Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Hari jadi prihatin

Ulang tahun ke-205 kota pontianak tidak dirayakan meriah. penyaluran bensin sejak agustus sulit dan ponton penyeberangan tenggelam. jalan protokol tanjungpura berhasil dibenahi. (kt)

20 November 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

23 Oktober lalu, Pontianak berhari jadi ke 205. Tak ada rame-rame, kecuali tontonan sepakbola antara PS Cajayana (Malang) dan klub bola di Pontianak. Acara puncak berupa apel karyawan Kotamadya di depan Balaikota. Malamnya resepsi di Gedung Pancasila tanpa mengundang pejabat-pejabat dari Tingkat I Kalimantan Barat. Tak ada penjelasan kenapa Pontianak ber-HUT secara sepi-sepian begitu. Tapi tampaknya Walikota Pontianak M. Barir SH memang sedang prihatin. Antara lain, antri bensin yang timbul sejak Agustus lalu, belum hilang. "Penyakit bulan Agustus belum juga sembuh. Kalaupun droping lancar, tak akan normal dalam seminggu", tutur seorang pemilik pompa bensin di Jalan Pelabuhan. Di musim antri seperti ini, harga bensin murni per liter mencapai Rp 150. Tak jarang pula terjadi pembeli bensin kecewa mendapatkan bahan bakar itu bercampur air, hingga mengakibatkan kemacetan pada mesin motornya. Dan untuk membersihkannya mesti merogoh kantong Rp 2000. Juga walikota tampaknya kurang beruntung di hari jadi kotanya itu. Hari itu ponton penyeberangan satu-satunya antara Siantan dan Pontianak, tenggelam. Akibatnya 2 ferry penghubung tak berkutik. Maka panenlah sampan-sampan tambang yang kebanyakan dilakukan orang asal Madura itu. Cuma anehnya para pesampan ini ternyata tak pandai berenang. Hingga tatkala ada sepeda motor muatannya tenggelam, tak seorang pun bisa mengangkatnya. Dan bila ada yang menyanggupi, ongkosnya tak kurang Rp 25.000. Juga siapa yang mesti keluar uang, tukang sampan atau pemilik motor. Maka terjadilah pertengkaran. Sebab tukang sampan jelas tak punya uang segede itu. Tapi yang tentu saja membikin prihatin walikota ialah keadaan perkembangan kota yang sudah dipimpinnya sejak 1973 itu. Meski sudah punya rencana induk warisan pendahulunya Siswoyo, Barir belum mampu mewujudkannya. Yang baru bisa dilakukannya ialah mendandani jalan raya protokol Tanjungpura. Jalan berjalur 2 ini selesai dipagari dan dihias pinang merah yang bagi orang Jakarta mungkin mahal harganya tapi di sana tak perlu dibeli. Dan perkara air minum, tahun depan tak akan jadi soal Iagi. Sebab peningkatan kekuatan dari 110 jadi 220 per detik berkat bantuan Perancis tahun 1977 sudah akan berwujud. Juga sebuah pusat pertokoan akan segera berdiri, karena pelaksananya sudah mulai sibuk di sana. Itu saja.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus