23 Oktober lalu, Pontianak berhari jadi ke 205. Tak ada
rame-rame, kecuali tontonan sepakbola antara PS Cajayana
(Malang) dan klub bola di Pontianak. Acara puncak berupa apel
karyawan Kotamadya di depan Balaikota. Malamnya resepsi di
Gedung Pancasila tanpa mengundang pejabat-pejabat dari Tingkat I
Kalimantan Barat.
Tak ada penjelasan kenapa Pontianak ber-HUT secara sepi-sepian
begitu. Tapi tampaknya Walikota Pontianak M. Barir SH memang
sedang prihatin. Antara lain, antri bensin yang timbul sejak
Agustus lalu, belum hilang. "Penyakit bulan Agustus belum juga
sembuh. Kalaupun droping lancar, tak akan normal dalam
seminggu", tutur seorang pemilik pompa bensin di
Jalan Pelabuhan. Di musim antri seperti ini, harga bensin murni
per liter mencapai Rp 150. Tak jarang pula terjadi pembeli
bensin kecewa mendapatkan bahan bakar itu bercampur air, hingga
mengakibatkan kemacetan pada mesin motornya. Dan untuk
membersihkannya mesti merogoh kantong Rp 2000.
Juga walikota tampaknya kurang beruntung di hari jadi kotanya
itu. Hari itu ponton penyeberangan satu-satunya antara Siantan
dan Pontianak, tenggelam. Akibatnya 2 ferry penghubung tak
berkutik. Maka panenlah sampan-sampan tambang yang kebanyakan
dilakukan orang asal Madura itu. Cuma anehnya para pesampan ini
ternyata tak pandai berenang. Hingga tatkala ada sepeda motor
muatannya tenggelam, tak seorang pun bisa mengangkatnya. Dan
bila ada yang menyanggupi, ongkosnya tak kurang Rp 25.000. Juga
siapa yang mesti keluar uang, tukang sampan atau pemilik motor.
Maka terjadilah pertengkaran. Sebab tukang sampan jelas tak
punya uang segede itu.
Tapi yang tentu saja membikin prihatin walikota ialah keadaan
perkembangan kota yang sudah dipimpinnya sejak 1973 itu. Meski
sudah punya rencana induk warisan pendahulunya Siswoyo, Barir
belum mampu mewujudkannya. Yang baru bisa dilakukannya ialah
mendandani jalan raya protokol Tanjungpura. Jalan berjalur 2 ini
selesai dipagari dan dihias pinang merah yang bagi orang Jakarta
mungkin mahal harganya tapi di sana tak perlu dibeli. Dan
perkara air minum, tahun depan tak akan jadi soal Iagi. Sebab
peningkatan kekuatan dari 110 jadi 220 per detik berkat bantuan
Perancis tahun 1977 sudah akan berwujud. Juga sebuah pusat
pertokoan akan segera berdiri, karena pelaksananya sudah mulai
sibuk di sana. Itu saja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini