankan ilmu Jack sebagai
"trik" saja, bukan sebagai sesuatu yang gaib atau mistik atau
"kepercayaannya itu".
Menelan Silet
Adapun atraksi menjilat bara lebih mudah lagi, karena adanya
karunia Tuhan berupa bunga-bunga air di ujung lidah. Maka sebuah
keris yang membara tak berarti apa-apa bagi lidah. "Tinggal
teknik menempelkannya, karena kalau salah memang lidah bisa
benar-benar hangus", kata Wirman membuka rahasia trik yang
mengerikan itu. Rupa-rupanya inipun semacam sulapan jua
adanya, karena penonton terkecoh oleh gerakan lalu asap
mengepul dan bunyi "josss" yang membuat bulu roma berdiri. "Jadi
trik-trik itu adalah kepandaian lepas tanpa melalui komat-kamit
dan semedi. Seperti halnya kepandaian menelan silet, kalau kita
tahu rahasia silet kita akan bisa menelannya. Bukankah kalau
ditelentangkan ia tidak tajam?", kata Wirman seterusnya memouka
rahasia dagangannya. Untuk setahun lamanya ia hanya melakukan
atraksi-atraksi yang sama dan tidak pernah mengecewakan
pengunjung. Ini bisa kita maklum karena tidak banyak waktu dari
penghuni rumah santai itu untuk terlalu mengusut, karena mereka
sibuklah.
Malang -sekali, lantaran perbedaan dalam pembagian keuntungan,
Wirman yang kemudian menamakan dirinya Duo Animnom berpisah
dengan Jack. Suami isteri ini kini mulai mencoba mencari
trik-trik baru. Misalnya tidur di atas bara atau main bola api.
Untuk menjaga kemungkinan kalau isterinya berhalangan karena
mengandung, Wirman juga mencoba mengerjakan apa yang
dinamakannya Funny Dance. Pengalaman teaternya, terutama buah
dari apa yang dinamakan "gerak-indah", banyak menolong anak
muda ini. Sehingga di samping ia memperhitungkan
kemungkinan-kemungkinan gerakan yang merangsang. ia tidak jatuh
menjadi vulgar sama sekali. Gerakan-gerakan yang dilakukannya
dalam setiap penampilan kadangkala manis dan cukup berisi,
sehingga besar kemungkinan anak muda ini bisa maju pada
bidangnya. Paling tidak mempertahankan asap dapurnya, bersaing
dengan penari-penari dari mancanegara
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini