SEPOTONG cinta meledakkan granat di samping Gedung Sampoerna, Kamis pagi pekan lampau. "Suaranya sampai ke lantai 12. Saya kira ada petugas kebersihan jatuh," tutur Irwan pada Indrawan dari TEMPO. Karyawan gedung jangkung di Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan ini ketar-ketir juga. Lalu lintas di kawasan perkantoran di Segi Tiga Emas itu macet. Dan petugas Kodim 0504, Bakorstanasda Jaya, polisi dari Polsek Setiabudi dan Polda Metro Jaya, muncul lengkap dengan anggota Gegana, penjinak bahan peledak. Gedung Sampoerna masih sempurna, untung. Korban pun tiga yang kena kepingan si granat. Yaitu, dua satpam: Suko Wardoyo luka di pelipis dan di kaki, dan Ruslan Hadi luka di bagian perut. Juga seorang sopir yang mengantar majikannya ke situ. Setelah dirawat di Metropolitan Medical Centre, mereka ditanyai di Polres Jakarta Selatan, lalu boleh pulang. Granat itu dimainkan Leonardo, 36 tahun. Lelaki gempal dan berkulit kuning langsat ini, menurut polisi, punya istri muda. Namanya Loraine, si hitam manis yang berparas molek. Leonardo, atau Leo, bekas pegawai bank swasta, kini tak punya kerja tetap. Istri pertama ayah tiga anak ini, kabarnya, tinggal di Jakarta. Menurut polisi, Leo mengaku bujangan pada Loraine. Itulah, konon, yang mengecewakan Loraine, 31 tahun. Hubungan mereka, menurut sumber TEMPO di Gedung Sampoerna, baru enam bulan ini. Rumah Leo di daerah Setiabudi, jauh dari kantor Loraine. Mereka sempat tinggal seatap di sebuah kos, dan sering cekcok. Toh Leo ogah patah arang, walau Loraine minta putus. Lalu pisah rumah. "Daripada pisah lebih baik sama-sama mati," ujar Leo, seperti dikutip sumber tadi. Kalau pisah juga, ia mengancam akan menghabisi cewek itu. Bahkan juga akan membunuh pasangan baru Loraine. Setelah pisah tiga minggu, mereka sepakat ketemu lagi. Leo datang di kantor Loraine mengemudi sendiri minibus Suzuki. Ia masuk pelataran parkir dan menyerempet sebuah mobil yang parkir. Serempetan itu mengundang perhatian satpam. Ditegur, ia tak acuh, malah bergegas ke lobi gedung. Leo mengontak Loraine agar menemuinya di bawah. Eh, mereka langsung bertengkar. Loraine mengajaknya ke luar. Mereka naik mobil Leo. Loraine mau menyetir, karena uap alkohol mengepul dari mulut si cowok. Leo menolak. Ribut tambah meriah. Keributan ini menarik perhatian satpam yang tadi menegur Leo. Satpam itu minta Leo turun. Malah dia tancap gas. Mobil melaju ke jalan keluar. Di depan Restoran Wendy's, Leo melempar granat itu ke luar mobil dalam keadaan tercabut pin-nya. Melihat granat yang siap meledak itu, Suko Wardoyo mencokoknya. Leo ingin merebutnya lagi. Ia berkutat dengan dua satpam, plus satu polisi. Suko bertindak ligat. Benda maut itu dilemparkan ke halaman kosong di kiri gedung. Doarr! Kaca jendela mobil Leo berderai. Selebihnya, mulus saja. Loraine selamat. Tapi bengap digebuk massa. Mujur ia segera diamankan polisi. Di ruang pemeriksaan Polres Jakarta Selatan, ia termangu. Wajahnya agak bengkak. Ia duduk terpaku di hadapan Wakasatserse Kapten Legiyo. Loraine yang bekerja di perusahan pelaran New Ship itu juga diperiksa polisi. "Ini masalah keluarga. Tidak ada motif politis. Asal granat itu masih kami selidiki," kata Letkol. Sudirman Ail, Kapolres Jakarta Selatan. Sebiji lagi granat disita dari laci mobil Leo. Benda maut mirip silinder buatan Korea itu, menurut Leo, didapatnya dari seseorang. Granat antipersonel ini efektif untuk radius lima meter dengan sasaran orang, bukan bangunan atau mobil. Dalam jarak 20 meter, ya, tetap tak sedap juga dicakarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini