Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Klab malam berbau primitif

Pertunjukan dance and body painting dimainkan oleh wirmansyah dan istri. menampilkan kostum yang bertolak alam primitif. disuguhkan di klab-klab malam di jakarta, ternyata banyak pengunjung. (hb)

5 Juni 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KESIBUKAN memeluk pramuria dalam klab malam ternyata bukan satu-satunya cita-cita para pengunjungnya. Maka dapat dimaklumi klab-klab malam di Jakarta suka juga menyuguhkan nyamikan seperti dagelan, yang membuat kantong badut-badut Srimulat atau Ria Jaya Jony Gudel padat. Adapun atraksi penari strip masih tetap juga menjadi makanan penting. Tetapi belakangan ini, para pengunjung yang itu-itu juga jadi bosan. Maka terperanjatlah mereka, tatkala ada seorang pemuda jebolan teater menyuguhkan acara yang berbau primitif. Pemuda ini berharga Rp 20 ribu untuk satu kali tampil. Ia selalu ditemani isterinya. Dengan tubuh yang cukup luwes, yang menyarankan adanya bakat menari, pasangan muda ini menjelajahi hampir seluruh klab malam ibukota. Mereka membawa juga bumbu-bumbu gerakan yang merangsang birahi, tetapi sasaran pokoknya adalah membuat isi ruangan yang entah kenapa menjadi dahaga akan hiburan iu, terpukau dan kaget. Jadi berbeda sedikit dengan apa yang dilakukan Wied Senjayani itu anak Bengkel Teater yang mencari hidup di klab malam -- yang sangat mengutamakan unsur-unsur erotik dalam nomor-nomor tariannya. Wirmansyah--nama asli pemuda ini lebih suka menyebut dirinya dedengkot muda magic dance. Trik Menusuk Pipi Wirman bersama isterinya Nana Jurianah menari sejak 1973. "Habis drama tidak memberi apa-apa", tukas Wirman membela diri - meskipun tak perlu. Bermula mereka hanya menampilkan apa yang dinamakan Dance and Body Painting. Waktu itu mereka masih mengandalkan upaya menerbitkan nafsu birahi,dengan cara bergerak mesra-mesraan, kemudian diakhiri dengan mencoret tubuh Nana yang aduhai itu dengan kwas. Tetapi karena Wirman memang pernah berbekal semangat teater, tentu saja ia tidak menampilkan diri begitu saja. Ia membuat kostum sedemikian rupa, dan sedikit plot yang bertolak dari alam primitif, sehingga dua pribumi ini mulai disebu-sebut sebagai penghibur yang bolehlah. Dengan memikul nama The Primitif pula, pasangan inipun mulai mencari hidup dengan cukup sembunyi-sembunyi -- kadangkala mengaku dari Pilipina atau negara-negara luar berkulit coklat lainnya. Maklum profesi macam ini memang belum diperkenankan dilakukan oleh putera dalam negeri. Kadangkala Wirman harus berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan dari instansi resmi kalau kebetulan kepergok. Entah bagaimana caranya, toh untuk berapa lama tanpa mempergunakan agen sebagai penghubung, Wirman berhasil mengandalkan dapur rumah tangganya dari kehidupan malam yang kelap-kelip itu. Setahun yang lalu ia melakukan kunjungan keluarga ke Yogya. Ini merobah semuanya--karena di sana ia bertemu seorang dedengkot perbuatan aneh-aneh, yang bernama Jack Sampurno. Jack mempunyai grup yang juga bernama The Primitif, sehingga cepat saja bisa dilakukan rembugan yang menghasilkan kerjasama. Jack mulai menurunkan ilmunya yang menghasilkan ulah serem-serem. Misalnya bagaimana pipi bisa ditusuk atau api dijilat tanpa meninggalkan cedera. "Untuk tusuk pipi itu oleh Jack saya diajarin bersemedi dulu, sambil komat-kamit", cerita Wirman pada TEMPO. Tetapi rupanya Wirman yang besar di Jakarta itu lebih berat pada hal-hal yang rasional, sehingga merasa semedi dan komat-kamit itu tidak cocok dengan gaya hidupnya. "Sebab tanpa itu, segalanya pun masih bisa dilakukan, karena semuanya ternyata hanya trik", kata Wirman. Hal ini berani dikatakannya setelah ia mendapat penjelasan secara medis dari seorang dokter di Surabaya, bahwa ada sifat-sifat klas pada kulit pipi yang akan menyebabkan tusukan tidak berpengaruh apa-apa. "Paling pendarahan, dan kalau alat penusuknya memang kotor bisa terjadi infeksi", kata Wirman. Karena ia memang berani menanggung, resiko tersebut, maka ia pun menjalankan ilmu Jack sebagai "trik" saja, bukan sebagai sesuatu yang gaib atau mistik atau "kepercayaannya itu". Menelan Silet Adapun atraksi menjilat bara lebih mudah lagi, karena adanya karunia Tuhan berupa bunga-bunga air di ujung lidah. Maka sebuah keris yang membara tak berarti apa-apa bagi lidah. "Tinggal teknik menempelkannya, karena kalau salah memang lidah bisa benar-benar hangus", kata Wirman membuka rahasia trik yang mengerikan itu. Rupa-rupanya inipun semacam sulapan jua adanya, karena penonton terkecoh oleh gerakan lalu asap mengepul dan bunyi "josss" yang membuat bulu roma berdiri. "Jadi trik-trik itu adalah kepandaian lepas tanpa melalui komat-kamit dan semedi. Seperti halnya kepandaian menelan silet, kalau kita tahu rahasia silet kita akan bisa menelannya. Bukankah kalau ditelentangkan ia tidak tajam?", kata Wirman seterusnya memouka rahasia dagangannya. Untuk setahun lamanya ia hanya melakukan atraksi-atraksi yang sama dan tidak pernah mengecewakan pengunjung. Ini bisa kita maklum karena tidak banyak waktu dari penghuni rumah santai itu untuk terlalu mengusut, karena mereka sibuklah. Malang -sekali, lantaran perbedaan dalam pembagian keuntungan, Wirman yang kemudian menamakan dirinya Duo Animnom berpisah dengan Jack. Suami isteri ini kini mulai mencoba mencari trik-trik baru. Misalnya tidur di atas bara atau main bola api. Untuk menjaga kemungkinan kalau isterinya berhalangan karena mengandung, Wirman juga mencoba mengerjakan apa yang dinamakannya Funny Dance. Pengalaman teaternya, terutama buah dari apa yang dinamakan "gerak-indah", banyak menolong anak muda ini. Sehingga di samping ia memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan gerakan yang merangsang. ia tidak jatuh menjadi vulgar sama sekali. Gerakan-gerakan yang dilakukannya dalam setiap penampilan kadangkala manis dan cukup berisi, sehingga besar kemungkinan anak muda ini bisa maju pada bidangnya. Paling tidak mempertahankan asap dapurnya, bersaing dengan penari-penari dari mancanegara

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus